CRUCIAL (3)

1.8K 238 14
                                    

.
.
.
.
.

Sunghoon bersimpuh di samping pusara ibunya. Satu tangannya menggendong Minwoo, dan satu lainnya, ia gunakan untuk membawa bunga mawar putih lalu di letakkannya di gundukan tanah yang sudah tertutupi rapi oleh rerumputan hijau.

" ibu, maaf,, karena aku melanggar janjiku untuk tidak membawa seorangpun kemari selain cucu dan menantumu nanti,,, " ucap Sunghoon sambil menatap Minwoo yang sedang melihat kearahnya dengan lucu.

Sunghoon lalu memejamkan matanya sambil berdo'a sejenak.

Ia sangat dekat dengan sang ibu. Kehilangan sosok yang sudah membesarkannya selama ini, membuatnya mengalami masa-masa sulit.
Ia sangat merindukan ibunya.

Cerita Sunghoon pada Sunoo saat di rumah sakit bukan sebuah karangan bebas. Itu kisah hidupnya.
Tentang mengapa ia tergerak menceritakannya disaat ia menutup rapat cerita itu -tentang keluarga yang membuangnya- Pria tampan ini juga tidak mengerti.

Sunghoon membuka matanya.
Pandangannya menerawang jauh ke atas. Langit hari ini sedikit teduh. Cerah tapi tidak menyengat.

"Ibu tau ? Bahkan sampai saat ini mimpi buruk itu masih menghantuiku. Jika saja aku mengingat malam itu."

Sunghoon tertawa meledek pada dirinya sendiri.
Sebuah malam dimana ia begitu kacau dan memutuskan pergi ke sebuah club malam sendirian.
Dan bodohnya ia melupakan kejadian penting disana. Tepat setelah ia meminum gelas terakhirnya.

"... Apa aku masih menjadi anak baikmu, atau sudah berubah menjadi pria brengsek malam itu"

Sungguh, Sunghoon menyesali kebodohannya. Pergi ke club memang bukan kebiasaannya. Ia lebih memilih bercerita pada sang ibu jika sesuatu mengusik pikirannya, dengan begitu ia akan mendapat petuah bijak dan menenangkan.

Ah, tapi malam itu adalah beberapa minggu saja sejak sang ibu pergi.

Sunghoon menunduk memandang pusara itu. Sebuah genangan airmata tercipta diujung mata legamnya.
Tidak lama. Ia segera mengusapnya.

Pria tampan itu menoleh cepat saat sebuah suara lucu mengalihkan atensinya.

Minwoo.
Bayi lucu itu merengut. Bibir merah mungilnya mengeluarkan suara menggemaskan mirip rengekan manja.
Lengkap dengan mata bulat yang berair memandang Sunghoon sambil meremat sendiri jemari gendutnya.

"Astaga."
Sunghoon terkejut dengan keadaan bayi itu. Dengan cepat ia teringat membawa botol susu yang ia letakkan tidak jauh darinya.
"Minwoo haus?"

Bayi berusia 5 bulan itu menampik botol yang ditempatkan di bibir mungilnya. Beruntung Sunghoon gesit menangkapnya.
Detik berikutnya Minwoo menangis kencang.

Dokter muda itu dengan sedikit gugup menepuk lembut punggung si bayi.
Berharap bisa meredakan tangisnya.
"Paman membuatmu bersedih? Maaf tampan. Sst sudah ya, jangan menangis lagi" ucapnya pelan sambil berjalan mondar-mandir disekitar.

Berhasil. Minwoo berhenti menangis dan sekarang hanya menyisakan mata berair yang memandang Sunghoon.
Lucunya, bayi itu tidak menolak kali ini saat Sunghoon memberinya botol dot susu. Ia melahapnya dengan cepat.

"Ya Tuhan menggemaskan sekali"
Sunghoon tertawa dengan tingkah Minwoo. Tangan mungilnya memegang dot itu padahal Sunghoon masih setia memastikan benda itu tidak akan terlepas darinya.

Sunghoon mengamati bibir merah bayi itu menyedot rakus susu yang ia yakin tinggal separuh saja.

Semenggemaskan ini seorang bayi. Bagaimana orang dewasa bisa setega itu untuk berniat membunuh atau membuangnya hanya karena tidak menginginkannya.

Shut Up this is SungsunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang