Akhirnya chapter 42 ygy
_________________________________________"untuk sekarang pasien masih dalam keadaan aman dan tolong jangan terlalu sering mengajak nya bicara bila perlu sekenanya saja. Kamu bisa menebus obat nya dengan resep ini di apotik ya agar racun itu berkurang sebaiknya kamu cepat tebus obatnya karena racun yang di pasien minum memang agak lama terlihat namun cepat berjalan" ujar dokter Ardi menjelaskan pada Naqeeb.
Biya dan Uja sudah Naqeeb suruh pulang di antar Reyhan untuk segera bersiap sedangkan nanti bunda Biya datang bersama Naqeeb menggunakan mobil ayah Biya yang menunggu untuk sementara Irsyad.
Saat membuka pintu ruangan bunda Biya terlihat sedang menyuapi suaminya. "Permisi, tan." Ucap Naqeeb memecah keheningan, Irsyad yang bermain game di pojokan menoleh sekilas kearah Naqeeb.
"Obatnya harus segera di tebus agar racunnya tak cepat menyebar" ucapnya sambil menyerahkan resep yang di berikan dokter Ardi tadi.
Bunda Biya mengambil resep yang di sodorkan Naqeeb. Ia pun mengangguk, lalu memanggil Irsyad. "Syad, ambil uang tiga ratus ribu temani bang Naqeeb menebus obat ayah" ucapnya pada Irsyad.
Irsyad langsung mematikan handphone nya dan memasukkannya ke dalam saku. "Dimana uangnya?" Tanya Irsyad.
"Tas bunda."
Irsyad segera mengambil tiga lembar uang merah, lalu keluar bersama Naqeeb.
"Bang sholat dulu aja ya" tawar Irsyad yang diangguki Naqeeb.
Kedua remaja itu pun belok kanan untuk ke mushola rumah sakit yang terlihat cukup ramai.
------------------------------------------------------------
Tok!! Tok!! Tok!!
"Assalamu'alaikum..." Ucap seseorang dari luar kamar.
"Siapa?" Tanya sang pemilik.
"Ini mama, ja.." jawab orang itu.
Jauza tersentak saat mendengar jawaban orang yang kini berada di depan kamarnya.
"Masuk aja ma, ngga Uja kunci" teriaknya sambil memasang hijab pashmina putihnya.
Cklek!
Suara pintu terbuka lalu di susul dengan suara langkah kaki mendekat kearahnya membuat Uja berbalik.
Mama yang terlihat sudah rapi dengan gamisnya memeluk tubuh gadis itu. "Maafkan mama kemarin ya nak?" Ucapnya tiba-tiba.
Uja yang tadinya enggan membalas pelukannya kini mengelus punggung wanita yang melahirkannya itu.
"Mama sudah putuskan pilihan mama" sambung wanita itu.
"Mama akan meminta papa ceraikan mama, dan sekarang kamu khatamankan? Mama akan datang" ujar mama yang menerbitkan senyum lebarnya yang sudah tenggelam sejak papanya berpoligami.
"Makanya aku sama kak Zahra kan pernah bilang, be yourself and kalo mama udah bener-bener ngga tahen udahan jangan malah mengibaskannya kesana kemari" ucap Uja sambil tersenyum.
"Iya, sekarang kamu mau sholat dimana?" Tanya mama.
"Harus sholat di sana ma biar ada yang bantu-bantu nyiepin" ucapnya.
Mama mengangguk. "Acaranya ba'da isya' kan?" Tanya mama lagi yang di angguki Uja lalu salaman untuk segera berangkat.
------------------------------------------------------------
Sedangkan kini di rumah Biya, ia sedang di hadapkan saudara-saudara tiri bundanya itu.
"Kamu keterlaluan ya bi!! Bisa-bisanya jeblosin suami saya ke penjara!! Anak kurang ajar!! Katanya anak berpendidikan tapi kemana otaknya itu sekarang disaat seperti ini!! hilang!?" Teriak adik bundanya yang pertama.
"Kamu sama bundamu itu sama saja!! Ngga tahu diri!!" Teriaknya lagi.
Plak!!.
Adik dari bunda Handa yang ke 4 seketika menutup matanya saat melihat kakinya yang akan menampar keponakannya, ia terlihat merasa sangat bersalah pada gadis remaja itu.
"Aku masih menaruh rasa hormat pada kalian dengan tidak mengungkit semua kelebihan kami yang membuat kalian memohon ikut pindah ke ibu kota, aku menilai orang dari sifatnya bukan dari muka duanya" desis Biya sambil menangis sedangkan tangan kirinya memegang pipi kanannya yang di tampar.
"Terserah kalian mau bagaimana pun aku sudah tak peduli lagian kakek sudah kalian kuasai dengan mengelola uangnya, kalian sudah bersuami namun suami kalian lebih seperti bukan suami malah kalian semua masih bergantung pada kakek tanpa kasihan melihatnya yang selalu berjuang kala perusahaannya hampir di ujung tanduk seperti ini" ujar Biya sambil menekankan pada setiap kata-katanya.
"But i don't care kalian mau mukul aku ataupun bahkan bunuh aku sekarang juga aku ngga peduli karena Allah maha adil!!" Tukas Biya.
Plak!! Plak!! Plak!!
Tiga tamparan mendarat di pipi kiri Biya hingga hidungnya mengeluarkan darah, bibi paling kecilnya itu berlari kearahnya. "Biya kamu baik-baik saja? Ada yang sakit ayo bibi bersihkan darahnya dan kompres pipimu" ucap bibi Ardellsa.
Biya tersenyum kearah tiga bibinya yang lain. "Thank you verry much, sekarang sebaiknya kalian semua keluar dari rumah ini lebih tepatnya pulang jangan keluyuran nanti di kira kuntilanak" ucapnya sambil membukakan pintu untuk ketiga bibinya kecuali bibi Ardellsa yang masih berkuliah itu.
"Anak kurang ajar kamu!! Ayo Lila, Rati kita keluar!!" Tukas kanjeng ratu jelek.
Ketiganya keluar, Biya menghela nafas panjang, lalu kembali menatap bibinya itu. "Bibi pulang saja ke kosan aku bisa jaga diri sendiri sekarang juga ada acara di tempat ngaji" ujar Biya.
"Yasudah jaga dirimu kalo mereka balik telpon bibi biar bibi cegah kesini, jangan lupa kompres pipimu" ucap bi Ardellsa.
Jika 40 ribu teka-teki bisa ku jawab dalam 1 waktu maka 1 teka-teki juga bisa ku jawab dalam 40 ribu waktu.
Terlalu jauh ku melihat ke depan hingga lupa mereka yang masih banyak di belakangku.
Pintar yang terlintas di pikiranku dulu adalah anak-anak yang bisa menjawab berbagai pertanyaan yang di lontarkan guru, namun pikiran itu menghilang kala aku memperjelas lagi pandanganku.
Segi pandang orang berbeda-beda, Orang pintar adalah orang yang bisa menjaga adab, sopan, santun, menaati aturan dan agama.
------------------------------------------------------------
Selesai sholat berjama'ah Biya, Uja dan ustadzah Rasya menyiapkan mic dan berbagai hal yang di perlukan. Sedangkan ummi dan wanita paruh baya yang beberapa anak lain bilang kakak ipar Abah Atur.
10 menit berlalu kian banyak orang tua yang datang karena anak-anak mereka juga turut menampilkan beberapa kesenian seperti puisi, pidato, terjemahan Al-Qur'an, Tartil dan tilawah.
Acara puncak berada di pengunjung acara, Irsyad seharusnya sekarang jadi MC dengan Ronald namun di ganti dengan abas karena tak bisa hadir.
Abas dan Ronald segera menaiki podium untuk memulai membuka acara.
Terlihat Naqeeb, bunda Biya dan mama Jauza baru datang, lalu di sambut oleh ummi Najla, yang masih belum kita ketahui namanya ipar Abah Atur dan ustadzah Rasya sedangkan Abah Atur dan ustadz Ari sedang menjamu salah seorang ulama di dalam gedeng.
*Rumah
Sedangkan Biya dan Uja di kurung ustadzah Rasya di lantai 2 TPQ.
Kala Ronald menyebut sambutan -sambutan sebagai acara ke 3 setelah do'a pengawal acara Biya dan Uja di beri izin turun karena mereka akan mendapat giliran untuk mengisi acara ke 4 dan 5.
_________________________________________21 April 2022/19 Ramadhan 1443
1000 word of the story's

KAMU SEDANG MEMBACA
DARK GENIUS [REVISI]
Acak"selamanya bukan hanya tentang cinta apalagi uang tapi otak,etika, dan iman pengujiannya lebih dari apapun" Biya, nama panggilannya. Peraturan pemerintah membuat gadis itu harus di pindahkan ke sekolah khusus anak-anak dengan IQ di atas rata-rata, n...