Blind Commitment 1 (GS)

2.6K 148 24
                                    

.
.
.

Gila ya wp, baek lo niat saya tu
Mau update cerita dr book yg lama terbengkalai, tapi malah menguji kesabaran, 🥱
Dr kemarin g ada notif sama sekali woi, padahal diketerangan sdh terpublish. Ada yg bisa baca ada juga yg nggak, kan kek 🐷

.
.
.
.

cerita ini udah lama di draft, dan akhirnya ada niat lanjut lagi setelah nonton satu film yang bagus banget, sekalian aja dibuat mirip alakadarnya.

.

.

Sunoo menunduk sambil tersenyum pada pelanggan terakhirnya hari ini.

Bukan karena swalayan itu sudah tutup, gadis cantik itu baru saja selesai dengan shift jaganya, bertukar senyum dengan teman yang akan menggantikan tugasnya.

"Setelah ini langsung ke cafe?"

Sunoo mengangguk, ia menjawab setelah selesai mengambil tas selempang miliknya.
"Selamat bekerja"

Si teman hanya tersenyum sambil geleng kepala melihat Sunoo berlari menembus hujan.

.

.
Hari Senin berarti pekerjaan Sunoo masih di dua tempat.
Setelah selesai dengan sift pagi hingga siang di Swalayan, gadis itu akan menjadi penjaga kasir di kafe sampai malam.
Lalu melanjutkan pekerjaan lepas sebagai driver pengganti dan baru pulang sekitar pukul 12 atau 1 dini hari...

Sunoo lebih memilih beberapa pekerjaan paruh waktu yang bisa disesuaikan dengan waktunya daripada terikat pada satu pekerjaan saja.

Lelah? Tentu saja. Tapi uang yang dihasilkan bisa lebih banyak daripada hanya mengandalkan satu pekerjaan. Dan Sunoo bisa mengatur waktu dengan lebih fleksibel.

Gadis itu harus membiayai perawatan Eomma nya yang terbaring lemah sejak beberapa tahun lalu.
Awalnya hanya terjatuh, tapi kemudian beberapa penyakit lain muncul, hingga terakhir kali Sunoo membawa sang Eomma untuk periksa, ditemukan sebuah tumor di kepalanya.

Hal pertama yang Sunoo minta adalah perawatan untuk kesembuhan sang Eomma.

Namun hanya dengan operasi ia bisa menyelamatkannya.

Untuk alasan itulah Sunoo bekerja seperti tanpa mengenal waktu. Dijam istirahatnya pun ia akan tetap menyalakan aktivasi akun drivernya. Baginya, uang sekecil apapun sangat berarti. Tak jarang ia pergi tanpa berpamitan pada Eommanya yang sudah tertidur di petang hari.

Jika saja Sunoo lebih memilih memanfaatkan paras cantik dan tubuh indahnya, mungkin hanya perlu beberapa minggu saja untuk mengisi saldo rekeningnya.

Tapi ia masih waras, tidak pernah melupakan sedetikpun peringatan keras dari sang Eomma.

Bagi orang miskin seperti mereka, harga diri adalah satu-satunya pertahanan.

Dan Sunoo tidak bodoh untuk mengulangi kesalahan Eommanya. Sudah cukup ia saja yang merasakan beratnya hidup dengan aib yang dilakukan oleh sang Eomma. Menjalani hidup tanpa figure seorang Appa dan dicemooh sebagai anak haram atau pembawa sial.

Selalu menatap iri setiap melihat sebuah keluarga bisa menghabisakan waktu bersama meski hanya mampir dan memesan beberapa menu ringan di kafe tempatnya bekerja. Atau teringat tak ada kerabat keluarganya yang hadir di hari-hari penting dalam hidupnya.
Ulang tahun dan kelulusan contohnya,
Sunoo hanya bisa menghela nafas kecewa.

Sunoo tidak memungkiri ia sempat membenci Eommanya karena memilih pergi dari sang Appa dengan keadaan sedang mengandung dirinya.

Persetan dengan fakta bahwa Eommanya berada di posisi yang salah saat itu karena menjalin hubungan dengan pria beristri.

Shut Up this is SungsunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang