PART-31

40K 8.4K 367
                                    

Happy reading!



"Bunda jangan buat adek! Awas aja!

"Udah ya Alvin tutup"

Tut!

Livi menatap Alvin meminta jawaban, dia mendekati Alvin sambil menaikkan alisnya, 'gimana?'

"Katanya Bunda sama Ayah nginep dihotel ngga bisa pulang malem ini" ucap Alvin memberi tau, dia membuka pintu lalu masuk kedalam rumah diikuti Livi yang berjalan di belakangnya.

Langit sudah terlihat gelap dan mereka berdua baru saja pulang jalan-jalan menikmati waktu berdua.

"Bi Minah belum pulang?" Tanya Alvin pelan ke wanita paruh baya yang berdiri di depannya.

"Ini baru mau pulang, Den. Kalau gitu Bibi pulang dulu ya Den." Alvin mengangguk sopan sebagai jawabannya.

Cklek!

"Mau mandi ngga, Vi?" Tanya Alvin.

Livi menggeleng, "Lu duluan aja" jawab Livi sambil merebahkan badannya diatas kasur.

"Oke"

Livi menatap langit-langit kamar Alvin yang berwarna abu-abu. Livi tersenyum tipis mengingat waktunya bersama Alvin tadi.

Sangat menyenangkan, apalagi tadi Alvin menuruti semua keinginannya.

Emang si Alvin bulol.

Mata Livi lama-kelamaan tertutup, dia tertidur dengan senyum terukir di bibirnya.

Tanpa sadar kalau hari ini dia belum kembali berubah menjadi kucing.

Dan, tubuh Livi yang berada diatas kasur secara perlahan memudar dan menghilang.

Cklek!

"LIVI?"

***

"BAAAA!"

Livi langsung memegang dadanya, jantung dia berdetak sangat cepat karna kaget. Baru membuka mata tiba-tiba wajah seorang perempuan berada tepat didepan wajahnya sambil berteriak.

"Kaget gue! Siapa si lu?" Tanya Livi ngegas.

"Masa lupa sih sama gue. Parah banget cewek secantik gue dilupain" ucap wanita itu sambil mengibaskan rambutnya.

Livi mendelik jijik, "idih, siapa si?" Tanya Livi sekali lagi.

Wanita didepan Livi tersenyum, "kenalin gue Bella."

"Cewek yang pernah masuk mimpi lu"  lanjut Bella berucap.

Livi menggaruk rambutnya yang tidak gatal. Dia berfikir, siapa cewek yang pernah masuk ke dalam mimpinya?

Hanya ada dua cewek yang pernah dia mimpikan, yang pertama Bundanya Alvin dan yang kedua wanita cantik yang memberi tahunya tentang alasan kenapa dirinya menjadi seekor kucing.

"Lu?" Bella mengangguk seolah paham dengan apa yang akan Livi ucapkan selanjutnya.

Livi membuka mulutnya lalu menutupnya lagi, dia ragu.

"Apa yang mau lu tanyain? Tanyain aja kali!" Ucap wanita itu sambil meniup kukunya.

"Ngga mungkin kalian orang yang sama kan? Soalnya sifat kalian---" ucapan Livi terputus.

"Beda? ahahaha! Waktu itu cuman pencitraan doang, karna kita pertama kali ketemu." Ucap Bella menjelaskan.

"Anjir!"

Bella tertawa mendengar ucapan kasar keluar dari mulut Livi tapi setelah itu dia terdiam.

"Gimana rasanya hidup di dekat Alvin?" Tanya Bella serius.

Livi menatap wanita didepannya bingung.

"Bahagia ya?" Tanya Bella lagi.

Livi mengangguk saja. Ya memang benar dia bahagia, ah bukan, melainkan sangat bahagia berada di dekat Alvin.

"Selamat Livi" Bella tiba-tiba mengucapkan kata selamat untuk dirinya.

Livi menunjuk dirinya sendiri, " gue? selamat buat?" Tanya Livi bingung.

"Selamat, mulai hari ini kamu bisa hidup dengan normal tanpa harus berubah lagi." Mata Livi membesar mendengar ucapan Bella.

"K-kok bisa ngab?"

"Bisa lah, kan Alvin udah nyatain perasaannya. Kok gue yang baper anjir!" Pekik Bella yang tersenyum sendiri.

"Lu tau?!" Tanya Livi sambil memegang pundak Bella.

Bella tersenyum mengejek, "apasih yang ngga Bella tau. Gue juga tau kalau lu keselek tulang ayam karna denger Alvin nyatain perasaannya" Bella tertawa puas melihat wajah Livi yang memerah.

Plak!

Bella menatap Livi tidak terima karna lengannya dipukul.

"Tawa lu kaya ketawa kuntilanak!"

Bella mencibir, kesal.

Livi teringat sesuatu. "Eh! Gue mau tanya tentang keluarga gue. Entah kenapa saat di deket Alvin gue ngga inget sama sekali kehidupan gue yang asli" ucap Livi panjang lebar.

"Jadi, mumpung sekarang inget. Gimana kabar Mamah sama Papah gue?" Tanya Livi.

Bella tersenyum getir, "saat lu ketabrak mobil oleng, di situ tubuh lu ilang. Papah sama Mamah lu berusaha nyari dimana keberadaan anaknya. Mereka kira lu diculik" Bella menarik nafas sebelum melanjutkan ucapannya.

"Sore itu, setelah 2 minggu nyari keberadaan lu, mereka berdua baru aja pulang kerja, dan niatnya mau nyari anaknya lagi. Tapi Tuhan berkata lain, nyawa kedua orang tua lu ngga tertolong karna ketabrak bus yang rem nya blong"

"Orangtua lu udah gaada Vi"

Air mata yang sedari tadi dia tahan langsung keluar. Livi menangis.

Kedua orangtuanya sudah tidak ada, pedahal Livi belum melihat wajah mereka untuk terakhir kalinya.

"Ingus lu keluar tuh" ucap Bella sambil memberikan sapu tangan.

Livi menerimanya dan mengelap cairan yang keluar dari hidungnya lalu melemparkan sapu tangan itu ke arah Bella.

"Untung ngga kena" Bella menghela nafas lega.

Livi mengusap air matanya. "T-terus sekarang gue tinggal sama siapa, gue udah ngga punya siapa-siapa lagi" ucap Livi dengan nada lirih.

"Lu bakal tinggal sama Alvin. Lu bakal hidup didunia penuh keanehan itu. Cari kebahagian lu disana, Livi!" Bella menepuk pundak Livi pelan.

Livi mengangguk. Bella tersenyum.

"Bahagia terus ya, Livi!"

______

Huwaaa gaada ide😭 part ini aku tulis ngasal hiks.

Jangan lupa komen disetiap paragrafnya dan vote.

NEXT?





JADI KUCING?! [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang