Prankk...
"Bangsat!! pengadu banget lo hah!!! Lo sengaja ngelakuin ini biar gue dimarahin kan!!" teriak Devan keras setelah membanting vas bunga yang ada dimeja, sontak membuat Lana dan Vandra terlonjak kaget
"Lana berani sumpah bang, Lana gak pernah nyeritain apapun ke ayah--"
"Halah alasan!! lo pengen bales dendam kan sama gue, dengan lo ngadu ke Ayah dia bakal ngehukum gue itu kan mau lo, bangsat emang, anak sialan!!!" Devan menggertakan giginya tanda ia sedang marah besar
"Semua aset gue disita sama Ayah, Ayah marah ke gue maupun Vandra cuman karna lo, seneng lo dibelain ayah?!! Puas lo karna gue kena marah ayah? Pasti puas banget kan sampe lo hura hura diluar. Sampah anjing!!!" Teriak Devan sembari mendekat kearah Lana
Vandra berdiri disamping Devan, berusaha menahan saudaranya yang terlihat semakin kesetanan dan marah besar. Keadaan akan semakin gawat jika Devan tak bisa menahan tangannya, jadi Vandra mencoba untuk menenangkan saudaranya. Vandra kemudian menatap tajam kearah Lana juga sedikit iesal
"Seharusnya lo sadar diri, gak perlu sampai ngadu kaya gini dan buat Ayah jadi benci sama kita berdua, kalo seandainya lo dipukul kenapa lo gak ngelawan hah, Perlawanan lo cuman bisanya ngaduin ini ke ayah? Lemah banget" ucap Vandra dingin sembari menatap Lana yang menunduk dalam
"Lana gak pernah ngasih tau Ayah bang, Lana gak pernah sekalipun cerita ke orang lain terutama Ayah tentang keadaan rumah. Tolong percaya sama Lana, Lana gak mungkin sejahat itu sama kalian. Lana beneran gak tau Ayah dapet kabar itu dari mana, Lana minta maaf" ucap Lana mulai dibanjiri air mata karna kedua kakaknya yang tak percaya dengan pengakuannya. Lana terdiam memohon kepada kakaknya agar percaya padanya
Ketika selesai check-up bersama Leo dirumah sakit, ia memutuskan untuk langsung pulang. Namun ketika baru saja membuka pintu dan masuk, ia terkejut kala melihat meja kaca diruang keluarga yang pecah dengan Devan dan Vandra yang berdiri menatap tajam kearahnya
Devan ditelpon oleh ayahnya ketika mendengar kabar bahwa Lana sering dipukuli saat dirumah, dan itu membuat sang Ayah terkejut tak percaya sekaligus marah, alhasil Ayah menelepon Devan dengan amarah membludak serta menyita semua aset Devan maupun Vandra, termasuk mobil dan kartu kredit
Namun sungguh, Lana bersumpah bahwa ia tak pernah menceritakan apapun pada Ayahnya, perihal apapun yang terjadi dirumah ini. Mana mungkin ia melakukan itu, ia bahkan tak tau darimana ayahnya tau tentang semua itu
"Halahh lo pikir gue percaya omongan lo, semua yang keluar dari mulut lo itu gak bisa dipercaya sama sekali, penjilat. Enek gue dengernya, Lo tuh bener bener gak tau diri ya, gue udah baik hati masih ngasih lo tinggal disini selagi ayah gak ada, tapi lo malah ngelunjak. Cuman karna ayah mulai terbuka sama lo, trus lo jadi ngerasa hebat banget hah!! Berhenti cari muka, lo tuh gak pantes buat dikasihani karna lo tuh cuman anak pembawa sial!!" Teriak Devan sembari menunjuk nunjuk wajah Lana yang seketika memerah antara menahan kesal dan kecewa atas perkataan Devan
"CUKUP BILANG LANA ANAK PEMBAWA SIAL!! Gak ada yang boleh ngehujat Lana selain Lana sendiri. Kalo Lana anak pembawa sial trus apa bedanya dengan kalian, kita lahir dari rahim yang sama berarti abang juga anak pembawa sial kan!! Kalian berdua juga anak pembawa sial kaya Lana, jadi kita impas hiks, Lana ngomong jujur bang hiks Lana mohon jangan kaya gini hiks" teriak Lana sembari menatap Devan dan Vandra lekat saat tangis nya tak bisa terbendung lagi, saat Devan menepis Vandra kemudian berjalan mendekat kearah Lana
Plakk... Plakk
Seketika Lana terhempas jatuh ke lantai ketika telapak tangan Devan berhasil mendarat dua kali di wajahnya, Lana memegang pipinya sembari menatap Devan
KAMU SEDANG MEMBACA
enolA
Teen FictionMenjadi anak bungsu tidaklah serta merta menjadi anak yang paling disayang, anak yang paling dimanja dan anak yang paling dijaga Terkadang ada suatu hal yang mengharuskan semua orang membenci keberadaan diri kita sendiri. Teman, kerabat, orang orang...