Suara kebisingan dari dapur cukup membuat para penghuni rumah mungkin terbangun dari tidurnya. Ketika ayam mulai berkokok tanda bahwa hari mulai semakin siang
Lana menoleh kearah jam yang ada di dinding, menunjukkan pukul 6 dini hari tanda bahwa ia harus segera mempercepat gerakannya untuk membuat sarapan
Huh
Ia menghela nafas kecil sembari mengusap sedikit keringat di dahinya. Menatap kearah piring piring yang sudah terisi dengan berbagai macam lauk, ia tersenyum kecil sembari mengangguk ketika akhirnya semuanya selesai
Dengan langkah hati hati ia membawa piring piring tersebut menuju meja makan untuk persiapan sarapan pagi bagi saudara dan ayahnya nanti
Lana menoleh ketika mendengar suara langkah kaki seseorang, ketika senyumnya merekah kala melihat sosok Vandra yang berjalan kearah meja makan sembari merapikan lengan baju nya. Satu satunya orang yang selalu bangun lebih awal setelah Lana
"Pagi Abang" sapa Lana dengan senyuman paginya menatap Vandra
Terlihat Vandra hanya menatap Lana sekilas kemudian mengangguk singkat sebelum akhirnya duduk di meja makan sembari menunduk menatap ponsel. Seakan tersengat listrik, membuat Lana mematung seketika, baru kali ini ia melihat Vandra membalas sapaan paginya walaupun hanya dengan sebuah anggukan. Mimpi apa ia semalam, hingga mendapatkan hadiah semewah ini dipagi hari
Dengan langkah riang ia tersenyum sembari berjalan kembali menuju dapur untuk membereskan seluruh perkakas masak yang kotor, sebelum nanti Ayah dan si sulung bangun
Tangannya terus bergerak dibawah pancuran air dan bisa dari spons ditangannya. Pagi ya menjadi lebih cerah sekarang, Lana meraih pisau yang ia gunakan tadinya untuk memasak kemudian mencucinya, namun saat mencuci pisau tersebut ia menjadi kurang fokus karna terlalu kegirangan hingga membuat tanpa sengaja pisau tersebut menyayat telapak tangannya
Seketika Lana menghentikan gerakannya kala melihat sebuah noda merah bercampur dengan busa cuci piring. Ia segera meletakkan pisau tersebut ke wastafel sembari mencuci tangannya
Ia mengangkat tangan kedepan wajahnya kala melihat cairan merah mengalir deras dari telapak tangannya. Terdiam sejenak menatap darah yang mengalir turun
Dengan sigap ia menarik lengan bajunya ke atas ketika darah mulai semakin jatuh dan menetes ke lantai. Ia menghela nafas sembari menatap datar luka itu
"Huh...lagi?" Ia kembali menghela nafas sembari menggelengkan kepala kecil sembari sedikit menekan pendarahan ditangannya tersebut
Ini sudah sering terjadi di beberapa Minggu terakhir ini. Ia merasa ingin menangis tapi tak bisa karna ia tak bisa merasakan sedikitpun perih maupun sakit saat terluka. Keanehan yang selalu menjadi tanda tanya baginya
Namun ia merasa untuk tak terlalu mengambil pusing tentang kondisinya. Selagi ia masih bisa berdiri dan melakukan segalanya, ini bukan masalah, right?
Setelah selesai dengan itu, ia kemudian meraih kain lap disebelahnya dan menunduk untuk mengelap darah yang ada dilantai sebelum nanti ayah dan saudaranya menyadari itu. Setelah tampak bersih ia kemudian kembali berdiri dan mencuci asal tangannya dari darah itu
Demi agar ayahnya tak khawatir, Lana akhirnya meraih kotak p3k diatas lemari es dan mengikat asal perban ke telapak tangannya tanpa dibersihkan dengan obat merah. Ia menurunkan sweaternya hingga hanya memperlihatkan jarinya saja untuk menyembunyikan luka tersebut dari ayah maupun saudara nya
Ia kemudian berjalan kembali ke arah meja makan ketika sudah mendapati ayah dan Devan yang duduk disana, sontak ia mendekat dan menyapa mereka berdua namun ia menelisik kala tak melihat sosok Vandra disana
KAMU SEDANG MEMBACA
enolA
Teen FictionMenjadi anak bungsu tidaklah serta merta menjadi anak yang paling disayang, anak yang paling dimanja dan anak yang paling dijaga Terkadang ada suatu hal yang mengharuskan semua orang membenci keberadaan diri kita sendiri. Teman, kerabat, orang orang...