36

93 10 0
                                    







Vandra mengangkat tubuh Lana yang jatuh kelantai setelah memberontak keras, setelah tadinya berlari keluar dari ruangan dengan raungan dan teriakkan hingga membuat seluruh penghuni kamar keluar karna penasaran dengan keributan yang terjadi

Leo ikut masuk bersama Raga menghampiri Lana yang berada diatas ranjang dengan tangan dicekal oleh Vandra

"Lepasin Lana bang!! hiks Lana harus jemput bang Devan dia dalam bahaya" teriak Lana memberontak sembari terus meraung ketika tangan dan kakinya dipegang erat oleh mereka

"Lana hey sayang denger kakak, kenapa hmm kita cerita pelan pelan sekarang...Kamu tenang ya kakak disini" ucap Leo mencoba menenangkan Lana yang masih terus berteriak tak karuan

"Kalian gak ngerti, abang Lana sekarang lagi dalam bahaya diluar sana...percaya sama Lana, lepasin dulu!!!"

"Sayang kamu dengerin Ayah kan, Ayah nganter dia tadi malam ke bandara, gak terjadi apapun sama dia. Kamu cuman mimpi tadi, gapapa Ayah disini tenang ya" ujar Ayah sembari mengelus rambut Lana sayang namun Lana terus menggeleng dan menangis

"Sayang, abang disini kok jagain kamu, Devan pergi sebentar gak akan terjadi apapun sama dia"

"Nggak!! Lana harus pergi, Ini gawat Abang!! Lana tadi dapet telpon kalo Abang sekarang lagi dikurung!!! Lepass!! Arga yang telpon Lana" teriak Lana sembari terus meronta keras bahkan Vandra sempat terkejut ketika melihat Lana yang mencoba menggigit tangannya untuk terlepas dari cengkraman Vandra, membuat mereka sejenak saling bertatapan

Leo menggigit bibirnya kuat saat menatap Lana yang terlihat begitu berbeda kali ini. Tak pernah sebelumnya ia melihat Lana seperti ini, ini membuatnya semakin khawatir

"Gak ada gunanya, halusinasinya jadi makin kuat karna suhu badannya meningkat, mau gak mau kita harus make...bius" ujar Leo menatap kearah Raga dan Vandra

"Tapi dia--"

"Gak papa Leo tolong buat dia tenang dulu, om gak bisa ngeliat dia kaya gini" ucap Raga memotong ucapan Vandra

Tanpa menunggu apapun Leo segera berlari ke ruangannya untuk menyiapkan alat yang diperlukan, ia terdiam sejenak didepan mejanya menggigit bibir frustasi sebelum kemudian kembali berlari dengan buru buru masuk kedalam ruangan Lana dengan suntik dan cairan bius ditangannya

Ia menelan saliva sejenak, merasa tak tega menusukkan obat bius ini kelengan Lana saat kondisi Lana seperti ini, ia menggigit bibirnya sejenak merasa seperti ingin menangis. Namun jika terus dibiarkan, keadaan ini bisa lebih gawat ketika asma Lana yang mungkin kembali kambuh

Dengan berat hati ia menusukkan jarum tersebut ke lengan Lana yang terus dipegangi oleh Raga dan Vandra

"Nggak!! Jangan--"

Saat tak berselang lama tubuh Lana semakin jatuh dan lemas, Leo sedikit menunduk tak tega melihat keadaan gadis kecilnya sekarang. Saat ia mendongak kala Lana mencengkram jas dokternya erat diselingi dengan derai air mata yang keluar dari mata sayu itu

"Bang Devan hiks tolong bang Devan kak Leo, hiks Lana harus pergi. Tolong biarin Lana pergi hiks abang dalam bahaya dia disekap trus dipukuli hiks darahnya banyak banget, Lana harus...harus kesana sekarang ju--" lirih Lana yang terpotong saat matanya terasa begitu berat dan menggelap saat cengkraman di jas Leo pun mengendur dan jatuh

Leo menatap wajah Lana yang mulai tenang dan tertidur karna efek bius, satu tetes air mata jatuh kala melihat wajah berantakan gadis ini. Ia mengelus rambut Lana lembut sebelum kemudian memalingkan wajah sejenak dan kembali memasangkan selang infus pada punggung tangan Lana

enolATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang