12

114 10 0
                                    




Lana berdiri termangu menatap kearah depan dengan mulut menganga dan mata yang hampir lepas

Setelah selesai mandi dan menyegarkan diri, hendaknya ia ingin memasak makan malam untuk dua saudaranya namun atensinya teralih ketika mendengar bel pintu berbunyi

Dengan langkah siap ia berlari menuju pintu untuk melihat siapa yang bertamu malam malam seperti ini. Namun saat ia membuka pintu, betapa terkejutnya ia saat melihat sosok pria yang berdiri didepan pintu dengan senyuman kecil itu

"Ayah" lirihnya masih dengan wajah diam termangu dan tak percaya

Sedangkan sang ayah masih tersenyum hangat menatap sosok anak bungsunya yang begitu ia rindukan

"Sayang, ayah pulang" ucap ayah sembari menatap putri kecilnya yang masih diam termangu

"Lana, diluar dingin banget kita masuk dulu yuk" ajak sang ayah sembari menggeret kopernya masuk kedalam

"Ayahh udah dateng, ya ampun kenapa gak ngomong ke Devan tadi bisa Devan jemput ke bandara" Devan tiba tiba muncul kemudian menarik kasar baju Lana untuk menjauh dari sang ayah

"Udah gak papa tadi jugak dianterin sama temen ayah"

"Gimana perjalanan ayah, lancar?" tanya Vandra yang berada sebelah Devan

"Lancar kok, haduh ayah capek banget hari ini, tadi harus tiga kali delay" ucap ayah menyandarkan tubuhnya ke sofa

Setelah mendudukan diri di sofa Devan menaruh koper disebelah sofa, tatapan Devan kemudian tertuju kearah Lana yang masih berdiri diam memandangi mereka bertiga. Devan mendekat kearah Lana kemudian menatap tajam Lana sembari berbisik

"Heh lo gak liat ayah baru pulang, gak bisa apa otak lo jalan sedikit, ambilin minum kek. Harusnya lo masak dari tadi, liat ayah dateng gak ada apa apa dimeja makan, tolol banget sih" ucap Devan berbisik dan menatap tajam Lana

"Lana gak tau kalo ayah bakal pulang, Lana emang mau masak makan malam kok, tapi tadi bel pintunya bunyi dan gak ada yang bukain pintu jadi--"

"Gue gak butuh ceramah lo, sekarang kedapur kerjain kerjaan lo" Lana menghela nafasnya kemudian berjalan menuju dapur

Padahal ingin sekali ia ikut nimbrung dan sedikit berbincang dengan sang ayah untuk melepas kerinduan, karna sudah sekitar 7 bulan ia tak melihat ayahnya pulang

Tanpa disadari sang ayah melihat perbincangan antara kakak adik tersebut, ia menatap ketika Lana berjalan kedapur setelah terlihat Devan memarahinya. Perang dingin didalam rumah ini benar benar tak akan pernah berakhir



...



"Waahh banyak banget makanannya, ini kan makanan kesukaan ayah semua. Lana jago masak banget yaa" Lana mendongak ketika mendengar pujian dari sang ayah, seketika pipinya memerah setelah mendengar itu

"A-Ayah bisa aja haha makasih pujianya. Maaf lama banget nyiapin makananya, yaudah kalo gitu Lana tinggal dulu. Selamat makan"

"Loh kamu mau kemana" ucap ayah sembari menarik tangan Lana yang hendak pergi ke dapur

"Lana mau....kedapur" ucap Lana polos

"Ayo duduk kita makan dulu, nanti aja beres beresnya" ucap ayah sembari menepuk kursi disebelahnya

"Ayah" panggil Devan dengan suara penuh penekanan bermaksud untuk mencegah

"A-ah Lana nanti aja makannya,  soalnya ada yang belum Lana beresin dibelakang, kalo gak langsung di--"

"Lana, duduk dan makan bareng ayah sama abang, kamu bukan anak bandel kan" Lana terdiam ketika mendengar suara ayahnya yang tegas dan menuntut, Lana menatap saudaranya yang menatap tak suka akan itu

Tatapan Devan seakan mengatakan untuk pergi namun ayah langsung menarik kursi sebelahnya bermaksud menyuruh Lana duduk dan menikmati makan malam bersama dimeja bundar tersebut

Lana menelan saliva kasar sebelum akhirnya ia terduduk dikursi itu, ia tak berani menoleh ke arah dua saudaranya bahkan tangan dan kakinya sudah gemetar hebat saat ini, tampak disana Devan berdecak kesal

"Udah gak usah takut ada ayah disamping kamu" ucap ayah berbisik pada Lana, seketika Lana menoleh dan menatap ayahnya yang tersenyum hangat kearahnya sembari menyendokan nasi dan lauk pauk ke piring Lana

Seakan perkataan itu diberikan untuk menjadi tameng Lana agar para musuh tak bisa menyerang

"Ayo kita makan" Lana menatap piring yang ada didepannya kemudian tersenyum mengangguk pada ayahnya

Sejenak ia terdiam sembari menatap piring didepannya yang sudah terisi dengan masakan yang ia buat. Menatap setiap sudut meja dengan dalam. Tangannya terulur pelan meraba meja, merasakan sensasi aneh yang terasa sampai ke lubuk hatinya, kemudian menatap saudara dan ayahnya yang sudah mulai makan sembari mengobrol ringan

Ahh ini yang ia tunggu tunggu selama ini, momen ini yang selalu jadi impiannya setiap tahun, makan bersama disatu meja bersama para saudara dan ayahnya

Rasanya ia ingin sekali menangis terharu namun ia buang dengan senyuman. Melihat mereka semua berkumpul dalam satu meja, membuat meja begitu terlihat indah saat ini

Saat satu sendok nasi masuk kedalam mulutnya betapa bahagianya saat ini. Sampai sampai membuatnya tertunduk merasakan nikmatnya hidangan ini jika disantap bersama orang orang tercinta

Yah Lana tak kuasa menahan tangisnya, tangis haru karna impian nya berhasil, setiap sendok yang masuk kedalam mulutnya membuat setiap tetes air matanya jatuh tak terkendali namun anehnya bibirnya tak mau berhenti tersenyum senang. Ia harap ini terjadi untuk hari esok esok esok dan selamanya




enolATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang