28

67 11 0
                                    






Hanya suara dentingan sendok piring yang menghiasi lingkaran meja makan. Peraturan nomor satu adalah, tidak ada percakapan sebelum makanan habis

"Ayah serius kan bakal tinggal lama disini?" tanya Vandra yang akhirnya membuka percakapan setelah selesai dengan makanannya, sontak sang Ayah langsung menoleh kearah Vandra sembari mengelap mulutnya dengan tisu

"Iya, atasan Ayah ngasih kepercayaan untuk ngelola industri yang disini dan itu sesuai dengan kemauan Ayah juga, akhirnya Ayah bisa ketemu kalian semua disini. Itu buat Ayah bener bener seneng" ucap sang Ayah tersenyum hangat

"Bagus deh kalo gitu, Devan jadi gak selalu nelponin dan ganggu ayah trus" ucap Devan menyela

Mereka melanjutkan pembicaraan ringan mereka dimeja makan dengan begitu hangat dan nyaman. Sedangkan sosok gadis kecil hanya duduk disana sembari menatap interaksi ayah dan anak itu dengan hati berdesir hangat

Senyum kecil terbit dibibirnya kala ia melihat Ayah dan saudaranya tertawa ketika membahas kegiatan random satu sama lain selama berpisah

Setelah berpisah bertahun tahun ia akhirnya pulang, dan saat itu hal pertama yang ia cari adalah Lana. Saat ia melihat gadis kecilnya, saat itu pula tangisnya pecah. Hatinya begitu sakit ketika mengetahui tentang semua hal yang diderita oleh gadis kecilnya, hatinya serasa terkoyak lebar mengetahui penyakit sialan yang menimpa anak bungsunya. Bahkan ia hanya bisa menangis sepanjang malam sembari menggumamkan kalimat penyesalan dan permintaan maaf dengan memeluk anak gadisnya begitu erat

Setelah menyelesaikan sarapan mereka pagi ini, Devan segera pamit undur diri untuk pergi kerumah sakit. Ia berdiri hendak pergi namun sebelum itu ia menoleh kearah Lana yang penuh senyuman, cih menjijikan menurutnya. Jika bukan karna sang Ayah, ia juga tak ingin anak itu kembali

Vandra yang melihat Devan sudah berjalan lebih dulu seketika ikut berdiri dan menyusul Devan setelah berpamitan pada sang Ayah dan adiknya

"Hati hati semangat sama pekerjaan baru kalian, Devan cobak buat gak terlalu kaku sama orang baru dan Vandra kamu coba buat lebih akrab, senyum sama semua orang jangan dingin banget kaya gitu. Walaupun di tempat yang berbeda coba buat membaur sama lingkungan" ucap sang Ayah mendekat kearah 2 anak kembarnya yang sedang memasang sepatu

"Iya yah Devan mah orang nya ramah dan baik hati" ujar Devan berdiri sembari menegakkan dagunya bangga dengan tangan di pinggang, tersenyum kearah ayah

"Idihh baik hati dari mana, dari lobang pipet mungkin. Gue pinjem jepit kuku aja pelit na'uzubillah, jan ngada ngada lah bang" sanggah Vandra santai saat kemudian satu pukulan mendarat dikepala nya dari tangan Devan

"Yaudah kalo gitu kita berangkat dulu ya yah" ujar Devan mengalihkan pembicaraan

"Iya hati hati dijalan jangan ngebut ngebut"

"Semangat ya abang semoga kegiatan kalian lancar hari ini, kalian pasti bisa kok, inih Lana buatin bekal buat kalian biar tambah semangat ngejalanin kerja barunya" ucap Lana yang tiba tiba muncul dari belakang sembari menyodorkan masing masing bekal untuk kakaknya

"Ini buat bang Vandra" ucap Lana menyodorkan kotak bekal kearah Vandra

"Wahh makasih manis, bakal abang abisin nanti" ucap Vandra tersenyum hangat sembari menaruh kotak bekalnya kedalam tas

Saat ia menoleh dan beralih kearah Devan yang terlihat tak berminat, namun ia tetap harus mencoba

"Ini punya abang, Lana buat makanan kesukaan kalian spesial buat kalian berdua haha semoga abang suka ya" Devan menoleh kearah sang Ayah dan Vandra yang juga menatapnya seakan menyuruhnya untuk menerima bekal itu

enolATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang