CHAPTER 44

72 4 0
                                    

Untuk kamu di 44 pertualangan yang lalu.
_________________________________________

Pagi ini suasana rumah Biya begitu ramai, suara-suara orang yang tak henti-hentinya mengucap bela sungkawa terus terdengar sajak marahi belum terbit.

Bunda yang terus-menerus pingsan jarak sepersekian detik, bang Ahnaf yang masih memiliki jadwal penerbangan yang padat tak bisa izin pulang karena banyak orang yang akan ia buat menunggu, bang Dzafri yang tak bisa pulang karena sebelum ayah meninggal ia selalu di patah untuk memilih pesawat yang disetir oleh Abangnya itu.

Biya sebagai tertua diantaranya dan Irsyad menahan dirinya agar tak bersikap egois, Irsyad sedari tadi sudah seperti orang yang tak mempunyai semangat hidup.

Naqeeb membantu kedua Abang sahabatnya itu untuk melakukan Videocall lintas negara dengan membuat beberapa hal bersama Uja dibantu Kei di teras belakang rumah Biya.

"Biya!!" Terdengar suara dua orang memanggil dari arah depan rumah Biya.

Biya terdiam, Naqeeb yang mendengar suara itu memandang ponselnya panggilan video dari Dzafri.

Naqeeb menekan tombol hijau di layar ponselnya. Terlihat di layar handphone Naqeeb adalah gambar Dzafri dan Ahnaf yang berada di depan rumah minimalis itu.

Bang Dzafri berlari masuk ke dalam lalu memeluk adik perempuannya itu. Sedangkan Ahnaf menangis di depan jenazah ayah mereka dan melihat kearah Irsyad yang memeluk bunda yang pingsan dengan air mata mereka yang sudah kering.

"Kalian kenapa pulang? Tidak baik menentang perintah guru dan atasan" ucap Biya.

"Kami sudah izin, tenanglah. Kamu kenapa seperti ini Bi?" Lirih bang Dzafri sambil mengecup kening adiknya itu.

Seketika Biya menangis di pelukan bang Dzafri. "Nangis aja ngga apa-apa, ada kalanya tiang-tiang penyangga rumah itu terjatuh" ujar Dzafri.

"Abang sama bang Ahnaf sudah di beri izin walaupun bang Ahnaf akan di kenakan penalti karena menunda beberapa penerbangan hari ini, seharusnya dipecat aja nggak sih?" ucap Dzafri dengan kekehan di sela tangisnya.

Ia kini enggan melepas pelukannya. Biya yang masih menangis tanpa suara di pelukan sang Abang tiba-tiba tertidur.

"Assalamu'alaikum, Bang!!" Panggil Naqeeb lalu bersalaman dengan bang Dzafri.

"Makasih, qeeb. Bagaimana tentang misi kalian?" Tanya Dzafri.

Naqeeb mengangguk, lalu menaruh peralatan yang ia bawa tadi di atas meja makan.

"Entahlah. Dia masuk penjara, namun semuanya makin terlihat. Mereka sudah menyiapkan hadiah pada kita" ucap Naqeeb menunduk.

"Bentar mau anter Biya kekamar, kita bicara di taman belakang setelah mengantar Biya. Tunggu saja di sana tak akan lama kok" pastinya, lalu menaiki tangga menuju kamar Biya yang dibopong oleh bang Dzafri.

Naqeeb melangkah kembali ke taman belakang.

------------------------------------------------------------

Seminggu berlalu, bang Dzafri dan bang Ahnaf sudah kembali ke Mesir dan kemudi 2 hari lalu.

"Bagi seluruh siswa-siswi silahkan ke aula, untuk OSIS silahkan ke belakang aula"

Pengumuman dari microfone membuyarkan lamunan Biya. "Udah berhenti ngelamun begitu, ayo ke aula" ajak Uja.

Biya mengangguk, lalu membereskan buku-bukunya dan merogoh tasnya mengambil handphone.

Keduanya berjalan beriringan ke arah aula, sepanjang koridor Biya dan Uja sedikit risih saat dipandang beberapa siswa-siswi. "Sepertinya berita kita sudah tersebar ya?" Tanya Biya.

"Bukan itu doang sih, bahkan kita masuk berita. Followers kita naik, gue langsung hapus beberapa foto diri gue gara-gara ini" bisik Uja.

Biya menghela nafas. "Aku lupa kalo sekolah ku sekarang sering kesorot berita, mending kita jalannya lebih cepet deh" ujar Biya lalu mempercepat langkahnya.

Di aula Biya dan Uja mengambil tempat duduk di tengah-tengah agar tak terlalu depan dan tak terlalu belakang, cukup di bilang strategis.

Suara mic yang diketuk-ketuk mengalihkan perhatian mereka, di depan sudah ada Reyhan.

"Hello everyone!! Good morning! Who are you to day!?" Ucapnya dengan bersemangat.

"Hai!! Morning!! I'm fine, thank you!!" Balas seluruh siswa-siswi itu dengan kompak.

"Baiklah kami mengumpulkan kalian semua di sini dengan maksud memperkenalkan kepala yayasan sementara!!" Serunya.

Seorang remaja laki-laki menaiki panggung menggunakan jas layaknya orang kantoran.

"Hello guys!!" Sapanya.

"Hai!!" Jawab seisi aula.

"Nah untuk sementara ketua osis kita Elffari Atarja yang akan menggantikan posisi ayahnya dan ada berita bagus bagi kalian dari ketua osis kita kali ini" ucap Reyhan.

"Sebelumnya thank you guys atas hampir dua tahunnya saya menjabat sebagai ketua osis dan menghilang selama setahun tanpa memilih kandidat ketua osis yang baru, mungkin sedikit telat namun nanti saat perpisahan kelas dua belas saya akan mengumumkan hasil voting. Untuk voting itu sendiri akan berlangsung pada hari ketiga kelas dua belas ujian sekolah, bagi yang akan mencalonkan diri sebagai ketua dan wakil ketua osis bisa mendaftarkan diri lewat forum yang sama nantinya dengan forum yang akan di sebarkan sebagai voting" ucap Naqeeb.

"Bagi yang ingin mendaftar sebagai anggota silahkan ke ruang osis lalu temui Ekal kelas dua belas mipa unggulan satu" tambah Reyhan.

"Oh dan besok akan ada kepala sekolah baru jadi persiapkan diri kalian semua untuk acara penyambutan besok, baiklah sampai sini saja kami pamit undur diri" tutup Naqeeb.

Reyhan dan Naqeeb turun dari panggung aula menuju belakang.

Biya dan Uja beranjak dari sana, lalu menuju kantin. "Gimana keadaan tante dan yang lain?" Tanya Jauza.

"Udah mulai seperti biasa kok, perusahaan kakek ditutup sementara sampai bang Dzafri pulang lalu menebus perusahaan itu di kantor polisi, Irsyad dia lebih sering ngelamun saat ngerawat kambing-kambingnya kemarin seekor kambing dianter hidup-hidup sama Kei ternyata itu kambing sudah di bayar lunas ayah untuk Irsyad karena pernah merengek kambingnya mau di potong saja lalu beli baru" cerita Biya yang mengingat kelakuan adiknya itu saat di depan ayah.

"Rasanya ngga enak banget dari yang dulunya sering banget bilang 'Jangan keluar malem, makan bareng aja, jalan-jalan yuk' sekarang sudah ngga bisa bilang gitu" ujarnya sambil tersenyum getir.

Uja mendekat lalu memeluk sahabatnya itu. "Lo ngga sendirian, ikhlasin ayah lo buat pergi. Dulu ada yang pernah bilang ke gue 'itu udah takdir dari skenario Allah jadi jalanin aja, lepaskan bila walau berat.' Bahkan yang ninggalin gue masih hidup tapi dia ninggalin tanpa kenangan di memori gue kayak lo" ucap Biya mengusap-usap punggung Biya.

"Lo ngga sendirian, gue juga tinggalkan namun tanpa kenangan" lanjutnya.

"Dia juga meninggalkan saya disaat saya yang belum siap memimpin gudang ilmu ini dengan rumah yang di sita akibat penipuan di perusahaannya" sahut Naqeeb yang tau-taunya sudah berdiri di antara keduanya.

Biya dan Uja tertawa. "Berarti Allah menganggap kamu mampu!" Seru Biya. Mereka seketika tertawa lepas secara bersamaan.

Tak ada yang lebih menyakitkan dari kata di tinggalkan dan rindu. Entah itu merindu orang yang di sayang atau bahkan sang maha pencipta.
_________________________________________

23 April 2022/20 Ramadhan 1443
1000 word of the story's




DARK GENIUS [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang