"Hiks apapun yang terjadi ini bukan salah dia mama sayang sama kalian tolong jaga adik kalian untuk mama hiks"
Tiiiiiiiiittt
Semua orang mengenakan baju berwarna hitam
Melihat seseorang terbaring dengan tubuh yang sudah terbalut kain kafan, saat nantinya dimasukkan kedalam sebuah keranda yang siap dibawa menuju tempat peristirahatan terakhir
Hiks hiks
"Bunda bangun kenapa bunda diem aja Devan pengen bunda meluk Devan hiks hiks kenapa bunda tidur ditutup kain putih"
"Vunda nggak boleh pergi, ayah bilang bunda mau pergi ke tempat kakek yah, ajak hiks hiks Vandra juga yah bunda hiks hiks"
"Devan benci sama dia, bunda tidur terus karna ngeluarin dia. Devan benci, sampai kapanpun Devan gak bakal maafin anak itu selamanya"
Akkkhh
Seorang pria terbangun dengan keringat membanjiri wajahnya dan deru nafas yang memburu, kenapa harus selalu mimpi itu yang menjadi bunga tidurnya
Huh
Ia mendudukkan dirinya kemudian menunduk sembari menghela nafas kasar menenangkan diri
Tangannya terulur mengusap keringat yang mengalir di wajahnya, menoleh kearah jam di meja nakas nya yang menunjukan pukul 05.20
Dengan hembusan nafas pelan ia beranjak dari ranjang menuju kamar mandi untuk setidaknya mendinginkan otaknya pagi ini
Devano Gibran Adetya
Panggil saja ia Devan. Si sulung tampan dari keluarga Adetya. Pria dengan paras yang tampan nan elok, wanita manapun pasti terpikat ketika menatapnya
Namun sayangnya wajah rupawan itu selalu ditampilkan dengan tatapan tajam dan dingin seakan mengatakan tak ingin terlibat dengan siapapun
Ia melanjutkan perjalanannya di kampus ternama dalam negeri. Dengan mengempuh Fakultas Kedokteran yang sudah menjadi cita cita nya sedari kecil
Ceklek
Seseorang menyembulkan kepalanya kedalam kamar dengan tampilan bak dewa yunani, menatap sekeliling kamar
"Bang cepetan siap siap, bentar lagi mau berangkat jan tidur lagi lo"
"Iya" jawab Devan singkat sembari merapikan kemeja nya
Ia meraih handuk yang tergeletak diatas kasur kemudian mengusak rambutnya yang basah. Tatapannya kemudian kembali terarah ke adiknya atau lebih tepatnya adalah kembarannya yang masih berdiri didepan pintu menunggu nya
Giano Vandra Adetya
Vandra adalah nama yang sering ia panggil saat dirumah. Dan paras dari pria ini jangan ditanya lagi, duplikat dari Devan adalah sesuatu yang benar benar patut di syukuri
Mereka berdua kuliah dikampus yang sama, namun dibanding Devan yang tertarik dengan ilmu kedokteran justru Vandra lebih tertarik pada ilmu Psikolog walaupun mungkin terlihat sama
Banyak orang yang menantikan dua Adetya bersaudara menempuh dunianya dimasa mendatang, tentang bagaimana mereka melanjutkan karirnya yang berbeda bidang, bisa dibilang mereka cukup populer dikalangan para mahasiwa/i kampus karna prestasi maupun ketampanan mereka berdua
Devan keluar dari kamarnya kemudian berjalan menuruni tangga menuju meja makan, ketika sudah menemukan Vandra yang sudah duduk sembari menunduk menatap ponsel
KAMU SEDANG MEMBACA
enolA
Teen FictionMenjadi anak bungsu tidaklah serta merta menjadi anak yang paling disayang, anak yang paling dimanja dan anak yang paling dijaga Terkadang ada suatu hal yang mengharuskan semua orang membenci keberadaan diri kita sendiri. Teman, kerabat, orang orang...