Black Card 8 END

3.4K 231 77
                                    

.

.

.

.

.

.

Flashback

Sunoo tidak tau apa yang harus ia lakukan selain memberitahu Sunghoon tentang kehamilannya.

Pria itu ayah dari janin kecil yang ada di tubuhnya, tentu saja dia harus tau.

"Ayo ke rumah sakit."
Sunghoon menarik pergelangan tangan Sunoo.

"Mau apa?" Tanya Sunoo selidik.
Sekuat tenaga ia tahan dirinya untuk mengikuti Sunghoon tanpa jelas apa tujuannya membawa ia ke rumah sakit.

"Kita tidak bisa memilikinya. Jadi kita gugurkan saja kandunganmu."

"Kau gila?!"
Segera Sunoo menghempaskan tangan Sunghoon dengan sekuat tenaga.
Hatinya mecelos sakit begitu mendengar reaksi pria itu.
"Aku tau kau pria brengsek! Tapi setidaknya jangan gila! Ini anakmu,, kau mau membunuh darah dagingmu sendiri?!"

"Aku pernah mengatakannya. Aku tidak mau memiliki bayi. Kau lupa?"

Sunoo tertawa miris karena perkataan Sunghoon.
"Ah, benar. Aku hanya seorang pemuas kebutuhan seks bagimu. Tentu saja, kau tidak ingin memiliki keturunan dari lelaki seperti ku."

"Jangan melantur. Aku tidak ingin memiliki nya sejak awal. Tidak ada hubungannya dengan siapa ibunya."
ucap Sunghoon dingin, wajah nya datar, hanya sepasang alis tebalnya menukik tajam. Satu gesture yang menunjukan ia keberatan dengan kesimpulan Sunoo.

Keduanya bersitegang lewat tatapan mata yang menyiratkan kekukuhan pada pendirian masing-masing.

"sampai kapanpun dan apapun yang terjadi, aku tidak akan menggugurkannya!"

"Ini tidak akan berhasil. Kau pikir mudah membesarkan seorang anak?"

"Aku tau orang tuamu gagal, tapi aku tidak! Aku akan membesarkannya dengan baik. Jika kau tidak bisa, biar kau sendiri yang memiliki nya!"

Sunghoon tertawa remeh.
"Lucu, apa menurutmu dia akan baik-baik saja dengan ayah yang menolak keberadaannya?"

"Kalau begitu biarkan aku pergi."
Sunoo bersungguh-sungguh. Lelaki cantik itu sudah memikirkannya matang-matang sebelum mengatakan kehamilannya pada Sunghoon.
"Akan ku besarkan dia seorang diri, kau tidak perlu menanggung apapun. Bahkan aku tidak akan menggunakan namamu padanya."

Sunghoon menatap marah pada Sunoo.
Lelaki dengan kulit putih kemerahan itu memang selalu bersikap berani padanya, tapi setiap kali ia mengatakan ingin pergi, emosi Sunghoon meninggi.
"Jangan bermimpi."

Sunghoon kembali menarik tangan Sunoo hingga tanpa sengaja itu meninggalkan luka kemerahan di pergelangan si cantik.

"Lepas! Apa yang kau lakukan?!" pekik Sunoo marah.

Sunoo memberontak sebisa mungkin. Ia menjadi lebih kuat dari biasanya, tekad kuatnya untuk melindungi calon bayinya.

Plak!!!

"Dasar brengsek!" Sunoo menampar keras wajah Sunghoon yang masih terlihat angkuh itu. Meski pria itu tidak tampak kesakitan, tapi Sunoo puas membuatnya melepaskan tangan.

"KENAPA?! Kenapa kau selalu menentangku Sunoo?! Kau tidak pernah mendengarkan apapun yang kukatakan. Aku sudah memberikan semua untukmu!"

Sunoo melangkah mundur, Sunghoon yang marah adalah salah satu ketakutannya. Walaupun pria tampan itu tidak melakukan kekerasan padanya, tapi Sunoo takut, sungguh takut. Bagaimanapun, Sunghoon bisa saja hilang kendali dan melukainya.
Sunoo takut terjadi sesuatu pada janinnya.

Shut Up this is SungsunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang