20.30 WIB
Setelah menghabiskan satu hari dirumah sakit membuatnya sedikit merasa lebih baik walaupun masih terasa sedikit pusing. Dengan langkah pelan Lana masuk kedalam rumah
"Assalamualaikum" ucap Lana sembari menutup pintu dibelakangnya
Sebenarnya Leo masih belum memperbolehkannya pulang, namun Leo akhirnya memperbolehkan Lana pulang setelah lama terus merengek dan memaksa, membuat Leo mau tak mau harus mengalah
Pusing masih menggentayangi kepalanya sejak tadi ditambah dengan dadanya yang masih terasa sakit untuk bernafas sekalipun. Namun bukan Lana namanya jika hanya berdiam diri
"Masih inget lo punya rumah hah Kemana aja lo? Lo pikir bisa seenaknya pulang pergi. Klo emang mau minggat sekalian bawa baju lo, ga usah tanggung tanggung gini" ucap Devan sinis sembari bersandar pada tiang
"Maaf bang, kemarin Lana harus kerja kelompok dirumah temen trus lupa mau ngabarin" Ucap Lana mencoba mencari alasan
"Maaf maaf, lo kira maaf lo itu bisa bikin rumah bersih. Gak pulang semaleman apa aja yang lo kerjain diluar rumah hah. Ohh atau jangan jangan lo nemuin orang buat jual diri? Wahh iya juga yah" seketika Lana melongo tak percaya mendengar kalimat terakhir yang dikatakan oleh Devan
"Astaga abang, bisa bisanya Abang mikir gitu, Lana kemarin demam tinggi trus ketemu sama kak Leo di apotek, karna tau kondisi Lana yang gak baik, kak Leo bawa Lana kerumah sakit, asma Lana kumat dan kak Leo gak ngebolehin Lana pulang. Lana gak pernah nyangka Abang sejahat itu sampe nuduh Lana dengan kaya gitu. Abang pikir abang bisa makan tanpa Lana yang masakin?nggak kan, jadi bisa gak sih buat berenti ngebuang lana" jelas Lana panjang lebar dengan suara yang sedikit meninggi menatap Devan tajam
Hatinya terasa sakit ketika mendengar saudaranya sendiri mengatakan hal sekejam itu
Seketika ia menutup mulutnya, tak sadar bahwa ia baru saja berteriak
"Abang Lana gak bermaksud--"
"BANGSAT!! BERANI BERANINYA LO NINGGIIN SUARA LO DEPAN GUE HUH. LO MAU MATI YAH, UDAH BAGUS GUE GAK BUANGIN BAJU BAJU LO KELUAR. LO PIKIR SEGITUNYA GUE BERGANTUNG SAMA LO CUMAN MASALAH MAKAN, HARUSNYA OTAK LO TUH DIPAKE, LO MASIH NYANDANG NAMA ADETYA, JANGAN MALU MALUIN AYAH DENGAN TIDUR DIRUMAH ORANG. PUNYA ANAK PEREMPUAN GAK GUNA KAYA LO UDAH CUKUP BUAT KELUARGA MALU JANGAN NAMBAH NAMBAHIN LAGI TOLOL. DENGAN LO GAK ADA DIRUMAH ITU GAK AKAN BUAT GUE RUGI, TAPI INGET APA KATA ORANG KALO NGELIAT LO PULANG KERUMAH MALEM MALEM KAYA GINI, GAK USAH MALU MALUIN AYAH TOLOL!! KAYANYA HUKUMAN RINGAN GA CUKUP BUAT ORANG KAYA LO" tanpa aba aba Devan menarik kasar rambut Lana dengan penuh emosi
Devan menarik kasar Lana menuju gudang kemudian melempar kasar Lana masuk kedalam dan mengunci pintu dari luar. Masih terdengar Lana menggedor gedor pintu tersebut
"Abang buka tolong maafin Lana hiks Lana gak bakal ngelakuin itu lagi hiks hiks abang tolong disini gelap banget hiks Lana takut hiks Lana mohon hiks Lana janji ga bakal ngelakuin itu lagi hiks abang abang!!" isak Lana menjerit sembari menggedor gedor pintu namun hanya mendapat fiaman dari Devan
"Lo gak berhak buat ninggiin suara lo didepan gue. Lo cuman sampah dirumah ini. Sekarang bermalem lo disana sama tikus, dasar tolol" Devan tertawa sembari berjalan menjauhi gudang yang terpisah dari rumah utama
Lana menangis sembari menatap sekitar yang begitu gelap dan sunyi, selain tangisnya yang ada dalam ruangan itu yang ada hanya cahaya kecil dari ventilasi udara yang menampakkan bahwa hari semakin gelap
...
Cahaya dari ventilasi menyorot kearah matanya membuat nya seketika terusik dan terbangun dari tidurnya
KAMU SEDANG MEMBACA
enolA
Teen FictionMenjadi anak bungsu tidaklah serta merta menjadi anak yang paling disayang, anak yang paling dimanja dan anak yang paling dijaga Terkadang ada suatu hal yang mengharuskan semua orang membenci keberadaan diri kita sendiri. Teman, kerabat, orang orang...