Leo terduduk dilantai sembari mengatur nafasnya yang hampir tercekat sedari tadi. Keringat membanjiri pelipisnya, nafasnya memburu dan kakinya begitu lemas saat ini
Ia hanya diam sembari mendongak menatap sosok gadis yang saat ini masih terbaring diranjang dengan mata terpejam dan oksigen yang menutupi mulut serta hidungnya
"Dokter anda baik baik saja?" Sontak ia menoleh sejenak sebelum kemudian mengangguk pelan
"Detak jantung pasien sedikit lemah, namun operasi berjalan lancar. Pasien berhasil diselamatkan" ucap salah satu perawat yang bergerak untuk mengecek kondisi keseluruhan
Sedangkan ia masih terduduk tak percaya, mencoba untuk tetap waras dikala ia sudah seperti orang gila di ruangan ini, masih mencoba mencerna tentang semuanya bahwa orang yang berada diruang operasi ini adalah Lana
Begitu tak percayanya hingga membuatnya bahkan sempat linglung sebelum operasi berlangsung. Rasanya ia tak tega jika harus mengoyak kulit Lana untuk menjalankan operasi ini. Jika para perawat tak menegurnya ia juga mungkin tak akan sadar
Dibalik masker yang menutupi wajahnya, ia bahkan tak bisa menyembunyikan tangis kecilnya saat operasi dimulai. Namun ia mencoba untuk tetap fokus dan memberi keselamatan pada gadis kecilnya
Berusaha untuk kuat, ia kemudian perlahan berdiri dari duduknya ketika tatapannya tertuju pada wajah gadis yang saat ini terbaring lemah dengan wajah pucat, saat tangannya yang gemetar terulur mengelus rambut basah itu
"Berapa lama tadi kamu nunggu kakak datang sayang"
Leo mendongak sembari menggigit bibirnya untuk menahan tangis, ia tak mungkin menunjukkan emosi dan ketidak profesional disaat pekerjaan berlangsung
"Segera pindahkan pasien jika detak jantungnya kembali normal" perintah Leo yang kemudian diangguki oleh para perawat
"Sayang, kakak keluar sebentar ya, keluarga kamu pasti nungguin diluar, kamu juga harus makasih ke mereka karna udah donorin darah dan berdoa banyak untuk kamu. Kakak lagi marah sama kamu jadi kamu harus cepet bangun ya, biar kakak yang ceramahi kamu habis habisan karna buat kakak ketakutan" lirih Leo pelan sembari menggenggam tangan Lana erat sebelum akhirnya ia melepas jubah operasi dan berjalan keluar ruangan
...
Arga duduk dilantai sembari menatap kearah benda berbentuk bulat dengan ukiran namanya yang terus ia bawa. Medali yang sempat diberi oleh Lana. Ia menatap pintu ruangan tersebut dengan tidak sabar menunggu kabar gembira yang bisa membuatnya lepas dari rasa khawatir ini
Ia mendongakkan kepalanya ketika yang bisa ia lihat hanya tiga sosok pria dewasa yang duduk diatas kursi dengan pandangan sendu dan kosong, membuatnya kembali menunduk karna rasa bersalah
Semua ini memang salahnya, semua ini terjadi karna keteledoran nya. Sial, ia rela jika harus dipenjara asalkan ia berhasil melihat senyuman gadis itu untuk terakhir kalinya sebelum akhirnya harus mendekam dipenjara menebus semua kesalahannya
Setelah menunggu berjam jam didepan ruangan itu akhirnya yang mereka tunggu tunggu tiba, sontak mereka semua berdiri kala melihat sosok Leo yang keluar dari ruang operasi
"Leo? Dia baik baik aja kan?" tanya Raga yang langsung menghampiri Leo dengan tatapan penuh harap
Leo sejenak terdiam sembari menatap wajah pria paruh baya yang saat ini terlihat begitu khawatir. Pandangannya kemudian teralih pada satu persatu wajah yang dengan setia menunggu kabar dari luar ruang. Saat Leo kemudian kembali menatap Raga dan tersenyum kecil
KAMU SEDANG MEMBACA
enolA
Teen FictionMenjadi anak bungsu tidaklah serta merta menjadi anak yang paling disayang, anak yang paling dimanja dan anak yang paling dijaga Terkadang ada suatu hal yang mengharuskan semua orang membenci keberadaan diri kita sendiri. Teman, kerabat, orang orang...