19

142 13 0
                                    








Lana terdiam menatap sepucuk kertas yang ada ditangannya saat ini, perlahan ia mendongak menatap wajah Leo yang terlihat sangat muram dan mata yang kosong

"Kakak" panggil Lana sembari menggenggam tangan Leo yang duduk didepannya

"Maafin kakak sayang, kakak gak ngasih tau kamu selama seminggu ini, kakak ngerasa gak siap, kakak bahkan Blom bisa nerima ini semua, kakak takut kamu benci sama kakak karna gak bisa jagain kamu, kakak hiks--"

"KAKAK" teriak Lana kemudian  memeluk erat Leo yang sedikit terisak

"Kenapa jadi kakak yang minta maaf, kakak aneh. Ngapain juga Lana benci sama kakak. Hahha gak papa kok" ucap Lana sembari menepuk pundak Leo

"Tapi Lana, kakak--"

"Kakak udah ya, Lana gak papa kok serius. Ini takdir Lana, Lana gak bisa nolak apa yang udah dikasih sama yang diatas ke Lana. Kakak gak perlu ngerasa berat buat ngomongin ini, kakak selalu jadi the best person untuk Lana jadi jangan nyalahin siapapun maupun diri kakak sekarang. Makasih ya udah ngasih tau Lana, Lana sayang sama kakak, tolong jangan nyalahin diri kakak kaya gini" ucap Lana kemudian melepaskan pelukannya pada Leo

"Lana" sontak ia menoleh ketika namanya dipanggil, menatap kearah sosok yang tak asing baginya, teman sekaligus partner Leo selama ini dirumah sakit, tentu saja ia mengenal pasti pria ini

"Kak Iqbal" ia tersenyum sembari menatap pria yang saat ini berdiri disamping Leo yang masih tertunduk menangis

Iqbal terdiam sejenak ketika menatap sendu pada sosok gadis didepannya yang masih terus tersenyum hangat. Bagaimana bisa ada orang setegar ini?

"Kamu bakal baik baik aja kok, tenang aja ya. Yang terpenting sekarang kamu harus ekstra hati-hati dalam beraktifitas. Kalo gak bisa ngerasain sakit, yang terpenting yaitu jangan terinfeksi. Kamu harus hati-hati, kalo nggak kamu--"

"Itu kaya bom waktu, Itu yang Lana denger dari vidio yang Lana tonton tentang pria yang punya penyakit sama kaya Lana. Dia bilang, tubuh Lana kaya bom waktu yang bisa meledak kapan aja

Boomm!!"

"Lana--"

"Meski usus buntu Lana pecah, Lana gak bisa ngerasain sakit, Dia bilang Lana akan tau itu setelah organ tubuh Lana membusuk dengan sendirinya didalam sana. Dia bilang kita bisa mati gitu aja, gak ada penyembuhan dari penyakit ini dan Lana denger kita bakal mati bahkan sebelum usia 20 tahun"

"Lana!--"

"Lana gak bisa ngatur suhu tubuh jadi gak bisa banyak gerak dan karate lagi, Lana harus meriksa seluruh tubuh Lana yang patah jadi Lana gak bisa main main lagi. Lana gak bisa lagi ngelakuin apapun yang mudah di lakuin orang lain kan, Lana memang berfikir semua bakal baik baik aja, tapi tetep aja Lana jadi mikir gini....untuk apa gunanya Lana hidup lama kalo---"

"LANA!!!"

Sontak Lana menghentikan ucapannya setelah akhirnya tersadar akan ucapannya sendiri yang begitu jauh, ketika melihat sosok Iqbal yang menatapnya tajam dengan bulir air mata yang jatuh membasahi wajah tampan itu. Bagiamana pun ia sudah menganggap gadis ini sebagai adik kecilnya sama halnya seperti Leo, Bagaimana bisa ia diam ketika gadis ini berkata seperti itu

"Bal tolong Awasi Indeks Nosisepsi Analgesia. Trus periksa kemampuan nya untuk ngerasain suhu" ucap Leo dengan suara bergetar dan isakan yang tak kunjung berhenti

(ANI : Memeriksa rasa sakit seseorang melalui perubahan ECG)

Iqbal yang tak dapat berkata kata lagi sontak berbalik kemudian berjalan menjauh dari mereka berdua ketika ia juga tak kuasa menahan tangisnya setelah mendengar ucapan gadis itu, ia kemudian masuk kedalam ruangannya untuk menjalankan tugas yang diberi Leo

enolATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang