Huh
Helaan nafas panjang keluar dari bibir gadis yang saat ini tengah duduk diranjang rumah sakitnya sembari menatap keluar jendela. Saat ia menunduk menatap mangkuk yang berisi masakan hambar di pangkuannya
Ohh ayolah sekarang yang diinginkannya adalah makan makanan berkuah dan sedikit pedas, bukan makanan lembek tanpa rasa seperti ini
"Kak Leo jahat banget" lirihnya terus mengaduk bubur tanpa minat
Hampir seminggu ia mendekam di ruangan ini, Leo adalah mahluk paling dramatis. Jelas memang sepekan sudah ia tinggal di rumah Leo, merasa tak enak karna telah tinggal disana tanpa kontribusi apapun. Jadi untuk membantu, ia memutuskan bahwa ia yang akan membersihkan setiap sudut rumah, Ibu Leo sempat menolak namun ia bersikeras melakukannya ketika Leo tak melihat
Saat dimana hari sialnya tiba, dimana saat itu ia memutuskan untuk membersihkan gudang. Baru saja masuk, seluruh debu sudah menggumpal diudara membuatnya sedikit terbatuk, ia akui asmanya setelah itu memang kumat, tapi tak seburuk yang dipikirkan. Namun setelah itu Leo kesal dan bersikeras untuk membawanya kerumah sakit agar dapat diperiksa lebih lanjut
Berusaha menolak pun disini siapapun tau siapa pemenangnya. Dan disinilah ia sekarang, mendekam dengan kebosanan didalam ruangan putih ini sendirian hingga Leo memperbolehkan ia pulang
Mungkin akan sangat tak tau diri jika ia terus membantah, pun ia juga tak ingin merepotkan dan menyusahkan lebih jauh lagi karna disini ia hanya sebatas penumpang, apapun yang Leo katakan baginya adalah perintah mutlak
"Bosen" lirihnya kembali mendongak menatap kearah jendela
Seketika ia menghela nafas kecil sembari saat mendengar suara pintu terbuka. Sudah tak terhitung lima kali Leo terus masuk keruangan ini hanya untuk menanyakan 'Dada kamu masih sakit? Nafas kamu masih sesak?' membuatnya sedikit kesal
"Udah kak Lana udah baikan, kakak fokus aja sama pasiennya. Nanti bentar lagi Lana makan kok bub--" ucapannya sontak terhenti kala ia menoleh menatap pria yang berdiri didepan pintu, namun bukanlah Leo
"B-bang Vandra?" lirihnya menatap cengo kearah sosok pria jangkung didepannya
"Gak gak gak mungkin, ini pasti cuma halusinasi" ia menggelengkan kepala sejenak sembari mengusap kasar matanya
Saat kemudian ia kembali menatap kearah depan untuk memastikan sesaat bahwa mungkin ini hanya halusinasinya karna tak bertemu selama satu pekan. Namun anehnya sosok Vandra tak menghilang dari pandangannya
Vandra yang masih berdiri didekat pintu sontak menggigit bibirnya sedikit gugup. Menatap kearah Lana yang juga menatapnya, saat langkahnya membawanya maju kearah dimana Lana berada
Dengan canggung Vandra berdiri menatap gadis didepannya sebelum kemudian menaruh parcel buah dan buket diatas meja nakas sebelum kemudian kembali menatap gadis didepannya
"Gimana keadaan lo?" ucap Vandra yang mencoba bersikap datar seperti biasanya namun tak menutupi bahwa jantungnya berdegup kencang saat melihat gadis yang terus menatapnya lekat
"Berhenti buat wajah kaya gitu, gue lagi nanya lo gak denger ya" sontak Lana tersadar dari lamunannya
"O-ohh iya Lana baik baik aja kok" Vandra terdiam sejenak kemudian menatap kearah infus ditangan Lana yang sontak langsung disembunyikan dalam selimut
"Ahh ini...Kak Leo protektif banget, udah seminggu Lana disini karna kak Leo takut Lana kekurangan darah sama asma Lana yang kumat, jadi dia maksa buat dirawat dulu disini....eh iya abang lagi ngapain disini? Mau jenguk temen ya? Temen abang sakit? Yaudah yuk kita tanya resepsionisnya, siapa nama temen abang? Lana udah sering ke sini jadi Lana udah tau setiap sudut ruangan dirumah sakit, bahkan lubang tikus aja Lana tau lewat mana hahaha" ucapnya dengan tawa jenaka sembari mencoba untuk turun dari ranjang
KAMU SEDANG MEMBACA
enolA
Teen FictionMenjadi anak bungsu tidaklah serta merta menjadi anak yang paling disayang, anak yang paling dimanja dan anak yang paling dijaga Terkadang ada suatu hal yang mengharuskan semua orang membenci keberadaan diri kita sendiri. Teman, kerabat, orang orang...