32. Talk n talk

13 6 0
                                    

Matahari bersinar dengan sangat terik di atas sana. Beruntung rasa panas yang menusuk kulit itu tidak bisa Satria rasakan, karena ia sedang menggunakan mobil.

Sesuai janjinya dengan Sarah tadi, Satria yang baru pulang dari kantor langsung menjemput Sarah yang habis menyelesaikan kerjaannya di suatu gedung tempat pemotretan modelnya berlangsung. Sesampainya di sana, Satria memarkir mobilnya di pinggir jalan, lalu menghubungi Sarah untuk mengabarinya.

Tak perlu menunggu lama, Satria langsung mendengar suara ketukan dari jendela kiri mobilnya, mendapati Sarah dengan senyuman manisnya menunggu Satria membuka pintu mobil.

Satria menekan tombol kunci mobil yang berada di pintunya, membiarkan Sarah masuk dan langsung disambut dengan sapaan perempuan cantik itu.

"Maaf, udah lama, ya?"

"Belum, kok." Sarah tersenyum sebagai balasannya sambil memakai seatbelt sekaligus menaruh tasnya di desk car.

Satria yang melihat Sarah kesulitan lantas sedikit tertawa sambil berinisiatif untuk membantu perempuan itu. "Satu-satu dulu."

Sarah hanya menunjukkan cengirannya, menandakan kalau ia tahu kalau ia memang ribet.

Satria mengambil alih seatbelt, karena ia tidak mengerti bagaimana tas Sarah yang harus ditaruh. Dari pada mencari masalah, mending Satria mencari yang pasti benar ia paham untuk dibantu.

Setelah selesai menaruh tas, Sarah dengan senyumannya yang lebar sibuk memperhatikan Satria yang sibuk memasukkan kaitan seatbelt miliknya. Katakanlah jika Sarah memang sudah tidak muda, tapi perasaannya masih sama saat ia merasa jatuh cinta kepada seseorang di masa remaja.

Cinta tak mengenal umur, begitulah yang bisa Sarah rasakan setelah ia bertemu Satria. Sarah pikir jika ia tidak akan bisa kembali jatuh cinta pada seseorang, tidak bisa merasakan perasaan berdebar dan merasa ingin terus menemuinya, terlebih lagi di saat umurnya sudah berkepala tiga. Tapi ternyata, Satria membuatnya kembali merasakan perasaan berdebar. Dan yang terpenting adalah Sarah bisa kembali menemukan comfort place-nya pada seseorang.

"Kenapa?" Satria bertanya, masih dengan posisinya yang hanya berjarak beberapa centi dari Sarah. Perempuan itu menggeleng, masih dengan senyuman bahagianya.

Istilah 'kalau berduaan, yang ketiga setan' itu memang nyata. Sudah berapa kali Sarah dan Satria hampir larut dalam suasana saat mereka hanya berdua saja? Pertama yang di mobil dulu, dan yang kedua adalah saat Sarah sakit kemarin. Memang tidak parah, tapi silaturahmi bibir juga terjadi atas setan yang beraksi di antara mereka.

Dan sekarang, Satria tanpa sadar mengikis jaraknya dengan Sarah, kembali beraksi atas bisikan setan untuk mendekati Sarah. Mengerti dengan bisikan setan yang ikut merasukinya, Sarah juga ikut memejamkan matanya. Menunggu kejadian itu kembali datang.

Belum sempat melakukannya, tiba-tiba Satria membuka mata, menatap Sarah sejenak lalu memundurkan badannya kembali pada kursi pengemudi, membuat Sarah juga ikut membuka matanya dan merasa malu sendiri. Mereka mengalihkan pandangannya ke sembarang arah dan berdeham untuk mencairkan suasana. Walau memang sudah dua kali, tapi itu tetap saja canggung.

"Maaf."

Sarah menggeleng, "Gapapa. Cuma ciuman doang."

"Maksud kamu?"

Sarah langsung menoleh, sedikit melotot karena ucapan spontannya yang blak-blakan itu bisa membuat kesalah pahaman di antara mereka.

Sarah menggeleng, lalu membungkam mulutnya atas rasa malu yang ia rasakan bertubi-tubi.

"Ya ... Ya, gapapa." Satria hanya tertawa ringan mendapati wajah Sarah yang memerah karena malu. Satria sangat paham apa maksud Sarah. Terlebih lagi menurutnya karena Sarah juga sudah pernah menikah, Satria berpikir, kalau hanya berciuman memang tidak ada apanya dibanding apa yang telah ia lakukan dulu bersama dengan mantan suaminya. Satria bukannya menganggap dirinya dan Sarah biasa melakukan hal di luar tersebut, tetapi rasanya jika sudah bersama orang yang mereka cintai setelah melewati masa yang sudah pernah dilalui, Satria menganggap kalau itu memang bukan apa-apa. Selagi memiliki batasan, komitmen, dan tanggung jawab.

TacendaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang