40. Breaking news

14 5 0
                                    

"HAH??!"

Melia, Yoyo, Wahyu, dan juga Abim serentak terkejut sekaligus heran dengan apa yang baru saja mereka dengar dari Haikal. Sudah sekitar sejam setelah pulang sekolah mereka berdiam di rumah Haikal, dengan beralaskan karpet dan ditemani oleh beberapa camilan dan minuman, mereka saling bertukar cerita dan tawa. Tentunya bersama Jisey juga. Sebenarnya Haikal hanya mengajak yang cowok-cowok, karena di rumah hanya ada dirinya, tapi Melia bersikeras untuk ikut. Katanya, dia juga mau mendengar berita terbaru yang entah itu apa.

"Lo serius, Kal?" Wahyu bertanya, kembali meyakinkan Haikal bahwa apa yang ia dengar otu tidak salah, sebenarnya Wahyu masih tak percaya dengan cerita yang barusan Haikal katakan. Menurut akalnya ini sudah seperti drama indosiar.

"Ngapain juga gue bohong?"

Abim, Yoyo, dan Wahyu langsung menatap Haikal kasihan sekaligus terkejut. Masih tidak percaya dengan berita yang baru saja Haikal katakan. Apa tadi katanya? Ayahnya Haikal dengan Ibunya Jisey memiliki hubungan?

Sebenarnya keempat anak remaja ini tidak begitu memikirkan hubungan antara kedua orangtua temannya, tapi temannya yang sedang di masa cinta monyetnya. Entah cinta monyet atau bukan, yang jelas mereka sedang menikmati masa remajanya. Masa pubertasnya. Masa dimana mereka sudah bisa menaksir seseorang.

"Terus... Lo gimana, Ce?" Melia beralih menatap Jisey dengan sayu.

"Hm? Gimana apanya?" Jisey balik bertanya, membuat lima pasang mata juga menatapnya.

Mengerti maksud Melia, Haikal langsung menjawab. "Gue sama Jisey milih untuk jadi saudara."

"HAH?" Lagi, mereka berseru secara serentak, terkecuali Jisey.

"Malangnya nasib temen gue," gumam Yoyo seraya menggelengkan kepalanya, mengasihani nasib kedua temannya yang akan berakhir menjadi saudara. Memang belum pasti, tapi kemungkinannya sudah sangat jelas di depan mata.

Tragis. Kandas sudah projek mereka untuk menjodohkan dua orang yang kini nasibnya berada di awang-awang.

"Kenapa kalian gak bilang aja, kalau kalian ... saling suka?" Melia menyarankan, tapi Jisey menggeleng.

"Gue gak mau hancurin kebahagiaan mama gue, Mel. Kalau gue gak bisa bahagiain mama, seenggaknya ini bisa bahagiain dia."

"Buset, Jisey, jawaban lo deep in my heart, deep in my soul banget," sanggah Wahyu dramatis seraya memukul dadanya.

"Ya lo anak setan ya soalnya," cibir Abim yang langsung mendapat ledekan balik dari Wahyu.

Mengabaikan candaan gak penting dari kumpulan cowok di hadapannya, Melia beralih menatap Haikal dengan tatapan protes. Bahkan Haikal yang sadar akan tatapan itu langsung mengernyitkan alisnya, bingung dengan perubahan raut wajah Melia.

"Lo sayang gak, sih, sama Jisey?"

Sebelum menjawab pertanyaan perempuan cerewet di depannya, Haikal lebih dulu menatap Jisey, seperti meyakinkan dirinya untuk mendapatkan jawaban.

"Yeeeu disuruh jawab malah liat-liatan," cibir Melia.

"Sayang gak melulu harus maksa pertahanin hubungan, Mel. Tapi saling menghargai keputusan kadang juga dihitung sebagai rasa sayang." Haikal menjawab yang spontan membuat mereka semua terdiam di tempatnya. Demi apapun di dunia ini, mereka semua terkejut mendengar jawaban Haikal. Sisi baru yang sepertinya belum pernah mereka lihat? Mereka tahu kalau Haikal memang tipe orang yang bijak dibanding mereka yang ada di sini, selain Jisey. Tapi kali ini? Jawabannya sangat amat diluar ekspetasi mereka.

Melia menarik nafasnya dalam-dalam, bingung juga kalau sudah dijawab begini harus dibalas apa. Mau dijawab kayak gimana juga kalah sama Haikal yang mode seperti ini. "Yah, gimana, yah. Bijak gf dan gak kalah bijak bf nih begini jadinya."

TacendaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang