Baby in Me (8)

1.6K 148 82
                                    

.

.

.

Sunghoon bersikeras untuk melakukan check up, kontrol, dan segala sesuatu yang berkaitan dengan kehamilan Sunoo di Rumah Sakit. Sunoo awalnya ingin tetap melakukannya di klinik, tapi Sunghoon menolak, pemuda itu baru saja bisa berpikir jernih. 

Fakta bahwa klinik itu menerima pasien aborsi dibawah umur tanpa persetujuan wali, menunjukkan seberapa rendah tingkat kredibilitasnya. Dan itu akan tidak baik untuk Sunoo dan bayi mereka.

.

.

.

Sunghoon tersenyum melihat Sunoo yang memandangi foto hasil USG pertama janin kecil mereka dengan binar wajah senang. Calon ibu muda itu duduk di ruang tengah sejak pulang dari Rumah Sakit.

"Sunoo, kau mau pergi sekarang?"
Sunghoon sudah bersiap dengan jaket panjang untuk Sunoo yang ia sampirkan di lengannya.

"Sunghoon, titik kecil ini milik kita,"
ucap Sunoo dengan antusias. Menunjukkan titik yang ia maksud pada Sunghoon yang sudah duduk disampingnya, seolah ialah yang pertama kali mengetahuinya dan Sunghoon tidak.

Pemuda itu mengangguk.
"hm, masih sangat kecil."

"Dan dia akan tumbuh di dalam tubuhku,"
Sunoo mengusap lembut perut ratanya sambil tersenyum.
"Tapi, apa kita bisa menjadi orang tua yang baik nantinya? Bagaimana jika keluargamu dan ayahku tidak menginginkannya?"

Raut wajah cantik itu menatap Sunghoon dengan cemas, secara tiba-tiba moodnya bisa berubah dalam hitungan detik.
Satu hal yang sudah Sunghoon catat dalam kepalanya.

"Sunoo, sudah ku katakan untuk tidak memikirkan hal itu. Biar aku yang mengatasinya, kau tenang saja."

"Tenang saja bagaimana?! Kalau keluargamu menyuruh untuk meninggalkanku, atau tiba-tiba menculikku dan saat aku bangun aku sudah berada di ruang operasi untuk aborsi, atau mengirimmu ke luar negri? oh... Kau juga akan dijodohkan, bagaimana kalau kalian dinikahkan?!"

Sunghoon lagi-lagi terkejut dengan sikap Sunoo.

Bukannya kesal, Sunghoon malah tertawa karena raut lucu Sunoo saat kesal dan takut bersamaan dengan pikiran-pikiran jauh yang semalam sudah sedikit ia jelaskan keadaan dan janjinya untuk tidak pergi apapun yang terjadi.

 Tapi Sunghoon bisa mengerti ketakutan Sunoo, bagaimanapun Sunoo tidak mungkin bisa mundur lagi, ia sudah memilih mengorbankan masa muda dan mimpinya.

"lucu?! menurutmu itu lucu?!"
Sunoo sudah siap menangis sebelum Sunghoon mendekat dan menangkup wajah bulatnya lalu mengecup bibir merahnya. Sunoo mencebikkan bibirnya kesal.
"Jahat. Padahal aku benar-benar takut, tapi kau pasti menganggapnya bercanda"

Sunghoon mengusap lembut pipi tembam Sunoo dengan ibu jarinya di setiap sisi.
"Maaf, kau tersinggung ya. Aku tidak menertawakan ketakutanmu, tapi ekspresimu benar-benar lucu Sunoo. Kau tau hal yang membuatku begitu mudah menyukaimu?"

Sunoo menggeleng masih dengan wajah cemberut yang menggemaskan.

"Karena ekspresimu. Kau selalu bereaksi terhadap sesuatu dengan lucu dan itu sangat menarik, jujur saja itu menghiburku, dan semakin lama kuperhatikan kau sangat mempesona dan cantik."

"Bohong! Dasar tukang rayu!"
Sunoo mencoba menahan senyuman di wajahnya karena tersipu oleh ucapan pemuda tampan itu, tapi rona di pipi tembamnya tidak bisa ia sembunyikan.

"Aku serius. Sudah ya, jangan marah. Jangan memikirkan hal-hal berat, biar itu menjadi urusanku."

Sunoo mengangguk pada akhirnya.

Shut Up this is SungsunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang