Suara kasur beroda yang didorong melewati koridor rumah sakit bergema dengan ritme cepat dan tegas. Roda berdecit halus di atas lantai yang bersih dan mengkilap, menciptakan nada mekanis yang menegangkan. Di sekitar, suara langkah kaki cepat para tenaga medis menambah ketergesaan suasana. Sesekali terdengar percakapan singkat dan instruksi tegas, menyatu dengan bunyi detak jantung di monitor portable yang dibawa bersama kasur.
Di depan, pintu ruang operasi menanti dengan cahaya yang lebih terang, memberikan kesan kebersihan dan kesiapan. Saat kasur melewati pintu ganda menuju ruang operasi, suara berubah menjadi lebih tenang dan terfokus. Hanya terdengar suara alat medis yang siap, suara perlahan langkah kaki yang terlatih, dan napas teratur dari mereka yang akan segera melakukan operasi. Lana, yang berada di atas kasur, merasakan seluruh dunia di sekelilingnya bergerak cepat menuju momen krusial, penuh harapan dan ketegangan
"Bertahan ya kakak janji bakal ngobatin kamu" ucap Leo sedikit panik menatap gadis yang terbaring diranjang dengan setengah sadar
"Lana...gue disini lo bisa denger suara gue kan" ucap pria jangkung yang berdiri disebelah kiri ranjang dengan begitu panik
"Sayang Ayah disini, ayah bakal tetep disini jagain kamu, Ayah mohon bertahan ya hiks"
"Apa yang terjadi sayang...bang Vandra disini loh, kamu gak mau nyapa abang hmm hiks tolong tetep sama abang ya hiks"
Saat mereka mempercepat langkah untuk segera mencapai pintu ruang operasi. Semua orang bahkan menatap panik dan takut saat melihat kondisi Lana saat ini yang begitu buruk. Berusaha untuk memberikan semangat kepada gadis yang terbaring lemah saat ini untuk tetap berada disamping mereka
Vandra menggertakkan giginya keras ketika merasa begitu emosi dan khawatir saat ini dengan apa yang terjadi pada adik kesayangannya. Apa ini? Kenapa Lana terlihat begitu buruk?
Sebelumnya ia dan sang ayah begitu tertekan karna hilangnya Lana, mereka mencoba melacak ponsel Lana namun sialnya ia menemukan ponsel Lana tergeletak di lantai rumah sakit dengan layar yang sudah rusak. Mereka tak tau jika Leo pergi untuk Lana, jika tau mungkin mereka juga akan mengejar pria itu
Hingga membuatnya harus menunggu sembari terus mencoba menghubungi Leo dan teman temannya yang bekerja dikepolisian agar dapat melacak setidaknya keberadaan Leo
Ia begitu frustasi saat itu, sampai tiba dimana tubuhnya berdiri tegap ketika melihat sosok Leo yang keluar dari ambulan diiringi dengan Devan disana. Namun matanya saat itu hanya tertuju pada seorang gadis yang terbaring diranjang dengan luka diseluruh tubuhnya
Ia bahkan sempat bingung tentang siapa gadis kecil itu, saat matanya tertuju pada sebuah gelang familiar yang mirip dengan miliknya melingkari tangan gadis itu. Itu Lana. Begitu banyaknya luka di wajah maupun tubuh gadis itu hingga membuatnya hampir tak mengenali adiknya sendiri
Jantungnya terasa berhenti berdetak, nafasnya tercekat, tubuhnya begitu kaku setelah melihat itu. Seakan dunianya mengabur dan menggelap. Apa yang terjadi? Ia pasti salah lihat, itu pasti bukan Lana? Tapi kenyataan terlalu kejam untuknya menerima fakta bahwa itu memang adik kecilnya...Lana
Lihat sekarang, bagaimana bisa adiknya mengalami luka sebanyak ini. Terbaring tersenyum kecil mencoba meyakinkan mereka bahwa ia baik baik saja saat mereka terus menatap kearahnya
Vandra mencoba tersenyum dan mengangguk kecil untuk menyemangati Lana. Masih berharap bahwa semua ini hanyalah mimpi, namun sialnya yang terbaring disana memanglah Lana...Gadis kesayangannya
Ingin rasanya mengajukan semua pertanyaan dikepala namun ini bukan waktu yang tepat. Bahkan mulut ini rasanya kelu untuk sekedar bertanya 'apa yang terjadi' yang ada diotak mereka sekarang adalah keinginan agar Lana bisa segera diobati
KAMU SEDANG MEMBACA
enolA
Teen FictionMenjadi anak bungsu tidaklah serta merta menjadi anak yang paling disayang, anak yang paling dimanja dan anak yang paling dijaga Terkadang ada suatu hal yang mengharuskan semua orang membenci keberadaan diri kita sendiri. Teman, kerabat, orang orang...