CHAPTER 13

64 6 0
                                        

Assalamu'alaikum semua!
And hai!.
Mungkin beberapa hari ini aku bakal nyicil chapter seperti 2-5 per hari karena sekarang aku masih bener-bener sibuk.
_________________________________________

Naqeeb yang berjaga di luar menyembulkan tangannya memberi jempol pertanda aman, kedua gadis berbeda sifat itu lantas masuk kedalam salah satu bilik toilet yang depannya sudah tertulis rusak.

Saat mereka masuk bagai di sambut banyak sekali novel yang berserakan, namun hanya kursi itu yang sama sekali tak terdapat novel, malah seperti habis duduki beberapa menit lalu.

Biya heran, namun sudahlah palingan anak OSIS yang masuk buat berkomunikasi.

Keduanya meletakkan tas mereka di atas kursi, Biya membuka tas dan mengambil alat komunikasi yang biasa ia gunakan untuk menghubungi si ketos.

Drititit!.

Suara HT berbunyi tanda sudah tersambung dengan orang di sebrang sana.

Biya berdeham, sedangkan Fauza masih takjub dengan isi bilik toilet yang sama sekali ngga pernah kepake selama setahun belakangan ini, walaupun cuma denger-denger tapi sepertinya bener, toilet ini ngga pernah kepake sejak toilet ini jadi -Uja.

"Hallo Biya!!" Seru seseorang yang berada di sebrang.

"Biarkan saya berbicara dulu ya, kalian cukup mendengar. Dan tak usah memotong dulu" ucapnya.

Biya dan Uja tak menjawab apapun mereka malah diam bersiap mendengar apa yang akan di katakan ketua osis.

Ketua OSIS berdeham singkat sebelum memulai pembicaraan. "Sebelumnya Fauza sudah tahu saya bukan? Tak perlu di jawab. Kejadian tadi pagi kotak hadiah, kalian belum buka kan? Jangan di buka buang saja. Dan sepertinya kita harus gerak cepat untuk sikembar sepertinya kalian sudah bertemu. Dan saya dengar Ekal memberitahu sedikit informasi tentang saya pada kalian, ingat saya punya Reyhan di sebelah kalian."

"Kalian sebenarnya bertiga bukan? Nama yang satunya Naqeeb, saya sudah menyampaikan pesan untuknya lewat Reyhan, dia akan membantu kalian nantinya walau hanya sedikit. Karena itu jangan ganggu Reyhan dulu." Terdengar ia menghela nafas di seberang sana.

"Besok Kalian pergilah ke perpustakaan dan cari buku yang berjudul "Frasa" di rak ke tujuh dari pintu masuk bagian sebelah rak ke enam, dan jangan bertanya pada penjaga perpus. Baik-baik apa ada pertanyaan?" Tanyanya.

Biya menoleh kearah Fauza, sedangkan Uja yang di tatap seperti itu menggeleng.

"Ini di luar penjelasan" seru Biya.

"Iya? Apa?" Sahut ketua OSIS.

"Katua OSIS kenapa ngga masuk sekolah? Dan mengapa ketua tidak mau melangsungkan pemilihan untuk sementara?." Biya memang sejak tadi ia terus memikirkan itu.

"Saya punya alasan, namun itu kalian yang akan tahu alasan saya nantinya. Sepertinya kamu juga ingin menanyakan tentang ayah saya" serunya lagi.

"Kalo boleh" cicit Biya.

"Dia meninggal karena mencari tau suatu hal yang akan kita bongkar." Seseorang di sebrang sana terdengar berbisik-bisik saat menjelaskannya.

"Kalian akan tahu apa yang saya maksud jika, kalian sudah membuka buku itu. Baiklah sudah untuk hari ini aku akan menghubungi Reyhan untuk memberitahu beberapa hal pada teman kalian. Bye."

Sambungan langsung terputus, Biya memasukkan HT itu kedalam tasnya, namun tanpa sengaja ia tampak fokus pada sebuah novel yang berjudul "sampun" dengan cover bergambar sebuah daerah yang pernah ia tinggali sebelum ia ke daerah tempat tinggal nya sekarang.

DARK GENIUS [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang