1

325 14 0
                                    






"Hiks apapun yang terjadi ini bukan salah dia mama sayang sama kalian tolong jaga adik kalian untuk mama hiks"

Tiiiiiiiiittt

Semua orang mengenakan baju berwarna hitam

Melihat seseorang terbaring dengan tubuh yang sudah terbalut kain kafan, saat nantinya dimasukkan kedalam sebuah keranda yang siap dibawa menuju tempat peristirahatan terakhir

Hiks hiks

"Bunda bangun kenapa bunda diem aja Devan pengen bunda meluk Devan hiks hiks kenapa bunda tidur ditutup kain putih"

"Vunda nggak boleh pergi, ayah bilang bunda mau pergi ke tempat kakek yah, ajak hiks hiks Vandra juga yah bunda hiks hiks"

"Devan benci sama dia, bunda tidur terus karna ngeluarin dia. Devan benci, sampai kapanpun Devan gak bakal maafin anak itu selamanya"

Akkkhh


Seorang pria terbangun dengan keringat membanjiri wajahnya dan deru nafas yang memburu, kenapa harus selalu mimpi itu yang menjadi bunga tidurnya

Huh

Ia mendudukkan dirinya kemudian menunduk sembari menghela nafas kasar menenangkan diri

Tangannya terulur mengusap keringat yang mengalir di wajahnya, menoleh kearah jam di meja nakas nya yang menunjukan pukul 05.20

Dengan hembusan nafas pelan ia beranjak dari ranjang menuju kamar mandi untuk setidaknya mendinginkan otaknya pagi ini

Devano Gibran Adetya

Panggil saja ia Devan. Si sulung tampan dari keluarga Adetya. Pria dengan paras yang tampan nan elok, wanita manapun pasti terpikat ketika menatapnya

Namun sayangnya wajah rupawan itu selalu ditampilkan dengan tatapan tajam dan dingin seakan mengatakan tak ingin terlibat dengan siapapun

Ia melanjutkan perjalanannya di kampus ternama dalam negeri. Dengan mengempuh Fakultas Kedokteran yang sudah menjadi cita cita nya sedari kecil

Ceklek

Seseorang menyembulkan kepalanya kedalam kamar dengan tampilan bak dewa yunani, menatap sekeliling kamar

"Bang cepetan siap siap, bentar lagi mau berangkat jan tidur lagi lo"

"Iya" jawab Devan singkat sembari merapikan kemeja nya

Ia meraih handuk yang tergeletak diatas kasur kemudian mengusak rambutnya yang basah. Tatapannya kemudian kembali terarah ke adiknya atau lebih tepatnya adalah kembarannya yang masih berdiri didepan pintu menunggu nya

Giano Vandra Adetya

Vandra adalah nama yang sering ia panggil saat dirumah. Dan paras dari pria ini jangan ditanya lagi, duplikat dari Devan adalah sesuatu yang benar benar patut di syukuri

Mereka berdua kuliah dikampus yang sama, namun dibanding Devan yang tertarik dengan ilmu kedokteran justru Vandra lebih tertarik pada ilmu Psikolog walaupun mungkin terlihat sama

Banyak orang yang menantikan dua Adetya bersaudara menempuh dunianya dimasa mendatang, tentang bagaimana mereka melanjutkan karirnya yang berbeda bidang, bisa dibilang mereka cukup populer dikalangan para mahasiwa/i kampus karna prestasi maupun ketampanan mereka berdua

Devan keluar dari kamarnya kemudian berjalan menuruni tangga menuju meja makan, ketika sudah menemukan Vandra yang sudah duduk sembari menunduk menatap ponsel

enolATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang