44

96 9 0
                                    






Devan berdiri gugup sembari memandang kearah pintu putih dihadapannya, terhitung sudah 5 menit ia hanya berdiri disana tanpa melakukan apapun. Ia menunduk sejenak sembari menarik nafas dalam dalam ketika merasakan jantungnya yang berdegup lebih kencang dari biasanya

Ia menggigit bibirnya ketika perasaan gugup yang tak sudah sudah, saat ia menarik nafas untuk terakhir kalinya sebelum kemudian memutar kenop pintu dan masuk. Ia berdiri sejenak sembari menelan saliva, ketika matanya langsung tertuju pada sosok gadis yang terbaring di ranjang

Langkahnya kemudian membawanya semakin masuk kedalam, saat ia berdiri disamping ranjang sejenak memandang kearah sang putri tidur, ia kemudian meletakkan sebuah buket bunga diatas nakas sebelum kemudian kembali menatap gadis didepannya lagi

Berdiri diam sembari menatap wajah damai gadis kecil didepannya, ketika ia mendudukkan diri dikursi. Matanya kemudian teralih pada jendela yang menampakkan bulan yang menyinari langit cerah itu

Ia mungkin pantas disebut sebagai orang tak tau diri, dengan kurang ajarnya ia meminta izin kepada Ayahnya agar malam ini ia yang menjaga sang putri

Berbeda hal dengan Vandra yang terlihat tak senang dan terus menentang tawaran itu, terus mengatakan bahwa ialah yang harus berada disamping gadis ini

Gue gak mau kesalahan terulang dua kali pas Lana sama lo, bisa aja lo nyari kesempatan buat nyelakain dia lagi kan

Ia hanya bisa menunduk ketika mendengar saudaranya sendiri menuduhnya sekejam itu. Namun apa boleh buat, lagi lagi semua ini terjadi memang karna dirinya dan yang bisa ia lakukan hanyalah memohon maaf atas semuanya

Dan setelah beberapa percekcokan akhirnya Vandra memilih untuk mengalah karna permintaan sang Ayah, walaupun setelah itu Vandra sempat sedikit mengamuk didalam kamar

Setelah sampai ia memilih untuk juga meminta izin pada Leo dan ia mendapatkan izin itu, namun tak mengejutkan lagi jika yang didapat sebelum itu sebuah caci-maki, lagi lagi yang bisa ia lakukan hanya menunduk sembari meminta maaf sedalam dalamnya

Leo sempat menentang dan mengatakan bahwa ia bisa menjaga Lana tanpa siapapun. Namun Leo kembali teringat akan harapan Lana selama hidupnya yang begitu mendambakan sosok Devan

"Gimana kabar lo--kamu?" Lirih Devan memecah keheningan didalam ruangan itu, berusaha bersikap layaknya seorang abang

Sedikit merasa asing dengan panggilan selembut itu, ketika ia biasanya bahkan terus berteriak keras pada gadis ini, ternyata seperti ini rasanya...menyejukkan hati

"Malam ini gue--maksudnya... Abang...Abang yang bakal jagain kamu disini" ucapnya sedikit gugup bahkan ketika yang membalas ucapannya hanya suara monitor disebelahnya

"Boleh kan abang yang disini jagain kamu sampe kamu bangun besok, abang bakal terus disini" Devan menelan saliva, jantungnya tak mau berhenti berdegup kencang

Sedikit menggigit bibirnya ketika tangannya dengan gugup terulur pelan menyentuh tangan kecil itu. Seketika ia merasakan tubuhnya bergetar ketika merasakan tangan mereka yang saling bertautan

Jadi seperti ini rasa hangat dari tangan sosok adik perempuan nya. Senyumannya tanpa sadar mengembang ketika matanya terpejam dengan satu bulir air mata membasahi pipinya kala merasakan betapa lembutnya jari jari kecil ini diwajahnya

Ia menarik jari itu menempel ke pipinya, meresapi kelembutan yang diberikan adiknya tersebut, sentuhan ini terasa begitu familiar. Ia merasa tenang dan aman dengan kehangatan tangan ini, seperti sentuhan yang selalu ibunya beri sewaktu kecil, benar benar menenangkan

enolATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang