Awan tebal berkumpul di langit tinggi dengan guntur gemuruh, pemandangan aneh di langit itu membuat merasa tidak nyaman, badai yang terus mengayun ayun pohon, dengan hujan dan angin yang semakin kencang
Lana menghembuskan nafasnya kasar dengan jantung yang berdebar kencang kala ia melihat kilatan petir dan gemuruh dari balik tirai jendela kamarnya
Sepertinya pertanda akan terjadi hujan badai malam ini, ia menghembuskan nafasnya kasar saat perasannya semakin gusar dan tak tenang
Seketika tubuhnya terasa panas dingin saat tangannya mulai gemetar, bagaimana jika benar akan terjadi hujan petir dan gemuruh langit
Ayahnya yang biasanya selalu menjadi orang yang menemaninya kala dalam keadaan seperti ini sedang tak bisa dihibungi, terlebih ayahnya sudah kembali terbang menuju Singapura untuk pekerjaannya beberapa hari yang lalu
Lana mondar mandir didalam kamarnya sembari mencoba menghubungi sang ayah, ia tak bisa berhenti menggigiti kuku nya ketika kegelisahan semakin menyelimutinya. Ia tak berani menoleh kearah jendela dimana terlihat kilatan petir yang bersautan kesana kemari
Tangannya sibuk meraba kedalam laci dan lemari untuk mencari penutup telinga yang biasanya selalu ia letakkan disana. Sial, dalam keadaan seperti ini mengapa barang itu selalu menghilang
Dengan tubuh gemetar ia terus berusaha mencari benda tersebut saat tiba tiba ruangan menjadi gelap ketika lampu padam. Lana menggigit bibirnya ketakutan, mencoba untuk tenang dan meraba meja nakas untuk mencari senter untuk lanjut mencari penutup telinganya
DUAAARR....
Seketika tubuhnya terpental kaget dengan senter yang juga ikut jatuh dari tangannya kala gemuruh langit memekakkan telinganya, membuatnya ketakutan. Ia kemudian terduduk disamping kasur sembari menutup telinganya dengan tubuh gemetar ketakutan
Nafasnya memburu saat ia tak bisa menahan tangis kala merasa begitu takut pada situasi ini. Tanpa sadar ia menjerit kala sekelebat cahaya petir yang begitu terang masuk kedalam kamarnya membuatnya semakin meringkuk ketakutan disana
"Hiks Ayah...Kak Leo...Lana hiks Lana takut" lirihnya mencoba untuk merangkak keluar kamar dengan ketakutan
Mencoba untuk berdiri dan berjalan keluar kamarnya tanpa diterangi oleh apapun. Dengan langkah gemetar dan isak tangis ia melangkah menaiki tangga sembari berpegang pada dinding
"Abang...tolong biarin Lana masuk, sebentar aja hiks" lirih Lana pelan sembari terisak kecil namun tak ada jawaban dari dalam kamar
Ia kembali melangkah dengan kaki gemetarnya menuju kamar sebelah yaitu kamar Vandra kemudian mencoba mengetuk beberapa kali tetap tak ada jawaban
Suaranya memelan kala tubuhnya lemas karena terlalu memaksakan untuk berdiri, terlebih suara gemuruh terus berbunyi dari atas langit membuatnya semakin ketakutan
"Abang...Lana takut hiks" isak Lana yang merosot ke lantai saat tak sengaja memutar kenop pintu
Ia tersentak ketika melihat pintu yang terbuka tak dikunci. Perlahan ia masuk kedalam kamar dan mencari saudaranya, tak peduli jika Vandra marah besar setelah ini karna berani lancang masuk tanpa izin, namun ia butuh satu suara yang bisa menenangkannya saat ini, hanya butuh sedikit perlindungan
"Abang" panggil Lana dengan suara gemetaran
Vandra yang secara samar mendengar suara pintu terbuka lantas terbangun dan menoleh kebelakang saat menemukan seluet seseorang berdiri
"Hantu" ucapnya pelan kemudian menghidupkan senter handphone nya kala matanya menyipit menatap sosok gadis yang berdiri disana
"Ngapain lo disini, kok lo bisa masuk. Keluar!! berani beraninya lo masuk kamar orang seenaknya, siapa yang ngizinin lo hah!! Keluar!!" Teriak Vandra kemudian mendudukkan dirinya menatap tajam kearah Lana yang terlihat gemetaran
KAMU SEDANG MEMBACA
enolA
Teen FictionMenjadi anak bungsu tidaklah serta merta menjadi anak yang paling disayang, anak yang paling dimanja dan anak yang paling dijaga Terkadang ada suatu hal yang mengharuskan semua orang membenci keberadaan diri kita sendiri. Teman, kerabat, orang orang...