Assalamu'alaikum bestot!!
_________________________________________Seketika seluruh orang yang ada di bawah menatap kearah roftoop sekolah, bukan Naqeeb yang tertembak, namun Kendra, kepsek dan bibi kantin.
Dor!! Dor!! Dor!!
Tembakan itu lagi-lagi terjadi pada 2 orang antek-antek Kendra yang menodong pistol kearah Biya dan Uja. 5 polisi yang berada di belakang mereka mengamankan kedua gadis itu.
Naqeeb yang berada di atas segera berlari turun ke bawah, Uja yang melihat hal itu segera mengeluarkan handphone nya, lalu menyalakan kembali seluruh lampu sekolah.
Yang menembak kepsek, Kendra dan bibi kantin ikut turun ke bawah menyusul Naqeeb.
Mereka yang berjumlah 30 lebih itu segera menurunkan pistol mereka dan mengangkat tangan saat para polisi mengepung mereka dengan menodongkan pistol, pistol milik kepala sekolah dan bibi kantin sudah terjatuh ke dasar gedung.
Mereka tak di tembak mati hanya bagian kaki mereka. Yang menembak 2 orang yang menodongkan pistol pada Uja dan Biya keluar dari persembunyiannya, lalu membuka maskernya.
"Pak Karto!?" Seru Uja dan Biya bersamaan. Pak Karto tersenyum kearah mereka. "Pak tolong urus mereka hingga tuntas" ucap pak Karto lalu kembali ke dua muridnya itu.
Naqeeb turun tak hanya sendiri namun di temani dua anak remaja seumuran mereka di belakangnya.
"Kerja bagus Rey, kal" ucap pak Karto mengacungkan jempolnya.
Uja dan Biya yang tak mengerti apa-apa terdiam, sedangkan Biya sedari tadi tak henti-hentinya berzikir.
"Uja, Biya kalian pulang duluan saja, Ekal antar mereka pulang bersama Reyhan. Masalah ini biarkan saya dan pak Karto yang menyelesaikannya. Reyhan kamu nanti nyusul ke kantor polisi" ucap Naqeeb.
"Kalian ngga akan di tahan kan pak? Kal? Rey?" Tanya Biya gemetar.
"Tenang saja, tidak nak kita menembak mereka juga sudah dapat izin dari pihak polisi" ucap pak Karto.
Uja dan Biya akhirnya pulang setelah berdebat dengan Naqeeb ingin ikut. Reyhan dan Ekal menelfon Reyska yang sudah standby tak jauh dari SMA.
Naqeeb dan pak Karto ikut di mobil pak polisi setelah membangunkan dua satpam yang molor tak bangun-bangun di posnya.
Di kantor polisi sudah Reinda, Kei, Royco, dan Tanu yang tengah menurunkan barang-barang bukti dari mobil Royco.
Jam 15:07 tadi siang
Biya mengeluarkan pendapat untuk membuat rencana cadangan, lalu Naqeeb terpikirkan dengan cara yang jika di lakukan secara tenang akan berhasil, namun bila ada sedikit rasa panik akan membuat rencana itu hancur berkeping-keping.
Naqeeb membuat alat-alat yang mereka butuhkan dengan cepat, Uja mencoba menghack PLN beberapa kali hingga bisa tersambung dan cctv lewat ponselnya, sedangkan Biya merangkum beberapa bukti yang kuat, lalu menghubungi 4 partner mereka waktu itu, dan Reyska.
Setelah jadi semua alatnya sekitar mendekati Maghrib di karenakan tadi mereka sempat menunda untuk sholat.
Naqeeb keluar ruangan sebentar, namun di situ ia de pergok 3 orang itu, pak Karto, Rey dan Ekal. Daripada nanggung Naqeeb meminta tolong pada ketiga orang itu untuk melakukan hal yang cukup mengerikan itu.
2 jam sejak 6 orang ini bertemu menunggu proses penanganan. Suara langkah kaki mendekat membuat mereka memandang kearah suara itu.
"Hormat kepada pak presiden grak!!" Gelegar pak Karto. Ke 5 muridnya pun ikut memberi hormat.
Note: ntah ngga tau lagi
"Terimakasih sudah memberitahukannya pada saya" ucap pimpinan negara.
"Saya permisi dulu ya, ingin mengurus beberapa hal." Ia pun berlalu dari ruangan itu.
------------------------------------------------------------
"Assalamu'alaikum..." Seru Biya dan Uja yang kini berada di depan rumah Biya.
Cklek!
"Wa'alaikumussalam..."
"Ya Allah Biya, kamu tidak apa-apa kan nak" khawatir bunda, lalu memeluk anaknya itu.
"Kenapa tak kunjung pulang? Bunda dan ayah khawatir sama kamu, dari tadi di hubungi oleh Irsyad tapi kamu tak menjawabnya" tutur bunda sambil membelai kepala yang berbalut hijab itu.
"Kalo gitu saya pulang dulu Tante, assalamu'alaikum" pamit Uja lalu berlalu dari halaman rumah Biya. Biya dan bundanya pun masuk kedalam rumah.
"Bunda!! Kakak!!" Teriak Irsyad dari dapur.
Kedua perempuan berbeda umur itu lantas lari kearah dapur. Ayah Biya sudah terkapar di lantai.
Biya pun mengangkat ayah bersama bunda. "Syad nyalakan mobil kita ke rumah sakit" ujar bunda yang sudah panas dingin.
Irsyad berlari ke kamar orang tuanya mengambil kunci mobil yang di simpan di laci meja kecil dekat ranjang.
-----------------------------------------------------------
Sedangkan Jauza yang baru pulang sudah di suguhkan dengan 2 mobil polisi yang terparkir di depan rumahnya.
Ia sampai lupa jika kakaknya juga berperan besar dalam kasus ini. Uja melambaikan tangannya pada Royco dan Tanu yang akan berlalu dari komplek rumahnya.
Saat ia akan masuk polisi sudah membawa kak Zahra yang di borgol kedua tangannya.
"Sorry, sist. This about you so stupid.." desisnya sambil menahan air mata yang sedari tadi meminta untuk keluar.
Saat kak Zahra sudah masuk mobil polisi ia segera masuk dan mendapati mama yang menangis sejadi-jadinya. Uja segera mendekat lalu mendekap wanita paruh baya itu dan menuntunnya ke arah sofa di ruang tamunya.
"Tenang ma... Kakak memang salah.." ujarnya menenangkan wanita itu.
"Tenang-tenang!! Kau bilang!? Bisa-bisa kita di rendahkan lagi Jauza!! Ini semua salahmu!!" Teriak mama yang tak bisa berhenti menangis.
Wanita dua anak itu berlalu dari ruang tamu mengunci diri di kamar.
Jauza menghela nafas panjang, lalu menyenderkan kepalanya pada sandaran sofa.
------------------------------------------------------------
Kini di lorong rumah sakit terdengar begitu ramai, namun di ujung sana tepatnya di depan pintu UGD mereka masih menunggu kabar dari dokter.
Sedangkan dua saudara tertua mereka masih belum mereka hubungi. Bunda yang masih menangis, Irsyad yang mondar-mandir ngga jelas dan Biya yang berusaha muroja'ah yang sudah seperti ziyadah bila di rumah sakit.
"kallaa la-il..."
"Kallaa la-il.."
"Kallaa la-il la... m"
Biya kembali mengusap mukanya yang sudah ke 10 kalinya karena tiba-tiba hafalannya buyar.
"Astagfirullah ya Allah..." Desisnya sambil meremas tangan kanannya. Lalu ia beranjak kearah toilet.
------------------------------------------------------------
"Baiklah anak-anak kalian pulang saja, biar bapak dengan orang-orangnya presiden yang mengurus" ucap pak Karto meyakinkan anak-anak didiknya itu yang sejak tadi tak mau menurutinya untuk pulang.
"Besok hari Jum'at loh! Bukannya besok yang tugas kelas kalian ya?" Ucapnya lagi sehingga Naqeeb pasrah. "Baiklah jika begitu pak, tolong berikan kami informasi lebih lanjut besok pagi" ucap Naqeeb lalu mengajak Reyhan dan yang lainnya kembali.
Saat di perjalanan ponselnya berdering nyaring. Ia melihat siapa yang menghubunginya jam segini.
Naqeeb segera mengangkat panggilan dari-
_________________________________________19 April 2022/17 Ramadhan 1443
1000 word of the story's
KAMU SEDANG MEMBACA
DARK GENIUS [REVISI]
Random"selamanya bukan hanya tentang cinta apalagi uang tapi otak,etika, dan iman pengujiannya lebih dari apapun" Biya, nama panggilannya. Peraturan pemerintah membuat gadis itu harus di pindahkan ke sekolah khusus anak-anak dengan IQ di atas rata-rata, n...