4

174 12 0
                                    







Leo Radhitya Agra

Seorang pria tinggi semampai berumur 24 tahun yang berprofesi sebagai dokter di Rumah sakit besar dikotanya

Merawat pasien memang sudah menjadi kebiasaan sehari harinya. Mulai dari bayi, anak anak, remaja, dewasa sampai lansia sekalipun yang datang kepadanya dengan berbagai macam keluhan

Gelana Wijaya

Salah satu pasien yang selama ini rutin sekali dirawat. Seorang gadis keras kepala yang sangat sulit untuk mengatakan sakit. Seorang gadis yang sudah ia anggap seperti adik kecilnya sendiri

Yang bisa ia lakukan selama ini hanya menyemangati Ary dari luar, ingin sekali ia memeluk gadis ini setiap waktu dan menjadi pelipur lara, namun gadis ini sungguh keras kepada dirinya sendiri

"Jangan trus kaya gini Lana, kenapa kamu selalu nyembunyiin semuanya dari kakak. Kakak mohon jadiin kakak sebagai tempat kamu mau berbagi luka, jangan pendam semuanya sendiri. Kakak pengen kamu jadiin kakak sebagai kakak ketiga yang bakal selalu ada buat kamu dimanapun kamu berada. Tolong sayang" lirih Leo lesu sembari menatap Lana yang masih belum sadarkan diri

Tangan Leo terulur mengelus rambut Lana sayang sembari tersenyum kecil. Setiap melihat Lana, membuatnya seakan selalu membandingkannya dengan dirinya sendiri

Leo sudah mengetahui semua itu bahkan saat Lana masih bayi. Seluruh orang membenci Lana. Dunia seakan benar benar menyuruh Lana agar menetap pada penderitaannya dan berdiri sendirian, mengapa dunia begitu jahat untuk gadis kecil rapuh seperti Lana

Lana terlahir tanpa mengetahui apapun tanpa mengetahui siapa ibunya, tanpa bisa merasakan kasih sayang seorang ibu, tanpa bisa merasakan kasih sayang saudara maupun ayahnya, tanpa bisa merasakan pertemanan yang sesungguhnya disekolah. Tanpa Bisa Apapun

Terlelap dalam kesendirian, dihantui oleh kegelapan hati dari orang orang yang membencinya. Cukup mustahil melihat bahwa gadis ini masih bisa bertahan sampai saat ini

Sedari kecil tak ada yang mau bermain bersama Lana kecuali Leo. Ayah Leo dulunya juga seorang dokter sekaligus teman karib dari ayah Lana. Mereka kerap berkunjung ke rumah Lana bahkan terhitung setiap hari karna Leo terus merengek ingin bermain dengan Lana

Bahkan tak jarang Leo tidur dan menetap dirumah Lana hanya untuk menghabiskan waktu bersama, dan itu membuat Leo merasa benar benar harus melindungi Lana seutuhnya

Bagaimana kondisi Lana? bagaimana kondisi rumah Lana? Ia bahkan mengetahui sekecil apapun detail keadaan yang ada didalam rumah Lana....ia tau

Leo adalah anak tunggal, memimpikan memiliki seorang adik perempuan adalah angan angannya setiap hari waktu kecil. Bermimpi bahwa ia bisa bermain kejar kejaran, bermain pasir, berjalan bersama berdua, memeluk adiknya ketika hujan petir, berpelukan ketika tidur, menjaga adiknya dari segala bahaya. Itu adalah impiannya yang tak pernah terkabul, sampai ia akhirnya bertemu gadis nakal berumur 17 tahun ini

Impiannya seakan terkabul, walaupun Lana bukanlah adik kandungnya namun ia sudah menganggap Lana sebagai adiknya sendiri. Membuat Lana sembuh adalah impian barunya yang akan ia capai, mencoba menjadi pahlawan bagi Lana. Pahlawan yang tak akan pernah menghilang

Lana adalah pasien yang sangat spesial baginya. Namun melihat Lana yang jatuh sakit selalu membuatnya merasa jadi orang paling jahat. Lana tidak hanya menderita luka mental namun juga luka dalam dan fisik, namun entah mengapa gadis ini selalu menyembunyikan semuanya dari dunia

Asma yang menjadi penyakit turun temurun bagi keluarga wijaya. Inhaler menjadi satu satunya penolong Lana saat sedang beraktifitas dan Leo selalu dengan sigap meletakkan inhaler kedalam tas Lana saat Lana berangkat sekolah

Saat masih terhanyut dengan lamunannya, seketika ia berdiri terkejut mendengar alat pendeteksi jantung yang berbunyi, Leo seketika menoleh kearah Lana yang terlihat memegangi dadanya dengan nafas memburu

"Lana tenang sayang, tarik nafas pelan pelan....buang" Leo segera memasangkan alat bantu nafas untuk Lana

Lana menatap Leo dengan air mata yang keluar dari matanya

"Sa--kit" ucap Lana pelan sembari memukul dadanya kuat namun Leo menahannya

"Kakak udah ngasih obat kok nanti kamu bakal sembuh yah, Sekarang ikuti kakak. Tarik nafas pelan pelan....trus buang" Lana mengangguk dan mengikuti intruksi dari Leo, Leo terus mencoba menenangkan Lana sembari mengelus kepalanya lembut

Rasa sakit didadanya perlahan mereda tergantikan dengan rasa kantuk yang mulai datang hingga akhirnya ia terlelap kembali dengan Leo yang masih menggenggam tangannya dan tersenyum padanya

"Cepet sembuh yah sayang, nanti kakak beliin apa yang kamu mau kalo  kamu sembuh. Jangan hujan hujanan lagi, kakak pengen kamu sehat terus, bagi sakitnya ke kakak kalo kamu ngerasa sakit, oke? Bahkan kalo dunia gak nerima kamu, masih ada kakak yang jadiin kamu tempat bergantung kakak. Tolong bertahan yah demi kakak.....demi bunda kamu" Leo tersenyum lembut dengan tangan yang terus mengelus rambut lana sayang

Ia harap Lana mendengar perkataannyan saat ini




enolATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang