Semangat bacanya!
_________________________________________"Hallo, gimana? Adek lo sama temen-temennya udah setuju?" Bisik orang itu.
Terdengar cukup familiar bagi Biya lantas ia sedikit menyembulkan kepalanya untuk melihat siapa di sana.
"Ha? Belum di respons? Saya tidak mau sampai bisnis kita hancur karena bocah-bocah bau kencur SMA GERBANG BANGSA itu" bisik orang itu lagi.
Betapa terkejutnya Biya saat melihat pamannya yang tidak lain Andrean tengah mengobrol dengan seseorang di ponselnya disana serta menyebut-nyebut nama sekolahnya.
"Ck! saya malas jika berbicara dengan keponakan saya, dia pasti akan kabur-kaburan. Apa bos besar sudah tahu?" Bisik adik ipar bundanya itu.
Biya kembali bersembunyi takut-takut jika pamannya itu berbalik.
Suara Andrean yang sedang menelepon seseorang sudah tak terdengar lagi bersamaan dengan suara langkah kaki yang menjauh.
Biya kembali menyembulkan kepalanya untuk memastikan keberadaan Andrean yang sudah buruk di mata gadis itu ditambah mendengar pembicaraanya tadi membuat Biya semakin waspada padanya.
Saat belakang rumah terlihat sepi dan tak terdengar suara apapun lagi selain suara kambing-kambing Irsyad, gadis itu segera kembali ke kamar.
------------------------------------------------------------
Malam ini setelah pulang dari TPQ Biya sudah bertekad untuk menghubungi kelima temannya.
Sebelum pulang tadi, ia sudah bicara dengan Uja untuk menghubunginya sepulang dari TPQ.
Kini Uja tengah berada di ruang tamu rumahnya, melihat sudah banyak orang yang tak lain keluarga besarnya.
Di antaranya ada Abi, Ummi, Nenek, dan kakak satu-satunya itu.
Ummi mendekat saat melihat Uja masuk kedalam rumah. "Nah ini dia Uja udah pulang, sayang ayo sini kakak kamu pulang loh" ucap ummi.
Raut wajah Abi yang awalnya datar kini tampak tersenyum melihat kedatangan Uja.
Tak ada pilihan lain ia pun mendekat lalu salaman sekenanya dengan kakaknya. "Duh Uja tinggal bentar ada TO, Uja pamit ya mau belajar dulu. Nek, mari." Ucapnya lalu berlalu begitu saja kearah kamarnya.
"Anakmu tuh Ran ngga punya sopan santun!" Cibir Nenek yang masih bisa Uja dengar.
Ummi yang mendengar perkataan Nenek hanya tersenyum. "Maklum anak pinter hahaha..." Kata ummi sambit terkekeh.
Jauza rasanya sudah muak dengan keluarga ini, Abi dan ummi yang biasanya berantem seolah sudah disetting setiap kali ada tamu atau kakak pulang mereka bisa menahannya, padaahal saat Uja sendiri di rumah mereka malah seperti tengah berada di ambang perceraian.
Menurut Uja mereka memang udah ngga cocok aja, tapi jika mereka bercerai, abi tidak akan mendapat warisan dan ummi tidak mau kembali serumah dengan kakek nenek yang hobinya membandingkan anak/cucunya dengan anak/cucu orang lain.
Sedangkan kini Biya tengah menghubungkan earphone-nya dengan teman-temannya terkecuali ketua osis, satu-persatu mengangkat panggilan Biya.
Saat semuanya sudah terhubung Biya langsung menanyakan prihal tadi sore ia dengar dari pembicaraan Andrean.
"Di antara kalian apa ada yang punya Kakak atau Abang yang udah kerja?" Tanyanya.
"Ha? Kok tiba-tiba kakak dan abang" sahut Kei.
"Andrean salah satu pemimpin perusahaan yang waktu itu ketos, Royco, dan Tanu tunjukkin. Yang logo perusahaannya mirip itu, Kei."
"Oh iya, emang kenapa dengan si Andrean itu?" Tanya Tanu.
KAMU SEDANG MEMBACA
DARK GENIUS [REVISI]
De Todo"selamanya bukan hanya tentang cinta apalagi uang tapi otak,etika, dan iman pengujiannya lebih dari apapun" Biya, nama panggilannya. Peraturan pemerintah membuat gadis itu harus di pindahkan ke sekolah khusus anak-anak dengan IQ di atas rata-rata, n...