Baby in Me (11)

3K 195 348
                                    

.
.
.
.
.

Park Ilhoon.

Setelah melewati diskusi cukup alot nama Park Ilhoon dipilih Sunghoon untuk bayi kecilnya.

Alot?
Ya. Karena ada begitu banyak orang yang terlibat di dalam pemutusan nama itu.

Nyonya Park, menepati janji nya untuk membujuk sang suami datang ke rumah sakit hari itu. Entah dengan pertimbangan apa Tuan Park yang begitu keras kepala itu akhirnya memutuskan datang.

Pria paruh baya itu hanya duduk melongok si cucu yang masih berada digendongan ibunya. Ia masih terlalu angkuh untuk sekedar berbicara atau menyapa lebih dulu.

Pun Sunghoon yang juga masih dengan kekeraskepalaannya untuk memulai bertanya pada sang ayah.
Meskipun ia mengatakan akan mencoba memperbaiki hubungan, tapi ia pikir tidak akan secepat ini.
Bahkan kehadiran ayahnya pun masih seperti mimpi untuknya.

"Sunoo, ibu ingin menggendongnya."

"Iya Ibu. Tentu saja"
Sunoo dengan bersemangat menyerahkan bayi mungil yang baru menyusu itu pada ibu mertuanya.

"Ya ampun. Ya ampun. Berapa bobotnya ketika lahir?"

"Panjangnya 50cm dengan bobot 3kg! Dia sangat berat bu." Jawab Sunoo dengan antusias, suster mengatakan itu bobot dan panjang yang bagus dan Sunoo sebagai ibunya bangga dengan itu.

"Sunoo, tidak boleh bicara seperti itu."

"Kenapa? Itu artinya dia tumbuh dengan baik di dalam perutku"
Sunoo protes pada larangan si suami.

"Sunghoon benar, nak. Kau tidak boleh mengatakan bayimu berat. Itu tidak bagus." Kali ini Tuan Kim membela Sunghoon. Memang sepertinya keluhan Sunoo benar, dua pria itu selalu kompak melarang sesuatu padanya.

"Iya, tapi kenapa?"

"Itu seperti kau mengeluh karena kelelahan menggendongnya, dan menurut kepercayaan orang jaman dahulu, itu bisa berarti kau berdoa bayimu untuk turun berat badan dengan tidak mau menyusu atau sakit."
Jelas Nyonya Park yang masih menyamankan posisi si cucu di pelukannya.

"Astaga?! Maafkan ibu,sayang. Ibu tidak bermaksud..."
Wajah cantik Sunoo berubah sedih, ia mencium pipi tembam bayinya dengan menarik sedikit lengan ibu mertuanya.

"...mulai bulan ini ibu dan ayah sudah akan menetap lebih lama di Seoul, jadi akan ibu sempatkan lebih sering mengajarimu tentang berbagai hal. Termasuk merawat bayi lucu ini, ya ampun lihat dia menguap kecil. Astaga bibirnya"

Sunoo tertawa dengan ekspresi sang ibu mertua yang menurutnya lucu.
"Iya ibu.."

"Kenapa kau bawa kemari?"
Sebuah kalimat yang diucapkan pertama kali oleh Tuan Park.
Ia terkejut karena istrinya seperti memang sudah merencanakan untuk datang padanya.

"Astaga, aku tau kau ingin melihatnya, sejak tadi kau hanya melongok mencuri pandang saja."

"Aku? ekhm, Itu tidak terjadi. Kau salah mengartikan."

Sunghoon hanya memperhatikan sejenak sebelum duduk di tepi ranjang Sunoo, hati kecilnya terheran. Benarkah itu ayahnya? Tidak pernah sekalipun ia melihat sang ayah gugup seperti itu. Dan ia juga melihat beberapa kali pria paruh baya itu mencuri pandang ke arah bayinya.

"Sudahlah, lihat,,, dia sangat mirip dengan Sunghoon saat kecil, yaampun pipinya seperti milik Sunghoon ketika lahir, Jay juga punya pipi bulat merah ini."

"Jangan kau turunkan begitu, bagaimana kalau nanti dia jatuh?"
Tuan Park menahan lengan si istri yang berniat menurunkan sedikit agar wajah lucu itu terlihat sepenuhnya.

Shut Up this is SungsunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang