Epilog

151 5 8
                                    






Semilir angin terus meniup niup pepohonan dibawah jembatan tersebut. Layaknya suara nyanyian, batang pohon yang meliuk tertiup angin mengeluarkan suara yang begitu menenangkan

Berdiam disini setiap saat bukan pilihan yang buruk. Menatap kearah danau kecil yang terlihat begitu hijau dari atas sini, suara derungan mobil dan motor memenuhi atas jembatan, namun itu semakin membuatnya merasa tenang

Seakan mengerti akan dirinya, cuaca pun mempersilahkannya untuk tetap berdiam diri disana menikmati langit sore yang begitu indah. Sejenak memejamkan mata untuk menikmati angin sepoi

Tangannya terus mengelus buku yang ada di pangkuannya saat ini untuk membuat dirinya semakin tenang

Ia pikir tadinya tak akan ada yang berubah tapi sedikit demi sedikit perlahan-lahan semuanya mulai berubah sesuai alur masing-masing, mungkin...ia akan menganggapnya seperti itu

Semakin jauh melangkah, kaki ini terasa lebih berat setiap waktunya. Mungkin pernah terlintas di pikiran semua orang untuk mengakhiri ini semua, namun merasa tak berdaya

Langit itu terasa begitu nyata, seakan mengetahui apa yang dirasakan oleh setiap orang. Semua langit itu sama, mereka tak membedakan satu sama lain sebenarnya. Mereka menyinari semua orang dengan sinar yang sama

Tapi ternyata terkadang mereka menguji kita, ketika malam datang...matahari digelapkan oleh mendung dan hujan, meski begitu kita tak kehilangan arah

Tak ada malam yang tak berakhir, tak ada hujan yang tak berhenti. Selama matahari itu masih bersinar di hati kita, kita tak akan pernah kehilangan arah. Namun kita juga terlambat menyadari bahwa...semakin terang matahari bersinar maka semakin gelap bayangan yang terbentuk

"Day 161" ucap seorang pria yang masih setia duduk disana dengan diary biru di pangkuannya

Tinta pena kembali melukiskan banyak hal di dalam buku itu, semua rasa yang terbentuk hanya bisa diselamatkan oleh buku itu lewat coretan tangannya

Kembali merindukan sosok Aster yang terbawa angin dan langit, namun berusaha bertahan adalah satu satunya cara untuk mendapatkan kembali bunga itu

"Bunda...main sama adek ya? Seneng banget kayanya disana karna udah bisa becanda bareng, aku masih disini...ngeliat dan baru sadar betapa indahnya langit ketika udah sejauh ini, pengen gapai tapi aku sejauh ini sama kalian...cantik banget" ucapnya tersenyum cerah sembari mengulurkan tangan keatas langit seakan bisa menggapai langit indah itu

Yang bisa ia lakukan setelahnya hanya diam disana dengan segala skenario yang terlintas di otaknya. Ia bahkan tak tau harus melakukan apa saat ini dan kedepannya

Tatapannya kembali tertuju pada buku yang ada di pangkuannya saat ini. Saat kemudian tangannya kembali bergerak melukiskan kata demi kata dengan tinta hitam itu

•••

'Dek, ini Abang lagi

Hari ini Abang pengen cerita lebih panjang lagi, gak terasa ya udah mau akhir tahun aja nih dan Abang kayanya masih betah disini untuk sementara

Abang masih belom bisa nerima semuanya sepenuhnya, walaupun kamu pernah bilang kalo ini semua udah takdir, tapi diri Abang terus bersikeras kalo semua ini terjadi karna Abang

Rasanya kalo Abang ketemu sama kamu sekali lagi, Abang bakal sujud minta maaf ke kamu dan...bunda. Bunda pasti ngerasa kecewa karna kelakuan Abang selama ini, dia pasti marah dan nangis disana setelah ngeliat semuanya. Jadi itu sebabnya mungkin dia minta ke tuhan untuk ngambil kembali kamu ke sisi dia

Abang juga kecewa sama diri Abang karna terlambat menyadari betapa Abang sayang sama kamu, sayang sama adik kecil Abang. Kenapa Abang bisa ya setega itu biarin kamu sendirian selama ini

enolATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang