Coagulation (2)

2.8K 265 51
                                    

.
.
.

"Eomma... Katakan semua ini bohong"
Sunoo baru terbangun sejak 3hari lalu.
Sejak ia mengalami kecelakaan bersama Sunghoon.

"Eomma, Dimana Sunghoon hyeong?"

Nyonya Park memeluk tubuh lemah Sunoo yang bergetar karena tangisan yang mulai keluar dari matanya.

Sunoo pingsan setelah ledakan kedua 3hari lalu. Tepat setelah ia melihat ledakan itu menghancurkan mobil mereka dengan Sunghoon masih berada didalamnya.

Saat pertama kali terbangun, Sunghoon nama pertama yang ia tanyakan. Dimana keberadaannya, bagaimana keadaannya.
Sungguh hanya Sunghoon yang ada di dalam kepalanya.

Dan dunianya serasa runtuh untuk kedua kalinya saat Nyonya Park memberitahu sambil menggenggam tangan nya.

Sunghoon nya sudah pergi dan prosesi kremasinya 3hari lalu. Kurang dari 24jam setelah mereka mengevakuasi pria itu dari dalam mobil.

Tubuhnya mengalami luka bakar 75%, dengan pertimbangan itu, keluarga sepakat mempercepat proses kremasi tanpa menunggu Sunoo tersadar yang dokterpun tidak bisa memastikan waktunya.

Sunghoon tau apa yang ia lakukan. Kakinya terhimpit pintu mobil yang ringsek. Sekalipun ia bisa melepas seatbeltnya, tetap saja memerlukan waktu untuk mengeluarkan kakinya dari himpitan itu.
Waktu yang begitu berharga jika hanya digunakan untuk melepas dirinya sendiri.
Dan keputusan nya menyelamatkan Sunoo.

Begitulah penjelasan Nyonya Park.

Sunoo mencabut kasar selang infus yang menancap tanpa peduli jarumnya yang merobek panjang pergelangan tangannya.

"Sunoo..." Nyonya Park berusaha menghentikan tindakan gila Sunoo.
"Kau tidak boleh melakukannya,nak... Kau masih harus dirawat"

"Aku tidak perlu ini eomma... Aku hanya menginginkan Sunghoon hyeong... Aku mau dia. Ini tidak adil... Eomma..."
Sunoo meronta di dalam pelukan wanita paruh baya itu. Sunoo sama sepertinya 3hari lalu, sangat terpukul dan hampir tidak bisa menerima apa yang terjadi pada Sunghoon.

"Kami akan menikah 2 bulan lagi, dan aku sedang hamil... Kenapa??? Kenapa harus seperti ini eomma..."

Nyonya Park kembali terisak bersama Sunoo. Sekuat apapun, ia ibu yang melahirkannya. Bagaimana bisa ia menerima kenyataan putra semata wayangnya pergi terlebih dahulu,?

Tuan park keluar sejenak memanggil petugas medis. Pergelangan tangan Sunoo harus segera ditangani.
Begitulah tuan park mencoba waras ditengah kehancurannya.

Sunghoon putra kebanggaan nya. Setiap pergi bermain golf dengan teman-teman nya ia selalu menyombongkan soal Sunghoon. Kepribadian nya, kepintaran nya, kesuksesannya.

Dan ketika Sunghoon mengatakan akan menikahi Sunoo, iapun memamerkan itu bagaimana ia akan memiliki menantu yang cantik dan baik.

Sunoo menarik tangannya ketika seorang perawat datang berniat menggati infusnya.

"Aku tidak butuh itu!"

"Sunoo, sayang... Kau masih harus dirawat,nak..."

"Aku tidak mau ... Aku mau ke tempat Sunghoon hyeong... Eomma...beritahu aku dimana aku bisa menemuinya... Kumohon."

"Sunoo..."

"Tolong katakan... Aku tidak butuh semua ini! Singkirkan ini dariku!"

Tetesan darah mengalir lambat membasahi baju pasiennya, Sunoo sama sekali tidak menghiraukannya. Sakit di tubuhnya. Ditambah luka dipergelangan tangannya. Bukanya ia tidak merasakannya.
Tapi rasa sesak di dadanya mengalahkan itu semua.

Shut Up this is SungsunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang