A Beautiful Wings

3.1K 248 13
                                    


Lonceng gereja berdenting memecah keriuhan rintik hujan yang turun dengan anggun pagi ini.

Jemaat terakhir baru saja keluar.

"Anda bisa menggunakan payung ini,"
Sunghoon, pemuda tampan berpakaian serba hitam itu mengulurkan payung hitam kepada jemaat itu.

"Oh, terimakasih sinbunim"
Jemaat terakhir itu tersenyum dan mengangguk memberi salam kemudian meninggalkan gereja.

Sunghoon masih berdiri disana.
Mata legamnya tiba-tiba lekat menatap seseorang yang tengah menengadah menikmati hujan.

Seseorang berambut merah dengan pakaian serba hitam itu berdiri ditengah jalan setapak, dimana jalan itu mengarah ke bukit belakang gereja dengan sebuah danau terletak tak jauh dari sana.
Ia tidak ingat memiliki jemaat dengan warna rambut menyala seperti itu.

"Sinbunim... Mari masuk"

"Anda bisa pergi lebih dulu..."

"Baiklah... Jangan terlalu lama diluar... Dingin, nanti kau bisa sakit"

Sunghoon tersenyum pada lelaki paruh baya itu. "Ne, Lee Sinbunim"

Setelah itu, tinggalah Sunghoon sendiri di teras gereja.
Masih menanti seseorang itu segera berteduh, atau ia bisa berakhir sakit nanti.

Seseorang itu, seorang pemuda manis dengan kulit putih dan lembut. Tersenyum hangat menadah air hujan dengan tangan mungilnya.

"Kalian menangis lagi"
Gumamnya pelan masih dengan senyuman cantik di bibirnya.
"Ini menyenangkan"

Pemuda itu kembali menengadah, membiarkan buliran air hujan yang halus menyentuh wajah cantiknya.
Mata hazelnya tertutup menikmati setiap tetesnya.

Hujan adalah saat paling menyenangkan untuknya.

"Berteduhlah,"

Pemuda cantik itu membuka perlahan matanya saat sebuah suara terdengar bersamaan dengan terhentinya tetes air menyentuh wajahnya.

Sebuah payung hitam menghalanginya.

Pemuda cantik itu berbalik menatap Sunghoon yang berdiri dibelakangnya.

"Kau bisa menggunakannya."

Pemuda itu menatapnya lekat.

"Seorang pastor?"

Sunghoon tersenyum sambil mengangguk.

Pemuda itu balik tersenyum. Sepenuhnya kali ini ia menghadap Sunghoon.
"Siapa namamu,? Aku Sunoo"

"Park Sunghoon"

"Nama yang indah,"

"Terimakasih, namamu juga."

"Asal kau tahu itu bukan nama sebenarnya," Sunoo menatap mata legam Sunghoon.
Mempesona. Mata suci itu sangat mempesona.

Dan dimpel indah di pipinya.
Sunoo tidak tahu jika ada pastor setampan ini. Tubuh tingginya sangat pas terbalut kemeja hitam dan celana kain hitam juga coat hitam panjang.

"Jadi, siapa namamu, tuan berambut merah?" Tanya Sunghoon lagi.

"Lucifer,"

"Lucifer?"

"Ya... Itu nama asliku. Terkejut?"

Sunghoon hanya tersenyum. Menganggap pemuda manis ini sedang bercanda dengan humor yang cukup unik.
"Sepertinya aku lebih suka memanggil dengan nama Sunoo."

"Itu bagus."

"Jadi, apa sekarang kamu sudah berniat berteduh?"

Sunoo menengadahkan tangannya. Hujan hanya tersisa rintik saja, membuat bibir merahnya mengerucut kecewa.

Shut Up this is SungsunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang