Menunduk sembari menunggu membuatnya semakin gugup, saat ia kemudian mendongak menatap kearah depan dimana terdapat Leo yang berlutut didepan seorang gadis yang berada di kursi roda dengan gerutuan kesal
Menjelang sang Ayah dan saudaranya datang hendaknya ia ingin menjaga gadis itu didalam ruangan, rasa canggung memang terlihat begitu kentara ketika mengetahui mereka hanya berdua disana padahal mereka kakak dan adik
Yang bisa ia lakukan didalam ruangan itu hanya duduk sembari sesekali menanyakan hal biasa, mungkin berada di dalam ruangan putih itu berhari hari menjadi membosankan hingga tak tau harus melakukan apa selain menatap keluar jendela untuk gadis ini
Akhirnya sebuah ide terlintas saat itu di otaknya, sejenak merasa ragu apakah ini ide bagus? Saat ia mengatakannya untuk mengajaknya ke taman hanya untuk sekedar menikmati malam dan jalan jalan, awalnya ia tak berfikir gadis ini mau namun ternyata dugaannya salah, gadis itu menoleh dan berteriak antusias seolah begitu senang mendengar ajakannya. Melihat antusiasme itu membuatnya menghangat, hingga akhirnya ia berjalan keluar untuk mencari kursi roda
Namun ya, sebuah izin diperlukan untuk setiap gerakan. Dengan berat hati mau tak mau ia harus meminta izin kepada sosok Leo. Yang pastinya langsung menolak dengan kesal, saat kemudian menggerutu panjang lebar pada gadis didepannya saat ini
Akhirnya setelah lama menunggu, Leo mendorong kursi roda itu kembali ke tempat, walaupun tak menutupi wajah yang terlihat kesal dan muak. Saat Leo menatap tajam kearah pria didepannya seolah memberi peringatan keras
"Kalo sampe terjadi apa apa sama dia, bakal gue buat lo--"
"Kakak, ini cuman bang Devan. Dia bakal jagain Lana, gak papa ya" Devan hanya menatap datar pada Leo saat melihat Leo yang masih tak percaya padanya, ia hanya mengangguk singkat sembari mengalihkan pandangan dari Leo
Leo mengeratkan pegangannya pada kursi roda, setiap melihat Devan entah mengapa emosinya selalu terasa diuji. Sontak ia menoleh ketika merasa sebuah tangan memegang tangannya, saat melihat Lana yang menatapnya seolah memohon untuk percaya
Seketika tatapannya melembut, saat ia kemudian kembali berlutut dan menatap gadis didepannya dengan penuh kekhawatiran
"Yaudah iya, kamu boleh jalan jalan disekitar taman tapi jangan lama lama dan jangan terlalu jauh. Kamu gak mau kan nanti balik sakit lagi karna infeksi virus, inget badan kamu juga harus tetep hangat"
"Hahha Lana gak bisa peka sama suhu, gimana Lana bisa tetep hangat" ucap Lana tertawa jenaka, saat kemudian ia kembali terdiam kala melihat Leo berdecak
"Intinya badan kamu lagi rentan sama virus, jadi virus manapun pasti bakal ada didekat kamu kalo gak hati hati" ucap Leo sembari mendongak menatap Devan tajam
Saat kemudian Leo membenarkan sweater yang ada di tubuh Lana, kemudian membentangkan selimut hangat pada tubuh Lana hingga mencapai leher. Bagaimana pun, angin malam tidak bagus untuk tubuh sekalipun gadis ini tak merasakannya
Akhirnya Leo berdiri sembari sedikit mengelus puncak rambut Lana sayang
"Cuman untuk kali ini kakak ngizinin kamu, itu gelang yang ada ditangan kamu terhubung sama remot yang ada ditangan kakak sekarang. Remot ini bakal otomatis bunyi kalo detak jantung kamu ngelewati angka 100 bpm, suhu tubuh kamu gak normal, dan kalo kamu luka. Jadi kalo sampe kamu kenapa napa kakak bakal--" ucapannya terhenti ketika ia merasakan sebuah genggaman pada jarinya
"gak usah khawatir, kan ada Abang yang jagain" ucapnya sembari tersenyum lembut menatap Leo
"Justru makhluk satu ini yang perlu dicurigai asal kamu tau" ucap Leo kesal sembari menunjuk wajah Devan
KAMU SEDANG MEMBACA
enolA
Teen FictionMenjadi anak bungsu tidaklah serta merta menjadi anak yang paling disayang, anak yang paling dimanja dan anak yang paling dijaga Terkadang ada suatu hal yang mengharuskan semua orang membenci keberadaan diri kita sendiri. Teman, kerabat, orang orang...