Huh...huh...huh
Deruan nafas memenuhi sekeliling tempat, ia mengedarkan pandangannya sembari terus berlari menjelajahi sebuah pabrik kontainer terbengkalai dengan memegangi dadanya yang terasa sesak sekarang
Ia memperlambat langkahnya sembari mencoba mengatur nafas sebelum nantinya semakin parah. Berjalan menyusuri lorong demi lorong, langkahnya terhenti kala matanya menangkap dua pria yang berdiri didepan sebuah gudang, ia terdiam sejenak menatap dari kejauhan untuk mengamati situasi
Instingnya begitu kuat hingga ia bisa mengatakan bahwa Devan ada didalam gudang itu, tempat dimana pintu itu dijaga oleh dua pria berotot. Tepat seperti yang dikatakan Arga
Ia sejenak menyandarkan tubuhnya pada kontainer untuk mempersiapkan diri dan mengatur stamina. Jelas bahwa akan memperburuk situasi jika ia keluar menampakkan diri dihadapan dua orang itu secara terang-terangan
Ia harus membuat strategi lain dimana bisa membuat dua orang itu berpisah, hingga ia bisa mengambil langkah selanjutnya. Tidak ada cara lain, ia tak pernah berhadapan langsung dengan para penjahat selama ini, apakah saatnya untuk memakai teknik bela diri yang selama ini ia pelajari
...
"Gimana rasanya berdiam diri disini dan gak ada yang dateng buat lo" sapa Alex yang duduk tepat didepan Devan yang terlihat menunduk dengan wajah yang sudah tak berbentuk lagi
"Diam..gue males denger suara lo cih nafas lo bau tai" ucap Devan sembari memiringkan kepalanya, menghalau darah dari kepala nya yang hampir masuk ke mata
Tenggorokannya begitu kering saat ini, namun tak ada satu tetes pun air disini. Sial, sudah seharian ia disini dan yang ia dapat hanya pukulan dan tendangan setiap detiknya
"Ternyata mulut lo masih bisa keras kek biasanya ya, gak papa kok tenang Dev setelah ini lo gak akan sakit lebih lama lagi kok" ucap Alex tertawa puas dengan memainkan pisau lipat ditangannya
"Kalo emang mau bunuh gue lakuin aja sekarang gak usah banyak bacot. Gue tau lo, pengecut bodoh yang bisanya cuman sembunyi dibalik ketek bokap doang. Kalo emang udah tau lemah seharusnya lo jangan nyombongin diri kaya gitu, malah keliatan pengecut nya. Lo itu cuman--"
Sreett
"Gak usah sok kuat, lo seharusnya sadar kalo nyawa lo itu udah diujung tanduk. Gak usah sok berani lo, karna lo juga pengecut tolol!!" ucap Alex menggeram kesal. Devan sontak menundukkan kepalanya ketika melihat beberapa tetes darah keluar dari pipinya
"Gue bisa aja bunuh lo kapan aja, dengan tangan kosong pun sekarang gue bisa bunuh lo habis habisan, jangan sok lo muak gue liatnya. Dari awal gue udah ngasih peringatan buat lo supaya jaga mulut sialan lo itu. Liat sekarang gimana keadaan lo? Menyedihkan, andai semua orang ngeliat lo saat ini pasti mereka bakal ketaw--"
BRAKK!!
Sontak Alex menghentikan ucapannya kala mendengar pintu yang dibanting dengan keras. Saat matanya menyipit bingung kala melihat sosok gadis yang berdiri dengan terengah engah disana memandang kearah mereka berdua
"Abang"
Devan terdiam seketika kala menatap siapa yang baru saja datang. Siapa itu? Tunggu? Apa? Bagaimana bisa? Apa yang ia lakukan disini? Sial, apa apaan gadis ini. Kenapa bisa ada ditempat seperti ini? Terserah, yang jelas sekarang pasti polisi juga sudah mengepung tempat ini dan dirinya selamat
Alex terdiam sejenak sembari mengangkat alisnya menatap gadis yang berdiri didepan pintu itu dengan sedikit tawa mengejek walaupun masih terkejut
"Itu adek lo kan?" Devan hanya diam saat mendengar pertanyaan Alex
KAMU SEDANG MEMBACA
enolA
Teen FictionMenjadi anak bungsu tidaklah serta merta menjadi anak yang paling disayang, anak yang paling dimanja dan anak yang paling dijaga Terkadang ada suatu hal yang mengharuskan semua orang membenci keberadaan diri kita sendiri. Teman, kerabat, orang orang...