Lana duduk dibawah jendela kamar sembari menatap kearah langit biru yang tampak begitu menenangkan, ia memejamkan matanya sembari menghela nafas pelan saat angin kecil sedikit menerpa wajahnya
Sudah 3 hari setelah kejadian itu dan disinilah dia sekarang, lagi dan lagi merepotkan orang lain. Sangat menyebalkan ketika berfikir tentang dirinya yang terus merepotkan sosok Leo, namun disini ia benar benar seperti hampir hilang arah dan memutuskan untuk pulang ke Leo adalah satu satunya opsi
Saat ia kemudian membuka matanya dan berdiri dari duduknya, keluar dari kamar dan berjalan menuju Leo yang sudah berada didalam mobil. Ia tersenyum kecil kemudian segera masuk saat Leo mulai menjalankan mobilnya melewati jalanan pagi yang begitu hangat
"Kakak tunggu disini aja ya, Lana gak lama kok cuman bentar aja" ucapnya sembari menatap Leo sembari melepas selbetnya dan membuka pintu mobil setelah akhirnya sampai di tempat tujuan
"Kakak harus ikut, gimana kalo tuh orang ada dirumah trus tambah gila nanti ngeliat kamu dateng. Kakak gak mau kamu kenapa napa karna masuk sendirian" ucap Leo penuh penekanan, tak terima jika Lana masuk sendirian kedalam rumah itu
"Hari ini abang pulang sore, Lana udah tau jadwal pulang mereka, gak ada orang dirumah jam segini. Tadi kakak sendiri janji bakal tunggu di mobil, toh juga Lana sebentar kok, janji deh" ucap Lana sembari menunjukan jari kelingkingnya menatap Leo meyakinkan
Leo terdiam sejenak melihat Lana yang tatap teguh ingin pergi sendiri. Dengan helaan nafas kasar ia kemudian mengangguk lesu membuat Lana seketika tersenyum riang
"Kakak tunggu kamu didepan gerbang, gak ada yang tau kalo kalo mereka dirumah, bisa aja mereka ada dirumah sekarang. Kalo ada apa apa kamu teriak aja kenceng kenceng, bakal langsung kakak bunuh mereka sekali ini kalo masih berani keras ke kamu" Lana tersenyum sembari menghela nafas pelan saat kemudian turun dari mobil diikuti Leo yang berdiri didepan gerbang
Lana perlahan berjalan kearah pintu, sontak ia menghela nafas kecil sembari menggelengkan kepala pelan ketika mengetahui bahwa pintu rumah yang tak dikunci, tersenyum kecil mengetahui kebiasaan dua saudaranya yang selalu lupa untuk mengunci pintu rumah
Perlahan ia menyembulkan kepalanya kedalam melihat situasi didalam rumah, sial ia sekarang terlihat seperti hendak mencuri. Setelah memastikan keadaan, ia kemudian masuk dan berjalan cepat masuk kedalam kamarnya untuk mencari sesuatu
Menelisik ke setiap sudut kamar untuk mencari barangnya, saat ia mendengus pelan ketika tak juga menemukan apa yang ia cari
"Duhh dimana ya? perasaan kemaren ada didalam laci kok sekarang gak ada, Gawat kalo kaya gini" ucapnya sedikit mengusak rambutnya, terus membuka satu persatu laci meja yang ada di kamarnya namun seluruhnya kosong
Saat sedang fokus mencari ia sampai tak sadar bahwa seseorang berdiri dan bersandar didepan pintu.
"Ngapain lo" Sontak ia terlonjak kaget mendengar suara itu
Perlahan ia berbalik saat melihat sosok Vandra yang berdiri didepan pintu kamar dengan mata dingin itu
"A-abang? Kok Abang bisa disini" Vandra hanya diam ketika melihat Lana yang berdiri didepannya masih dengan keterkejutan
"Ahh A-anu--itu--, barang Lana ada yang ketinggalan jadi Lana mau ngambil sebentar, abang gak perlu khawatir Lana gak bakal lama lama kok, cuman bentar aja--"
"Berani beraninya lo masuk rumah orang seenaknya, lo bisa gue laporin polisi karna masuk tanpa izin kaya gini, Lo udah kaya maling" Lana terdiam sejenak ketika mendengar ucapan Vandra, hey bukankah ini juga masih rumahnya walaupun ia tak tinggal disini
KAMU SEDANG MEMBACA
enolA
Teen FictionMenjadi anak bungsu tidaklah serta merta menjadi anak yang paling disayang, anak yang paling dimanja dan anak yang paling dijaga Terkadang ada suatu hal yang mengharuskan semua orang membenci keberadaan diri kita sendiri. Teman, kerabat, orang orang...