CHAPTER 10

61 6 0
                                    

Assalamu'alaikum pren!!

Deg-degan banget Loch <'3
_________________________________________

Di tangan kiri Biya sudah ada sebuah map coklat lagi yang ternyata ada di dalam tempat tissue bersama HT yang ia gunakan seminggu lalu berkomunikasi dengan si X.

Sejak tadi sudah tersambung dengan si X tapi ia hanya diam tak mengucapkan sepatah katapun dari tadi.

"Pleaselah kamu diem dari tadi gunanya apa!?" Kesal gadis itu.

Terdengar helaan nafas lega di sebrang sana. " Sorry saya habis BAB hehehe..."

Biya membelalakkan matanya mendengar penuturan orang itu, stres! Sabar Biya sabar! -Biya.

Gadis dengan seragam sekolah yang masih melekat di tubuhnya berdeham dengan sangat keras.

"Maaf-maaf, ah saya tidak menyangka kalian akan membuat mereka turun tangan sepertinya. Kalo saya sih ngga apa-apa kamu mengambil gelar nilai itu, tapi bagaimana dengan mereka?" Katanya di sebrang sana, nada ia berbicara sekarang cukup serius.

Biya mengerut alisnya saat mencerna penuturan si X tanpa y itu. "Mereka? Apa benar about penurunan SPP itu?" Tanyanya dengan hati-hati.

"Menurut kamu? Btw, kamu belum memutuskan pilihan yang kemarin."

"Kok malah balik nanya sih!?."

Keheningan kembali terjadi, gadis itu yang tengah berpikir sedangkan seseorang di sebrang sana terdengar tengah memainkan sesuatu.

Biya tak mengetahui ia laki-laki atau perempuan yang jelas dia human, walaupun sekarang mereka tengah saling hubungi dengan HT tapi suaranya samar-samar antara laki-laki dan perempuan.

"Oke too the point aja ya, kamu mau kami melakukan sesuatu bukan? Kami mau membantu" Biya membuka suara terlebih dahulu.

Orang di sebrang sana tersenyum saat mendengar penuturan Biya. "Tepat sasaran girl! Thank you, ternyata kamu tidak bodoh-bodoh amat ya?" sahutnya.

"Saya hanya ingin kalian melakukan sesuatu, tapi sebelumnya bukankah kamu harus tahu saya siapa di sekolah ini?."

"Aku rasa kamu salah satu di antara yang aku pikirkan, yang pertama direktur sekolah tapi ngga mungkin karena mana ada direktur sekolah ngejelekin sekolah nya sendiri, kedua kepala sekolah mungkin tapi masa iya dia ngejelekin sekolah dan untungnya buat dia apa? Yang ada dia di pecat kalo ketahuan, ketiga salah satu di antara guru sekitar delapan puluh persen perkiraan ku karena salah satu guru yang tak lain salah satu guru BK waktu pertama aku datang di sekolah ini, ia mengucapkan tentang mic corner aku ga akan ngelewatin secuil kata-kata orang walaupun hanya gumaman. Tapi setelah perhatikan lagi kamu tidak ada di antara orang-orang yang kuperkirakan dan kamu malah mengarah ke satu jabatan yang belum pernah kulihat di sekolah ini selama aku masuk."

Seseorang di seberang sana terkekeh. "Sudah kuduga kamu akan cepat tanggap. Sayangnya semua itu sudah kuperkirakan" katanya.

"Eh, ketua OSIS?" Tanyanya hati-hati, takut saja salah kan.

Gadis itu tak mendapat jawaban. "Kalo memang iya, kemana kamu selama saya pindah kesini?."

"Sepertinya nanti kamu harus membuka postingan MadGerSa dua bulan lalu. Untuk tujuan saya, apa bisa kamu bantu saya menyelidiki satu kasus yang saya duga tapi bukan tentang Siwa maupun siswi tapi tentang apa yang terjadi dengan uang SPP yang naik turun sesuai nilai itu" jelasnya.

Di sebrang sana ia terdengar menghela nafas kasar "Tapi saya rasa beberapa hari ini kamu akan berhadapan dengan mereka, besok kamu akan di panggil kepala sekolah. Untuk mereka biar saya bantu agar cepat selesai."

Biya di buat bingung "maksud kamu mereka sebenarnya siapa?" Tanyanya.

"Si kembar Artarastra, peraih nilai terbaik ke 2 dan 3 setelah saya, tapi kalo saya tidak apa-apa gelar saya di ambil hehehe..."

"Artarastra ya? Ga asing deh kayaknya. Oh iya ketos laki-laki apa perempuan sih!?." Jangan salahkan Biya jika bertanya-tanya karena rasa ingin tahunya lebih besar dari pada rasa takutnya.

Di sebrang sana suara kekehan kembali terdengar. "Kamu begitu penasaran ya, tunggu tanggal 24 April mendatang."

Si ketua OSIS SMAGERSA itu terdengar tengah mengetik sesuatu di PC nya, entah itu PC atau laptop yang jelas seperti suara keyboard yang di tekan-tekan.

"Bawa HT itu denganmu, soal map yang berada di dalam tempat tissue itu sebagai bahan pencarian. Apa yang kamu butuhkan sudah saya siapkan di sana." Suara keyboard itu sudah tak terdengar lagi.

"Itu saja bukan? Kurasa Abang ku sudah menunggu" Biya pun segera membereskan barang-barangnya.

Seseorang di sebrang sana tampak diam, lalu menghela nafas panjang. "Kalau ada yang dua siswa dan siswi mengganggu mu itu si kembar, walau wajahnya memang tak seiras tapi sifat mereka sama persis tak bisa menyembunyikan kebencian dan amarahnya."

Drititit!.

Biya mendengus kesal, selalu saja memutuskan sepihak!-Biya.

Gadis itu meraih tas sekolahnya lalu berjalan keluar, ia mendekat ke depan kaca lalu membasuh mukanya di sana.

Tiba-tiba saja suara keran di toilet dekat toilet rusak hidup, gadis itu melotot kearah cermin oh no! Who is? Dia ga tau kan!? -Biya.

Gadis itu mematikan keran airnya lalu segera membuka tasnya dan meraih tas kecil di dalamnya.

Biya membuka resleting tas kecil dan mengambil lipbalm di dalam sana dan sebuah cream wajah yang biasa ia gunakan.

Gadis itu memoles wajahnya dengan cream hingga merata dari pipi kanan, pipi kiri, kening, hidung dan yang terakhir dagu.

Lipbalm ia poles di bibirnya, tiba-tiba suara kloset tertutup terdengar begitu keras hingga Biya pun terperanjat.

Setelah ia selesai dengan wajahnya, lantas gadis itu membereskan barang-barangnya.

Cklek.

Biya menoleh kearah kaca, ia mendapati seorang gadis di sana, gadis itu mendekat kearahnya dengan senyuman yang membuat bulu kuduk Biya meremang.

"Hai!!" Sapa gadis itu.

"Jadi kamu yang ketos hubungi akhir-akhir ini?" Lanjutnya dengan senyuman yang sama sekali belum pudar.

"S-siapa k-kam-mu?" Tanya Biya terbata-bata.

Gadis itu tertawa ringan "semoga kali ini ketua OSIS tak salah memilih kalian, dan tak salah cara. Aku hanya berharap usahanya kali ini membuahkan hasil."

Biya menunduk, entahlah rasanya ia tak berani menatap gadis itu walau hanya dari cermin.

"Awalnya aku kira ketos akan marah saat gelar nilai terbaik dan tertinggi nya di ambil orang, tapi itu awalnya. Aku juga lumayan kaget anak genius pindahan bisa menggeser posisi anak genius sekolah ini yang memiliki IQ 199. Berapa IQ mu?." Gadis itu tampak mengalih-ngalihkan pertanyaan Biya.

"Aku ngga tau selama ini aku hanya belajar dengan tekun!." Biya kelihatannya agak malas membahas ini.

Biya merogoh saku celananya, lalu membuka room chat, ternyata sudah banyak spam chat dari Abangnya bukan hanya chat namun panggilan juga!.

"Aku serius kamu sebenarnya siapa?."

_________________________________________

05 March 2022/02 Sya'ban 1443
1000 word of the story's



DARK GENIUS [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang