20.21 WIB
Leo masih setia duduk dikursi mobilnya, melajukan mobil dengan kecepatan standar, hujan kembali membasahi jalanan dengan wiper mobil yang terus bergerak gerak didepannya
Ia menoleh kearah Lana yang tertidur disampingnya dengan kepala yang jatuh kearah jendela mobil. Leo tersenyum kemudian kembali fokus ke jalan untuk mengantar gadis itu pulang
Setelah menangis, Lana tak banyak bicara setelah itu, Leo berpamit pada ibunya untuk mengantarkan Lana pulang. Sebenarnya ibunya melarang dan menyuruh Lana untuk menginap satu malam dirumah, namun Lana lagi dan lagi menolak dengan alasan 'Abang udah nungguin lana dirumah nanti dia khawatir ' Semua orang tau, itu hal yang mustahil
Setelah hampir 20 menit menempuh perjalanan akhirnya mereka sampai
Leo turun mengelilingi mobil kemudian membuka pintu mobil dimana Lana tertidur, perlahan Leo mengangkat Lana tanpa berniat membangunkannya. Namun sebelum itu ia mengelus kepala Lana sayang
"Pasti cape banget yah sayang" ucap Leo menatap wajah tidur Lana yang begitu damai
Leo berjalan menuju pintu rumah kemudian memencet bel beberapa kali sampai akhirnya seseorang keluar dari dalam pintu
Devan menatap mereka berdua dengan tatapan yang sulit diartikan. Terjadi keheningan diantara mereka untuk beberapa saat
Tanpa menyapa tanpa mengatakan apapun Leo masuk kedalam dengan wajah tanpa ekspresi. Entah kenapa setiap melihat wajah orang yang ada dirumah ini membuat darahnya seketika mendidih
"Ehh lo gak diajarin sopan santun yah sama orang tua lo. Emang ya orang kaya Lo tuh emang gak punya etika kalo ketemu.orang lain. Kaya sekarang, dateng dateng main nyelonong aja kaya nih rumah punya BAPAK lo aja" ucap Devan sarkas sembari menatap Leo tajam
Leo menghentikan langkahnya kemudian berbalik menatap Devan lebih tajam dari sebelumnya
"Ups sorry, gue kira tadi yang berdiri didepan disitu tong sampah, soalnya bau busuk banget, gue masih waras, yakali gue harus nyapa tong yang isinya sampah gaguna kaya lo sorry" jawab Leo sembari tersenyum miring ketika menatap wajah Devan yang berubah datar
Tanpa memperdulikan Devan, Leo kembali melangkah kemudian masuk kedalam kamar Lana. Leo perlahan merebahkan tubuh Lana keatas ranjang
Ia duduk disamping kasur dengan tangan yang tak henti hentinya mengelus rambut Lana
"Kalo kakak tinggal kamu sekarang, kamu bakal baik baik aja kan. Dengan kondisi kamu yang kaya gini Kakak takut kamu diapa apain sama mereka. Kamu bakal baik baik aja kan? Tolong bertahan yah demi kakak, besok kakak janji bakal selalu antar jemput kamu kemanapun asal kamu nggak ngelakui hal itu lagi. Lupain 'sesuatu' demi semuanya. Huh yaudah kalo gitu kakak pulang yah, kamu besok jangan sekolah dulu kalo ngerasa nggak enak badan. Jangan masakin mereka, biarin aja mereka mati kelaperan dirumah. Kakak pulang, good night nice dream sweety" ucap Leo pada Ary ketika ia mencondongkan tubuhnya dan mengecup kening Lana lama kemudian berdiri
Sebelum keluar ia menatap setiap sudut kamar mencari benda benda tajam yang mungkin harus ia singkirkan. Setelah menggeledah semuanya, yang ia dapatkan hanya sebuah pisau kecil berwarna hijau dengan tulisan 'Something'
Leo sejenak terdiam berdiri sembari menatap Lana dan pisau kecil itu bergantian, pasti pisau ini yang Lana maksud dengan 'sesuatu' fikirkan Leo seketika terbang jauh entah kemana ketika memikirkan ketakutan yang Ary jalani selama ini
Dari kacamata mata Leo
'Memang siapa yang mau ngelukai diri sendiri kaya gini, dan ngebuat luka fisik untuk bisa lari dari luka batinnya sendiri, dengan 'pelarian' seperti ini? Siapa?'
KAMU SEDANG MEMBACA
enolA
Teen FictionMenjadi anak bungsu tidaklah serta merta menjadi anak yang paling disayang, anak yang paling dimanja dan anak yang paling dijaga Terkadang ada suatu hal yang mengharuskan semua orang membenci keberadaan diri kita sendiri. Teman, kerabat, orang orang...