26

85 10 0
                                    






"Serius? Ayah gak salah informasi kan? Vandra ikut seneng kalo Ayah beneran pulang" ucap Vandra girang sembari berjalan menuruni tangga dengan ponsel yang menempel di telinganya

"Ohh iya Ayah lanjut dulu aja kerja nya, nanti Vandra kasih tau Devan sama Lana juga. Iya yaudah Vandra tutup ya" Vandra tersenyum sembari berlari kearah Devan setelah mematikan telponnya

Menemukan Devan yang sedang duduk santai di ruang tengah menonton channel kesukaannya dengan semangkuk macaroni. Ia kemudian duduk disebelah Devan dengan senyum cerah

"Bang gue punya kabar baik" Devan menghiraukan perkataan kembaranya dengan mata yang masih fokus pada tv

"Lo serius gak mau tau, cih padahal penting banget yaudah kalo gitu" ucap Vandra sembari menatap Devan yang terlihat tak tertarik

"Apaan? gak usah banyak cing cong napa, kabar apa?" Tanya Devan yang kemudian menoleh kearah Vandra yang terlihat sumringah

"Ayah bakal pulang woyy!!" Teriak Vandra sembari memukul bahu Devan girang

Sedangkan Devan sejenak terdiam sembari menatap Vandra yang terlihat begitu bersemangat. Tunggu, apakah dia se hiperaktif ini? Terlihat sedikit mengejutkan

Aneh, karna sebuah es tiba tiba berubah mencair. Devan tersadar kemudian menatap Vandra kembali dengan terkejut, apa maksudnya? Ayahnya akan pulang? Tapi masih belum lama ini sang Ayah kembali ke Singapura, tak mungkin pulang secepat itu

"Jan becanda, orang Ayah baru kemaren pergi masa udah mau pulang aja" Vandra sontak menghentikan tawa gembiranya dan menatap Devan malas

"Ck ya ampun bang ya kali gue becanda tentang kepulangan Ayah"

"Lo tau dari mana bego"

"Gue tadi nelpon Ayah trus dia bilang kurun waktu beberapa hari ini dia bakal dipindah tugaskan di indo, jadi dia bakal balik" jelas Vandra sembari mencomot makaroni yang ada ditangan Devan

Devan sejenak terdiam sembari mengangguk pelan mendengarkan kabar itu. Saat ia ikut tersenyum senang tak sabar menunggu kepulangan Ayahnya setelah ini

"Yaudah deh gue telpon Lana dulu, dia pasti senang denger kabar ini" senyum Devan sontak menghilang kala Vandra menyebut nama itu

"Ngapain pake telpon tuh orang" ujar Devan sinis

"Ya biar dia tau lah kalo Ayah bakal pulang bentar lagi" ucap Vandra sembari menatap ponselnya untuk mencari kontak Lana

"Gak usah lo kasih tau dia, dia udah minggat jadi dia gak ada urusanya lagi sama kita, Biarin aja lah" sontak Vandra mendongak menatap aneh kearah Devan

"Lo gila ya, gak mungkin lah. Dia anak Ayah juga masak iya dia gak dikabari kalo bokapnya pulang. Lagipula dia itu bukan minggat tapi lo yang ngusir dia, inget gak?" Ujar Vandra tak menghiraukan Devan

"Lah salah sendiri bikin gue emosi, dan juga lo kemaren juga gak ngebela dia kan jadi secara gak langsung lo juga ngusir dia. Am i wrong?" Ujar Devan tak mau kalah

"Menurut lo gimana reaksi Ayah nanti kalo tau anak bungsunya gak ada dirumah, trus kalo Ayah nanya 'Lana mana' trus kita jawab 'kita usir dari rumah yah' gitu? gak mungkin kan. Jadi lebih baik kita jemput dia bawa pulang kerumah sekarang kan"

"Jemput dia? Gue? Cuih gak akan sudi gue ketemu ama dia apalagi sampe jemput dia. Cuman orang gila yang mau deketan ama tuh anak" ucap Devan muak sebelum kemudian berdiri dan melangkah pergi

"Bang Ayah bilang bakal pulang kalo kisaran minggu ini atau minggu depan, kalo seandainya dia pulang lebih cepet gimana? kita bakal berurusan sama Ayah kalo sampe Lana gak dirumah, lo tau gimana Ayah kan" ucap Vandra masih berusaha membujuk Devan yang tetap tak acuh

enolATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang