DORR!!!
Suara pelatuk yang ditarik seketika membuat burung beterbangan dari pohon, udara terasa begitu dingin dan mendekat ketika semua terdiam mematung mencoba mencerna semua yang terjadi
Lana berdiri dihadapan Devan yang menatapnya dengan mata membola, tak bisa menahan kekhawatiran nya akan Devan yang mungkin terluka
"A-abang gak p-papa?" Tanya Lana pada Devan yang terdiam disana masih terkejut mendengar suara tembakan itu
Saat tengah memastikan bahwa Devan baik baik saja, tak mengalami cedera apapun akhirnya membuatnya sedikit bernafas lega. Namun entah terjadi apa tiba tiba ia merasa kakinya begitu lemas hingga membuatnya limbung dan jatuh ketanah, membuat Devan sontak terduduk mencoba menahan tubuh Lana
Mereka terduduk dalam diam beberapa saat ketika tatapan mereka berdua tertuju pada cairan merah yang membasahi baju Lana. Dengan gerakan pelan ia sedikit menyibak jaket yang ia kenakan, matanya sedikit membola ketika melihat perutnya bagian kirinya yang mengeluarkan banyak darah hingga membasahi baju nya
Mencoba mengatur nafasnya agar tak panik, tangannya terulur mencoba menutupi luka di perutnya pelan. Saat ia mendongak menatap Devan yang terlihat membeku dengan mulut terbuka saat pandangan tertuju pada perut Lana yang terluka
"Abang...gak papa kan huh huh" lirihnya sembari mengatur nafasnya pelan
"P-perut lo" Devan masih terdiam disana dengan nafas yang semakin tercekat, apa yang terjadi? mengapa Lana berdarah? bukankah tembakan itu melesat? tapi...
"L-lana gak papa kok jangan khawatir ya, ini cuman luka biasa bagi Lana" lirih Lana mencoba meyakinkan Devan yang terlihat masih tak percaya
Saat ia kemudian kembali menunduk menatap luka yang ada dibalik baju itu, ia memejamkan matanya sejenak sembari mencoba memberikan pertolongan pertama pada dirinya sendiri dengan mengatur nafasnya pelan agar darah yang keluar bisa diminimalisir, sekalipun ini tak menyakitkan sama sekali
"Lo ketembak, g-gimana ini? tembakan it--"
"Lana gak papa, abang selamet aja Lana udah syukur banget"
"Lana!!!"
Sontak Lana menoleh ketika mendengar namanya diteriakkan, mendapati Arga yang berlari terseok seok kearahnya dengan pandangan kosong tak percaya
Ia terduduk tak percaya sembari menatap Lana didepannya yang duduk dengan darah di perutnya, nafasnya begitu tercekat hingga membuat seluruh tubuhnya terasa sakit
Ia pikir ia berhasil menghentikan Alex, namun ia tak menghentikan apapun. Gadisnya...gadis kesayangannya saat ini...bersimbah darah
Sedangkan Alex terdiam tak percaya dengan tubuh gemetar ketakutan ketika melihat sosok Lana yang digenangi oleh darah. Saat pistol yang ada ditangannya jatuh ketika ia sadar tentang perbuatannya
"B-bukan gue yang ngelakuin itu, gue gak bermaksud. G-gue-- b-bukan gue" lirih Alex mengusak kepalanya tak percaya bahwa ia baru saja menembak seseorang
"G-gue gak mau masuk penjara, gue gak mau" Alex menggeleng kebingungan saat kemudian memundurkan langkahnya dan berlari menjauhi mereka semua seperti orang gila
Sedangkan Arga masih disana mengulurkan tangannya yang gemetar, masih tak percaya dengan apa yang ia lihat sekarang. Lana...tertembak, darah itu keluar dari tubuh Lana, Lana dibasahi oleh darah. Lana...Berdarah
"L-lana ini perut lo hiks perut lo hiks peluru hiks hiks L-lana gue hiks"
"Lo gak kenapa napa kan syukur lah" lirih Lana sembari menatap Arga penuh rasa lega
KAMU SEDANG MEMBACA
enolA
Teen FictionMenjadi anak bungsu tidaklah serta merta menjadi anak yang paling disayang, anak yang paling dimanja dan anak yang paling dijaga Terkadang ada suatu hal yang mengharuskan semua orang membenci keberadaan diri kita sendiri. Teman, kerabat, orang orang...