Cahaya matahari yang mengusik tidurnya terpaksa membuat Haikal harus membuka mata, walau nyawa belum sepenuhnya terkumpul, namun dari samar-samar sambil mengerjapkan mata sebagai penyesuaian, Haikal melihat sang ayah yang tengah membuka tirai kamarnya. Ia sedikit kebingungan melihat sang ayah yang tumben membuka tirai di saat ia belum bangun begini.
Setelah memiliki keluarga baru, Haikal memang tidur satu kamar dengan Satria sedangkan Sarah sekamar dengan Jisey. Dengan rumah dinas Satria yang hanya memiliki dua kamar, mengingat awal mula mereka hanya tinggal berdua, tentu jalan keluarnya adalah seperti itu jika ingin tetap tinggal serumah.
"Papa ngapain?" Haikal bertanya dengan suara yang masih serak khas orang baru bangun. Sebenarnya Haikal memang paling anti dan tidak suka harus berbicara saat baru terbangun dari tidurnya. Tapi sikap ayahnya yang tiba-tiba ini membuatnya terpaksa melakukannya.
"Buka korden, udah siang. Kamu gak bangun?"
Haikal membalikkan tubuhnya sambil kembali menggulung dirinya dengan selimut. Semakin kebingungan dengan tingkah ayahnya yang aneh. Bahkan sangat aneh. Jangankan buka tirai, biasanya sang ayah akan membiarkan Haikal tidur sampai jam sepuluh di hari libur begini, tanpa mengganggu tidurnya sama sekali.
"Aaah, Papa abis nikah sama Tante Sarah kenapa berubah jadi bapak-bapak yang bapak-bapak," gumam Haikal dengan matanya yang masih terpejam sembari memeluk dirinya yang tergulung selimut.
Walau tidak mengerti maksud anaknya, tapi Satria tetap mengelus kepala Haikal untuk bermaksud membangunkan anaknya yang masih saja memejamkan mata. "Bangun, yok, udah siang."
Dengan mata yang masih setengah sadar, Haikal meraih ponselnya yang berada di bawah bantal. Ia melihat jam yang terdapat di layar kunci ponselnya, lalu menghela napas. Masih jam sembilan.
"Papa ada kejutan untuk Aga." Bahkan sampai ayahnya menghilang di balik pintu kamar yang kembali ditutup, Haikal masih bisa merasakan hawa-hawa bahagia yang tidak biasa ia lihat dari sang ayah.
Sepagi apapun Haikal bangun, ayahnya itu tidak pernah sebahagia itu. Demi apapun, Haikal bersumpah. Hari ini ayahnya sangat amat berbeda. Senyum yang tak pernah luntur sejak ayahnya membuka tirai, bahkan sampai Haikal melangkahkan kaki ke ruang tamu, ayahnya masih menampilkan aura bahagianya.
Memang, Haikal bahagia saat melihat ayahnya yang seperti ini. Aura kebahagiaan itu sampai di Haikal. Tapi entah kenapa, melihat tingkah ayahnya yang seperti ini juga rasanya sedikit mengerikan. Bahkan bukan hanya Haikal yang merasakannya, tapi Jisey juga. Setelah Jisey yang selihat Haikal sudah mencuci muka alias tidak dengan muka bantal seperti dirinya turun ke meja makan, mereka juga saling mengirim sinyal untuk bertanya pada satu sama lain.
Dan nampaknya, perempuan yang sejak tiga bulan lalu sudah menjadi ibunya itu juga tampak bahagia.
Walau Haikal hanya menonton televisi sambil memakan roti yang sudah disiapkan oleh Sarah, dan Jisey yang sibuk menyapu rumah, tapi pikiran mereka berdua terus saling bertanya satu sama lain, mengirim kode saat melihat orangtua mereka yang walau memiliki kegiatannya masing-masingㅡSarah dengan menjemur baju dan Satria yang berkebun, tapi perasaan bahagia itu masih jelas terkuar.
Haikal beranjak dari duduknya, menghampiri Jisey yang baru saja selesai menyapu di ruang makan. "Tante Sarah juga aneh, ya?" Haikal bertanya dengan sedikit berbisik yang dibalas anggukan antusias oleh Jisey. Tentu saja akhirnya ia dapat berbicara langsung dengan Haikal mengenai masalah ini adalah hal yang penting. Dari sejam lalu sejak mereka bangun, kedua orangtuanya sudah bertingkah aneh. Terlalu bahagia. Mungkin itu juga bisa menjadi suatu hal yang patut dicurigai.
"Om Satria juga?" Kini giliran Haikal yang mengangguk. "Tadi Papa bilang ada kejutan untuk gue. Tapi gue ditelantarin gitu aja."
Tak ada pertanyaan selanjutnya, hanya pikiran yang larut dalam benak masing-masing. Memikirkan segala kemungkinan yang terjadi pada dua orang yang sudah resmi berstatus sebagai orangtua mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tacenda
Fanfiction[Completed] Memiliki ayah yang suka kerja di luar kota adalah salah satu hal yang paling Haikal sukai. Karena itu, ia jadi bisa melihat suasana baru. Bagi Haikal, perpindahan kali ini adalah takdir yang terbahagia, sekaligus patah hati terbesarnya...