Vandra keluar dari ruangan sembari sedikit berdecak kesal, pasalnya sang Ayah menyuruhnya untuk lekas pulang hanya untuk sekedar membersihkan diri. Ingin rasanya ia menentang, merasa belum puas menghabiskan waktu bercerita bersama adiknya, namun ia memilih untuk mengalah dan menuruti ucapan sang Ayah
Suara jam yang berdetak diiringi dengan suara beep dari monitor jantung memenuhi seisi ruangan yang begitu sunyi
Waktu berlalu menunjukan pukul 9 malam. Duduk terdiam beberapa saat dengan tangan yang tak henti hentinya terus mengelus dan menggenggam jari jemari putri tercinta nya
"Kamu berhasil sayang" ucapnya tersenyum kecil sembari menatap wajah pucat itu, membuatnya lagi lagi harus menahan isakan
"Kamu berhasil banget buat Ayah terpukul kaya gini, Ayah sakit Lana...Ayah sakit kalo terus ngeliat kamu kaya gini. Kenapa Lana? Kenapa kamu selalu buat Ayah takut? Takut kalo kamu--" ucapannya terpotong ketika air mata membanjiri kelopak matanya saat merasakan jari itu ikut menggenggam tangannya seolah mengatakan 'Jangan khawatir ayah, Lana disini'
"Tolong bangun sayang, Ayah kangen banget sama kamu. Kamu gak kangen Ayah? Kamu gak sayang ya sama Ayah? Kalo kamu sayang ayok kita pulang trus buatin Ayah makanan, buatin Ayah teh, bawain tas Ayah, sambut Ayah, terus sama Ayah hiks hiks tetep disini sama Ayah hiks Ayah gak akan bisa hidup tanpa kamu hiks Lana, Ayah mohon hiks cukup bunda yang ninggalin Ayah hiks Ayah gak mau terulang dua kali ditinggal lagi sama bidadari dihidup Ayah" ia terisak sembari sesekali mengusap air matanya, menatap mata yang masih setia terpejam itu
"Banyak banget kesalahan Ayah sama kamu, karna Ayah kamu kaya gini, karna Ayah kamu nanggung semua ini sendirian hiks karna Ayah kamu jadi dibenci hiks semua karna Ayah, maafin ayah sayang. Andai Ayah bisa mutar balik waktu, Ayah pengen selalu ada dan selalu meluk kamu kapanpun itu, Ayah bakal ada buat kamu hiks Ayah gak akan ninggalin kamu. Ayah nyesel Lana, tolong maafin Ayah maafin Ayah untuk terakhir kalinya, Ayah bakal berubah jadi orang tua yang bisa buat kamu aman. Ayah janji bakal berusaha lebih keras supaya kamu selalu senyum, Ayah ada disini sayang untuk kamu dan selalu untuk kamu. Ayah janji" ucapnya lirih penuh dengan penyesalan, sembari menunduk dengan bahu yang bergetar
Ia mengaku bahwa semua ini terjadi karna dirinya yang juga mungkin tak mengakui keberadaan Lana selama ini, cintanya pada si bungsu hanya pencitraan karna almarhum istrinya. Ia terus meninggalkan anaknya sendirian, membiarkannya menangis seorang diri, ia tak pernah hadir dalam cerita hidup Lana selain memberi kesengsaraan pada putri kecilnya
Andai saja ia bisa lebih mengerti tentang anaknya, andai ia bisa tau suara hati gadis kecilnya, andai ia bisa melakukanya lagi lagi semua ini tak akan terjadi. Apakah ini yang disebut balasan atas apa yang ia perbuat pada putri nya selama ini
Ia selalu menelantarkan putrinya, meninggalkan, menolak kehadiran sang putri dihidupnya, mengabaikan wasiat terakhir istrinya. Dan lihat sekarang? Apakah ini karma? Apakah tuhan akan ambil sesuatu yang berharga baginya? Lagi?
"Sayang, bilang ke Ayah kalo kamu bakal bangun besok, kamu harus janji sama Ayah oke, janji ya kita besok pulang hiks abang Abang kamu pengen banget ngerayain ultah kamu dirumah bareng semuanya, kita buat acara meriah nanti. Cepet bangun, Ayah bakal ngasih surprice buat kamu nanti hiks ayo bangun sayang Ayah mohon jangan kaya gini. Ayah harus apa supaya Ayah dimaafin hmm Ayah gak bisa terus terusan kaya gini hiks"
Isak tangis memenuhi ruang kecil itu, ketika rasanya begitu lelah dengan tangisan ini. Kepalanya tergeletak diatas lengan putri kecilnya, Mencium jari itu lembut saat air matanya terus membasahi seprai kasur. Menunggu untuk dapat melihat senyuman itu lagi
...
Setelah pintu tertutup, ia berjalan kearah ranjang didepannya kemudian mendudukkan diri. Hanya diam tanpa mengatakan apapun, saat matanya tak pernah lepas dari betapa pucatnya wajah penuh perban ituTanpa sadar hampir setengah jam ia duduk disana tanpa melakukan apapun, hanya memandang wajah gadis yang ada di depannya. Tubuhnya lelah dan letih saat ini dan melihat ini semakin membuat seluruh tubuhnya terasa remuk
"Kakak cape sayang" lirihnya setelah hampir satu jam berdiam diri
"Biasanya capek kakak bakal ilang setelah ngeliat kamu ketawa tapi kamu terlalu berat buat ketawa sekarang"
"Maaf ya kakak gak becus jagain kamu padahal kakak udah janji, janji bakal ngelindungin kamu apapun yang terjadi. Tapi kakak gagal, gagal total dan justru keterlambatan kakak buat kamu jadi kaya gini" lirihnya sembari menunduk menatap jarinya yang berada diatas paha
Ia menunduk dalam sembari menggigit bibirnya kala merasa matanya memanas saat ini. Saat kemudian matanya teralih pada sosok pria paruh baya yang tertidur mengistirahatkan dirinya disofa
"Semua orang nungguin kamu, kamu gak ada niatan buat cepet bangun. Sakit ya lukanya, ngomong ke kakak mana yang sakit biar kakak tiup, kamu gak tau kan kalo satu tiupan kakak busa nyembuhin 10 penyakit loh hahahha kamu tuh gak akan pernah tau kalo sebenernya kakak itu pahlawan kedokteran hahhaha hiks hiks sangking lucunya kakak sampe nangis. Ayo dong ketawa, biasanya kamu selalu ketawa bahkan sama joke kakak yang gak lucu" ucapnya sembari tertawa kecil saat air matanya terus mengalir layaknya air hujan
Ia mengangkat kepalanya kembali menatap wajah itu, saat tangannya terulur mengusap rambut itu lembut
"Kakak balik ke ruangan kakak tapi kakak gak bisa ngelakuin apapun, kamu tau apa yang kakak lakuin didalem. Kakak nangis, kakak gak bisa nahan semuanya, kakak terlalu terpukul ketika ngeliat kamu bersimbah darah hiks disana, kakak gak tau harus ngelakuin apa saat itu, pikiran kakak kosong hiks kakak gak tau harus ngelakuin apa, seakan ada yang nusuk jantung kakak dari belakang yang buat kakak ngerasa mati untuk sepersekian detiknya hiks" isaknya di sela sela kalimat
"Rasanya kakak pengen mati karna ngeliat itu semua sedangkan kakak gak bisa berbuat apapun untuk kamu, kakak balik terpukul ketika kamu tanpa berdosanya bilang kalo kamu baik baik aja. Kakak benci kalimat itu Lana, kamu masih gak ngerti ya? U
udah berapa kali kakak bilang, kakak gak suka kalimat itu terlontar terutama dari mulut kamu, yang bahkan gak bisa bedain mana yang baik baik aja mana yang nggak. Tolong berenti Lana berenti hiks"Ia terisak dan menangis sejadi jadinya diruangan itu, tak peduli tentang siapapun yang mendengar tangisannya saat ini. Menangis menjadi obat lelahnya saat ini ketika ia tak bisa melihat tawa itu
Saat ia merasa begitu lelah dengan air matanya, membuatnya hanya bisa termenung diam menatap wajah yang sebagian ditutupi perban saat ini
"Apa ini balasan karna kakak blom bisa ngelindungi kamu? kalo ini memang balesan untuk kakak, kakak boleh minta maaf? kakak tau udah berkali kali kakak janjiin hal ini tapi untuk kesekian kalinya kakak bakal selalu jagain kamu, kakak bakal ngelindungi kamu, kakak bakal lebih kerja keras lagi buat ngelindungi dan ngejaga kamu, kakak janji. Udah 4 hari berlalu dan kamu masih mau tidur? tolong bangun secepatnya ya, kakak cape nungguin kamu terus disini, kamu gak mau kan ngeliat kakak kecapean gara gara nungguin kamu bangun" ucapnya tersenyum sembari mengelus punggung tangan itu lembut
"Maaf ya kakak pengen disini ngobrol sama kamu sampe kamu bangun, tapi ada yang butuh kakak disana. Kamu pasti bakal nangis kalo kakak nelantarin pasien, kakak gak mau nanti kamu ngamuk sama kakak hahha, nanti kakak bakal kesini lagi. Pas kakak kesini kamu harus sudah buka mata okey, kakak tau kamu lagi cape dan pengen ngabisin waktu dengan tidur, tapi bangun ya untuk kakak. Kakak bakal beli ayam goreng buat kamu nanti kalo kamu nurut....haduhh kalo kaya gini terus kakak gak jadi jadi keluar ini hahahha gara gara kamu sih kakak gak bisa berenti ngomong. Yaudah kakak keluar dulu ya, kamu harus cepet bangun" ucapnya pelan kemudian berdiri dari kursinya
Sejenak diam sembari mengelus rambut gadis itu lembut, saat kemudian ia menunduk dan mengecup singkat kening gadis kecilnya sebelum kemudian pergi keluar dari ruangan tersebut untuk memenuhi kewajibannya
KAMU SEDANG MEMBACA
enolA
Teen FictionMenjadi anak bungsu tidaklah serta merta menjadi anak yang paling disayang, anak yang paling dimanja dan anak yang paling dijaga Terkadang ada suatu hal yang mengharuskan semua orang membenci keberadaan diri kita sendiri. Teman, kerabat, orang orang...