Toktoktok...
"Masuk"
Seketika seorang gadis menyembulkan kepala nya dari luar pintu, menatap sosok Ayahnya yang duduk didepan meja kerjanya dengan mengenakan kaca mata
Setelah mendengar ketukan pintu ia seketika menoleh dan tersenyum, melepaskan kaca matanya dan menghentikan aktivitasnya sejenak
"Sayang sini masuk" Lana kemudian mengangguk pelan dan masuk kedalam dan berjalan kearah ayahnya
"Ada apa ayah manggil Lana"
"Hahha emang harus ada alasan ya ayah manggil putri ayah sendiri, gak papa kok ayah cuman pengen ngobrol sama kamu, sini duduk" ucap ayah sembari menepuk sofa intruksi agar Lana duduk disebelahnya
Lana perlahan duduk sembari menggigit bibirnya gugup, sesekali mencuri pandang menatap sang Ayah. Rasanya sangat canggung ketika mereka hanya berbicara berdua seperti ini
"Gimana kabar kamu selama ayah gak ada?" Lana mendongak kemudian menatap ayahnya lekat
"L-lana baik, kaya yang Ayah liat sekarang haha" balas Lana dengan tawa jaim
"Sekolah kamu? gak ada masalah kan?"
"Sekolah juga baik kok, Ayah jangan khawatir, sebisa mungkin Lana bakal berusaha buat nilai Lana naik dan gak malu maluin keluarga" ucap Lana yang membuat Ayah terdiam
"Oh iya kamu bakal naik kelas kan, hadiah apa yang kamu mau untuk ngerayain kenaikan kelas kamu hmm kasih tau Ayah" ucap Ayah berusaha untuk membuat keadaan tak terlalu canggung
"Lana udah kelas 3, tahun ini Lana tamat SMA" lagi lagi Ayah terdiam, segitu tidak tahunya ia terhadap putrinya sendiri
Saat menatap Lana sekarang, disaat itulah ia merasa hubungan mereka begitu terbentang jauh layaknya samudra, apa sejauh ini hubungannya dengan putrinya sendiri sekarang? bahkan hal lumrah seperti itu saja ia tak tau
Mereka masih merasa canggung dalam obrolan ini, terlihat Lana yang menunduk canggung seakan ia adalah kepala sekolah, bukan sebagai Ayah
"Maaf" Lana mendongak menatap sang Ayah yang terlihat tersenyum kecut
"A-hhh nggak papa kok, wajar kalo Ayah gak tau itu haha, namanya lupa yakan" ucap Lana tertawa canggung
"Ayah minta maaf sama kamu, kalo selama ini ayah udah ngasih beban terlalu berat ke kamu, ayah ngerasa hubungan kita udah jauh banget. Maaf udah buat kamu jadi canggung kaya gini, ayah gak bisa ngasih kamu kenyamanan sebagai orang tua. Ayah ngerasa gagal karna udah buat kamu ngerasa sendirian. Ayah minta maaf Lana" Lana mematung sejenak sembari menatap lekat ayahnya yang menunduk dalam
"A-ayah kenapa ngomong kaya gitu, ayah gak perlu minta maaf, itu wajar kok. Lana gak pernah nyalahin ayah, ayah jangan kaya gini" ucap Lana yang sedikit panik karna ayahnya yang terlihat murung
"Tapi...nyatanya ayah emang gitu"
"Denger, ayah gak perlu minta maaf tentang apapun. Ayah gak perlu nundukin kepala ayah, jangan kaya gini ayah" ucap Lana tersenyum hangat sembari menggenggam tangan ayahnya erat untuk memberikan keyakinan pada ayahnya yang masih terus menunduk
"Ayah terlalu sering minta maaf ke Lana, Lana bosen setiap ayah pulang trus minta maaf ke Lana. Ayah udah jadi orang yang terhebat dalam hidup Lana dan seterusnya bakal selalu kaya gitu. Ayah gak seharusnya minta maaf dan nundukin kepala kaya gini, karna justru Lana yang harus minta maaf ke Ayah. Karna udah ngebuat Ayah sama abang sering bertengkar karna Lana, Lana ngerasa jadi pembatas diantara kalian dan Lana benci akan itu. Ini semua bukan salah ayah, ini semua salah Lana, andai Lana gak ada, andai Lana--" ucapannya terhenti kala tiba tiba sang Ayah menarik tubuhnya kedalam pelukan hangat ini
"Jangan ngomong kaya gitu, buat Ayah kamu itu lebih dari apapun, lebih dari segalanya, lebih dari seluruh isi dunia ini. Kamu spesial bagi ayah, ayah sayang sama kamu nak...ini bukan salah kamu" Lana terdiam ketika mendengar suara ayahnya yang semakin memelan
Seketika senyum kecil terbit dibibir Lana, kehangatan menyebar diseluruh tubuhnya saat tangannya terulur mengeratkan pelukannya pada pelukan itu. Tubuhnya seketika rilex kala merasakan seluruh beban nya terangkat satu persatu
"Ayah selalu jadi superhero bagi Lana, kapanpun dan dimanapun. Lana gak suka ngeliat pahlawan Lana sedih, Lana tau, walaupun selama ini ayah bersikap lembut dan menerima Lana, tapi jauh didalam sana ayah juga setiap malam nangis karna mikirin bunda. Ayah, kalo Lana bisa mutar waktu, Lana gak pengen terlahir kedunia ini, Lana gak mau ngebebani kalian, Lana gak mau buat senyuman kalian hilang. Andai Lana bisa milih saat itu, Lana bakal milih dan minta sama tuhan buat ngambil Lana aja jangan bunda, karna bunda lebih penting bagi kalian dan bunda bisa terus ngejaga senyuman kalian. Itu kesalahan yang gak bisa Lana tebus untuk kalian semua. Lana minta maaf Lana--"
"Berhenti ngomong kaya gitu Lana berenti, jangan buat ayah semakin ngerasa bersalah. Ayah...Ayah...Gak tau gimana caranya supaya kamu bisa diterima sama abang, tapi ayah bakal ngelakuin segala cara untuk ngabulin itu, ayah janji. Ayah benci ketika ngeliat kamu terus terusan nahan semua ini sendirian. Ayah gak sanggup terus terusan ngeliat kamu dapat perlakuan gak adil sama mereka, Ayah benci diri ayah sendiri, kalo bunda seandainya ngeliat ayah sekarang dia pasti kecewa, karna Ayah gak bisa jadi orang tua yang hebat buat kamu, justru ayah jadi musuh bagi kamu. Ayah minta maaf"
"Harus berapa kali Lana bilang, Ayah sama abang gak pernah salah, tau dari mana ayah kalo abang perlakuan lana dengan buruk hmm? haha mana berani abang ngasarin Lana, nanti bisa bisa mereka gak Lana buatin makanan kalo mereka nakal haha. Ayah, abang ngejaga Lana dengan baik kok disini, Ayah gak perlu khawatir, abang ngasih Lana makan yang cukup kok. Disisi lain Lana bersyukur bisa lahir dikeluarga ini dengan abang dan ayah yang sayang sama Lana, terutama juga bunda disana yang selalu ngawasi dan ngejaga Lana kemanapun dan dimana pun Lana berada" ucap Lana menenangkan sang ayah dengan tersenyum dan menggenggam tangan sang ayah
Ayah terdiam sejenak sembari menatap senyum gadis kecilnya yang begitu tegar dan ingin semuanya baik baik saja. Betapa beruntungnya ia memiliki seorang yang begitu hebat seperti Lana
"Ayah kangen sama bunda" lirih ayah menatap Lana
"Kalo gitu ayo kita ke tempat bunda sekarang, udah tiga hari Lana gak kesana pasti bunda kesepian banget, dan bunda pasti kaget kalo Lana dateng bawa ayah sama abang, yaudah Lana siap siap dulu ya Lana harus cantik sebelum ketemu bunda biar bunda makin sayang sama Lana hahaha"
"Senyum dulu dong, masa mau ketemu bunda muka ayah cemberut terus, nanti bunda kira Lana mukul ayah lagi" ayah seketika terkekeh mendengar penuturan putrinya tersebut
"Nahh gitu kan ganteng, kita buat bunda jatuh cinta untuk keseribu kalinya karna senyuman ayah ya hihhih" ucap Lana dengan kikikan kecil sebelum akhirnya menghilang dari balik pintu menuju kamarnya dengan riang untuk bersiap
"Sarah, maafin aku karna blom bisa buat putri kita bahagia dan blom bisa ngebuat Devan sama Vandra nerima takdir dan ngejalani wasiat dari kamu. Bodoh banget ya aku, Ini semua salah aku maafin aku, rasanya aku gak punya muka buat ketemu kamu nanti"
Bohong jika ia tak tau tentang kehidupan dirumah ini setiap harinya walaupun ia tak berada dirumah
Cctv rumah ini tersambung pada laptopnya, segala aktivitas selalu terpantau oleh dirinya, dan bohong jika ia tak melihat setiap kali Lana diacuhkan, ditindas oleh Devan, bohong jika ia tak melihat dan tetap diam tanpa menegur anaknya
Ia blom bisa menjadi orang tua yang tegas bagi anak anaknya. Sial ia benar benar membenci dirinya sendiri karna menjadi orang bodoh yang tak bisa melakukan apapun untuk melindungi putri kecilnya
Ia berdiri sembari mengusap kasar air mata yang membasahi pipinya kemudian berjalan keluar untuk menyusul Lana yang begitu riang ketika ingin berkunjung makam sang ibu
KAMU SEDANG MEMBACA
enolA
Teen FictionMenjadi anak bungsu tidaklah serta merta menjadi anak yang paling disayang, anak yang paling dimanja dan anak yang paling dijaga Terkadang ada suatu hal yang mengharuskan semua orang membenci keberadaan diri kita sendiri. Teman, kerabat, orang orang...