13

114 12 0
                                    






Perjalanan yang memakan waktu 2 jam perjalanan cukup membuat tubuh dan raganya letih

Ia berdiri didepan gerbang sembari menatap rumah yang sudah hampir setahun tak ia singgahi, bagaimana reaksi mereka saat tau bahwa ayahnya pulang lebih awal

Raga Wijaya

Sosok pria paruh baya yang menjadi orang tua tunggal bagi ketiga anaknya. Yang bekerja disalah satu perusahaan luar negri dan mau tak mau harus meninggalkan anak anaknya demi memenuhi seluruh kebutuhan mereka. Terkadang rasa bersalah selalu menghantuinya karna tega meninggalkan ketiga anaknya berbulan bulan ituk mencari nafkah, kerinduan selalu terlintas setiap hari dibenaknya setiap memikirkan tentang anak anaknya, namun semua kegundahan itu berakhir sekarang

Setelah berada di depan pintu ia sedikit menghela nafas pelan saat tangannya terulur menekan bel. Senyumannya mengembang ketika menunggu sambutan kecil dari ketiga anaknya nanti

Seketika senyumannya melebar kala akhirnya pintu terbuka, memperlihatkan sosok yang begitu ia rindukan selama ini. Putri Kecilnya

"Ayah" panggilan itu membuatnya tersadar dari lamunanya, ingin sekali saat ini ia langsung berlari dan memeluk putri bungsunya tersebut, namun entah kenapa tubuhnya tak merespon ajakan dari otaknya

Ia kemudian tersenyum sembari mengelus rambut putrinya dan berjalan masuk, bertepatan saat anak kembarnya yang juga baru keluar dari kamar dan menyambut hangat kedatangannya

Setelah masuk dan duduk di sofa, tubuh dan pikirannya terasa lega setelah melihat wajah anak anaknya yang menyambut hangat kedatanganya dengan senyuman bahagia, berharap bahwa semuanya baik baik saja dan akur satu sama lain

Sedikit berbincang bersama anak anaknya untuk melepas rindu, namun atensinya teralih ketika melihat sulung Devan yang berdiri menghampiri Lana

Terlihat bagaimana saat Devan mengatakan sesuatu pada Lana sambil sedikit menggeram, Raga terdiam sejenak melihat anaknya satu persatu yang terlihat begitu menjauh satu sama lain

Terlihat disini bahwa tak ada rasa cinta maupun kasih sayang yang tumbuh pada mereka, membuat Raga merasa begitu tak berguna karna tak dapat melakukan apapun untuk menyatukan anak anaknya. Opininya masih sama seperti dulu, diantara Devan dan Vandra, si sulung Devan lah yang lebih membenci Lana dibanding Vandra yang lebih banyak diam dan acuh tak acuh

Tatapan Raga tak lepas saat melihat kearah Lana yang berjalan menjauh menuju dapur setelah didorong kecil oleh Devan, menatap bagaimana Lana terlihat begitu ikhlas dengan semuanya. Raga sedikit meremas celananya, begitu tega nya ia karna membiarkan semua ini terjadi pada putri kecilnya, lihatlah bahkan sekarang mengapa diri ini terus diam saat anak bungsunya bahkan berteriak minta tolong, mungkin semuanya bukan salah anaknya jika tak dapat menyayangi satu sama lain, bahkan dirinya sendiri saja sudah gagal menjadi orang tua

Saat makan pun Raga masih setia menatap kedua putranya, momen disaat ia mengajak Lana untuk duduk dan makan bersama, disitulah mood kedua sulung tiba tiba memburuk, itu terjadi setiap tahun setelah ia pulang dari luar negri

Dadanya terasa perih layaknya di tusuk oleh pisau kala melihat gadis kecilnya duduk disebelahnya dengan tatapan antusias seakan berkata 'ayah ini nyata aku kembali duduk disini' sembari meraba pelan meja dengan senyum cerah, untuk merasakan kehangatan yang ada disekitar meja makan

Bohong jika ia tak sadar anaknya menunduk dan menangis, Raga merupakan orang paling peka, ia bahkan bisa mendengar isakan kecil yang mungkin tidak disadari oleh si kembar. Saat itulah hatinya terkoyak habis melihat kepedihan anaknya didepan matanya sendiri, namun lagi lagi tubuh ini seakan menolak untuk tau



enolATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang