Lana terdiam sejenak sembari mengatur nafasnya, menatap kearah dua sosok preman yang terbaring kesakitan dilantai. Ia berhasil memenangkan pertarungan, walaupun mungkin ini hanya keberuntungan belaka, jika saja ia tak menggunakan otaknya maka mungkin saat ini ialah yang diseret dan di pukuli. Benar benar bersyukur karna asma nya tak cepat kambuh
Saat tersadar ia berbalik badan dan menatap Devan yang masih duduk terikat disana menatapnya. Dengan langkah gontai, ia berjalan menuju kearah Devan sembari sedikit menggelengkan kepalanya ketika pandangannya terasa berputar
"Abang maaf ya Lana lama banget" lirih Lana tersenyum sembari berjongkok didepan Devan dan dengan lemas mencoba menarik tali yang mengikat kencang tangan dan kaki kakaknya
Devan diam sembari menatap tak percaya kearah Lana saat ini, tatapannya kemudian beralih pada dua pria yang sudah terbaring kesakitan dilantai. Gadis ini bisa mengalahkan preman yang bahkan memiliki tubuh lebih besar darinya, How? bagaimana bisa Lana seberani itu?
"Kenapa? Kenapa lo disini" lirih Devan sembari terus menatap gadis yang saat ini berjongkok didepannya, gadis yang terlihat babak belur bahkan lebih kacau darinya
"Kok abang masih nanya sih, Lana kesini ya mau jemput abang dong, maafin Lana karna terlalu lama biarin abang disini. Pasti sakit kan maaf ya, habis ini kita pulang ketemu Ayah sama Bang Vandra juga" ucap Lana menatap Devan khawatir, tangannya tanpa sadar terulur mengelap darah yang mengalir di pipi Devan, tak tega melihat Devan yang terluka sebanyak ini
Lana kembali menunduk mencoba memfokuskan pandangannya pada ikatan tali di tangan Devan, saat matanya terasa semakin memburam sekarang
Devan terdiam sejenak saat ia mendongak kala melihat sosok Alex didepan yang mendekat kearah mereka dengan sebuah tongkat bisbol di tangannya membuatnya sontak terkejut
"Alex apa yang mau lo lakuin--"
Bugh
Tepat sebelum Devan menyelesaikan ucapannya saat itu ia melihat kepala Lana jatuh dipangkuannya setelah menerima pukulan ditengkuknya
Devan menatap dengan mulut menganga kearah Alex yang juga terkejut dengan apa yang ia lakukan, melihat kepala gadis itu yang terluka akibat pukulannya
Alex terdiam sejenak tersadar, saat tongkat bisbol yang ada ditangannya jatuh ketika ia memundurkan langkahnya dan berlari keluar dari gudang itu setelah melihat gadis itu tak bergerak
"L-lo gak papa? k-kepala lo" lirih Devan menatap Lana yang tak bergerak dipangkuannya
"Oyy!!" Teriaknya sembari menelan saliva kasar ketika ia akhirnya bernafas lega ketika melihat gadis ini menggeliat kecil
Saat mencoba untuk terlihat mengangkat kepala nya yang begitu memberat sekarang
Lana menepuk pipinya dan menggelengkan kepala untuk membuatnya tetap sadar, sebelum bisa melepaskan ikatan Devan ia harus tetap sadar bagaimanapun caranya
Lana menunduk sejenak setelah akhirnya berhasil melepaskan ikatan yang melilit tangan Devan, berusaha untuk memfokuskan pandangannya yang semakin menggelap. Spontan Devan menahan bahu gadis didepannya yang hampir merosot, memastikan gadis itu masih sadar
"Lo masih hidup kan?"
"Huh syukurlah abang gak papa, maaf lama banget ngelepas talinya hahha padahal kita bisa lari dari tadi kalo Lana bisa lebih cepat" ucap Lana tertawa disela sela ucapannya
"Kenapa? Kenapa lo bisa disini? Siapa yang bawa lo kesini? lo gak ada urusannya sama hal ini. Lo....gak seharusnya ngelakuin ini semua. Dasar tolol!!" ujar Devan sedikit menggeram marah, sedangkan Lana hanya bisa tersenyum mendengar itu. Saat ini bahkan yang terdengar hanyalah suara Devan yang semakin menghilang dari telinganya yang berdengung begitu keras sekarang
KAMU SEDANG MEMBACA
enolA
Teen FictionMenjadi anak bungsu tidaklah serta merta menjadi anak yang paling disayang, anak yang paling dimanja dan anak yang paling dijaga Terkadang ada suatu hal yang mengharuskan semua orang membenci keberadaan diri kita sendiri. Teman, kerabat, orang orang...