Black Card 2

2K 301 29
                                    

.
.
.
.
.

Sunghoon sedari tadi hanya memainkan lembar foto yang ada di tangannya.

Sunoo dan Shion terlihat bahagia.
Tanpa sadar itu membuat Sunghoon tersenyum.
Sunoo tidak pernah memancarkan kebahagiaan seperti itu saat bersamanya.

Hanya ada sorot mata kebencian dan kesedihan yang ditujukan padanya.

Sunghoon bertanya berkali-kali, dimana letak kesalahannya?
Ia memperlakukan Sunoo dengan sangat istimewa.
Memberikan semua barang mewah dan mahal seperti tas, baju, sepatu, perhiasan.
Bahkan Sunghoon memberikannya sebuah Black Card khusus untuk Sunoo.

Tapi Sunoo tetap pada sorot matanya. Tidak berubah sama sekali sejak awal hingga terakhir kali Sunoo pergi meninggalkannya.

Sret.
Jemari Sunghoon tertahan pada sebuah foto dimana seorang pria -itu Heeseung- terlihat membantu membawa barang belanjaan Sunoo.

Pria itu lagi.
Sangat sering ia melihatnya berada dalam frame foto yang diberikan padanya.

"Kenapa kau tidak pernah menerima kebaikanku, dan malah bergantung pada pria ini, Sunoo"
Sunghoon tersenyum tipis, tapi siapapun tau ia sedang menyimpan emosi yang meluap.

Berakhir ia sudahi acara melihat laporan anak buah nya hari ini tentang Sunoo. Ia masukkan foto-foto itu kedalam laci di meja kerjanya.
Dan ya, disana ada foto-foto Sunoo lainnya.
Setiap hari ia menerima laporan.

Sunghoon beranjak memandangi kota Seoul di balik jendela kaca lebarnya.
Pikirannya sedang menerka-nerka apa ia masih bisa menahan diri untuk tidak segera menjemput Sunoo dan bayinya.

Sudah 6 bulan sejak ia datang melihat sendiri kekasih hatinya itu.
Ketika itu hari dimana ia mendapat laporan bahwa Black Card milikinya kembali digunakan dalam jumlah yang jauh lebih besar.

Saat itu Sunghoon tau jika Sunoo sedang melahirkan bayi mereka.
Sunghoon yang awalnya berniat langsung membawa mereka tiba-tiba enggan.
Ia urungkan niatnya karena mulai bisa berpikir jika ia tidak akan berada di Korea untuk beberapa bulan.

Ia tidak mau keberadaan Sunoo di rumahnya malah membuatnya tidak bisa bekerja dengan baik.
Ia bisa memperkirakan seberapa kacau pikirannya untuk ingin segera pulang jika ingat Sunoo ada di rumah menunggunya.

"Aku memanggilmu dari tadi, waktunya bersiap untuk rapat dengan JWGroup."
Jika Jake sudah menggunakan bahasa informal saat membicarakan pekerjaan, itu berarti Sunghoon sudah benar-benar menguji kesabarannya.

"Kosongkan jadwalku hari ini. Aku ingin menjemput anakku, siapa namanya? Shion?"

Jake berdecak kesal. Kelakuan Sunghoon memang sulit diprediksi.
"Kau yakin tidak menghadiri pertemuan hari ini? Mereka sangat sulit untuk ditangani."

"Kau handle pertemuan hari ini, Beritahu mereka aku akan berikan persyaratan yang kutolak kemarin."

"Shit." Jake tertawa canggung.
"Kau yakin Sunoo tidak akan menolakmu kali ini?"

Sunghoon hanya tersenyum
Sunghoon bersiap dengan memakai setelah jas nya.
"Bahkan dia yang akan datang untuk menemuiku,"

Jake geleng kepala. Jika sudah menyangkut Sunoo, nasehat apapun yang akan ia sampaikan tidak akan mempan.

.

.

.

.

Sunoo sudah mulai bekerja sejak beberapa hari yang lalu,
Selama itu, Niki menjaga Shion dengan baik. Sunoo sendiri hampir tidak mempercayai itu. 

Niki bisa ia andalkan sekarang.

Shut Up this is SungsunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang