Alhamdulillah wasyukurillah, sudah 19 hari berlalu tak disangka sebentar lagi ia akan meninggalkan kita dan kembali di tahun depan...
_________________________________________"qul a'uuzu birobbin-naas..."
"malikin-naas..."
"ilaahin-naas..."
"ming syarril-waswaasil-khonnaas..."
"allazii yuwaswisu fii shuduurin-naas..."
"minal-jinnati wan-naas..." Suara kedua gadis itu seketika bergetar saat menyetor ayat terakhir di depan banyak orang terutama orang tua mereka.
Uja dan Biya tak kuasa menahan air matanya yang keluar, keduanya mengucap syukur, lalu sujud syukur secara bersamaan.
Abas meminta keduanya untuk mengucapkan sepatah dua patah kata motivasi untuk hafid-hafidzah di luar sana.
"Tak ada kata lelah bagi mereka yang sangat merindukan kekasih sang pencipta dan penciptanya" ujar Uja.
"Jangan terlalu mudah menyerah, karena menyerah adalah gagal sedangkan sedangkan menyerahlah di saat kamu buntu seperti soal matematika yang tak terdapat jawaban yang benar di pilihan ganda" ujar Biya.
Naqeeb naik ke atas panggung, lalu naik ke atas podium satunya. "Assalamu'alaikum semuanya, Alhamdulillah, Alhamdulillah, Alhamdulillah hirobbil 'alamiin..."
"was sholatu wassalamu ‘ala, asyrofil ambiyaa iwal mursalin, wa a’laa alihi wa sahbihi ajmain amma ba’du..."
"Pertama-tama, marilah kita semua panjatkan puji syukur kehadirat Allah Swt., yang telah melimpahkan rahmat-Nya kepada kita..."
"Sebelumnya kami mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya karena bapak dan ibu yang sudah menyempatkan untuk hadir pada malam hari ini dalam rangka khatam genap tiga puluh juz dua dari Hafidzah kami dan sahabat saya sendiri Zakiyah Nabiha Syafiqah dan Jauza mahnoor zaahirah.."
"Saya Naqeeb Elhasiq Ghiffari atau Elffari Atarja yang kerap di panggil Naqeeb maupun El perwakilan dari ustadzah Rasya, sepupu saya sendiri karena beliau sedang sakit sariawan. Mengucapkan selamat untuk ukhti Nabiha dan ukhti Jauza karena sudah sanggup berjuang, bertahan dari banyaknya cobaan terutama melawan sifat malas tanpa bangku pesantren. Semoga kalian tetap Istiqomah dan senantiasa menjaga hafalan kalian..."
"Baiklah sampai di sini kita mellow-mellownya, sekian dari saya wabilahitauffik walhidayah wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakathu.."
Naqeeb turun dari podium lalu beranjak turun dari panggung. Di ikuti Biya dan Uja di belakang.
2 jam berlalu beberapa menit lagi adalah acara puncak Biya dan Uja telah siap di belakang panggung sedangkan bunda dan mama tengah di persiapkan oleh ummi Najla.
"Baiklah di acara puncak kali ini adalah penyerahan mahkota semata-mata menghormati orang tua, untuk para hafidz dan Hafidzah remaja lainnya yang akan berhenti mengaji di tempat ini di karenakan satu dan lain hal juga di persilahkan untuk menaiki panggung beserta dua Hafidzah remaja kita yang khatam malam ini, waktu dan tempat di persilahkan!!" Seru Ronald dan Abas secara bersamaan.
"Ja rambut kamu keluar itu, perbaiki dulu hijabnya!!" Tukas Biya sedari tadi tak di dengar oleh Jauza.
"Iiih biarin aja, gue males nih!!" Kesal Uja.
"Astagfirullahaladzim kamu mau nyeleng dosa?" Delik Biya.
Kini dua gadis itu tengah berada di pojok teras TPQ karena Jauza ingin naik panggung terakhir.
Uja segera merapikan rambutnya yang keluar tidak beraturan itu, padahal ia sudah mengenakan dalaman hijab.
"Nabiha!! Jauza!!" Panggil Abas ke 4 kalinya.
Biya dan Uja yang mendengar suara Abas kian meninggi mengacir kearah tangga panggung sambil nyengir kearah 2 MC terfreak selama hidup mereka itu.
------------------------------------------------------------
Di layar laptop Biya, Irsyad dan ayah menonton virtual khataman Biya lewat video call dengan menggunakan handphone Naqeeb yang di pegang oleh Reinda.
Ayah menangis terharu melihat anak ketiganya itu khataman Qur'an yang sudah di dapat oleh kedua anak tertuanya itu.
Biya menepati perkataannya bahwa ia bisa walau tak pernah duduk di bangku pesantren.
2 Minggu lagi anak kelas XII SMA GERBANG BANGSA akan melaksanakan uprak dan setelahnya di lanjut dengan ujian sekolah. Sedangkan ujian akhir semester sudah di gabung ke dalam ujian sekolah.
Ujian nasional sudah tak ada lagi di negara ini. Dzafri yang akan wisuda 4 Minggu lagi ingin ayah dan bunda datang.
Irsyad menggenggam tangan ayahnya. "Ayah yang kuat ya agar bisa lihat Irsyad nepatin perkataan Irsyad kala itu seperti kak Biya" ucapnya tertunduk.
Ayah mengusap kepala Irsyad sayang. "InsyaAllah semoga Allah menghendaki umur yang panjang nak" ucap ayah serak dengan suara yang lirih.
Namun bagaimana jika Allah sudah sangat merindukan sang hamba untuk kembali padanya? Apa kita bisa berbuat sesuatu untuk menahannya?
Hanya Allah yang tahu kapan kamu lahir dan kapan kamu kembali kesisinya.
Sungguh, kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya, kemudian kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya, kecuali orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan; maka mereka akan mendapat pahala yang tiada putus-putusnya.
[Q.S At-Tin/95:4-6]
Sebuah suara yang mendominasi keheningan sesaat itu yang diiringi dengan ayah dari 4 sang ahlul Qur'an itu menutup mata perlahan sembari bersyahadat, beristigfar dan takbir.
Tiiiiiin..... Tiiiiiin... Tiiiiiin....
Suara alat monitor detak jantung itu melemah, Irsyad yang menyadari itu segera menekan tombol untuk memanggil dokter Ardi dengan berteriak tiada hentinya serta menangis sejadi-jadinya.
"DOKTER!!! DOKTER!!!! SUSTER!!!!" Teriaknya bingung dan takut jika sang ayah benar-benar pergi di detik ini.
"AYAH BANGUN AYAH!!! AYAH!!!!" Teriaknya bagai orang kerasukan.
Dokter Ardi beserta suster pun masuk ke ruangan tak peduli izin masuk. Irsyad di minta tolong untuk menunggu di luar.
Irsyad yang kini masih meraung nangis menelfon kakaknya itu. "Assalamu'alaikum kak, ayah kak, ayah..." Lirihnya.
"Ayah kenapa syad? Ayah baik-baik saja kan?" Panik Biya di sebrang sana yang menerima telepon dari Irsyad yang tiba-tiba menyebut ayah.
Tak sempat ia jawab, dokter Ardi keluar dari ruangan ayahnya. "Maaf, apa dengan keluarga pak arwana?" Tanyanya dengan raut wajah yang tertekuk.
Sambungan telpon masih berlangsung, Biya yang di sebrang busana terdiam kala mendengar suara dokter Ardi.
Irsyad mengangguk. "Iya, dok. Saya anaknya" ucapnya.
"Maaf, kami sudah berusaha sebaik mungkin namun jika Allah berkehendak lain kami tak bisa memaksakannya. Pasien atas nama Arwana Ishaq Afgan telah kembali ke sisi sang pencipta" ucap dokter Ardi lantang.
"Innalilahi wa innailaihi roji'un..." Seketika handphone yang ia dekatkan di telinganya tadi jatuh begitu saja hingga handphone itu ruusak berkeping-keping.
"AYAH!!!!!!!!" Teriak remaja 16 tahun itu seperti kesetanan.
Mungkin kehilangan ibu adalah pukulan terberat seorang anak laki-laki, namun percayalah jika kehilangan seorang ayah menjadi kerinduan terberat mereka, jika melihat teman mereka yang memiliki keluarga yang utuh dari situ awal kerinduan terberat mereka dari sosok superhero pertama mereka.
Dan begitupun sebaliknya seorang anak perempuan akan mengalami fase kehilangan seorang ayah adalah pukulan terberat mereka dan kehilangan seorang. Ibu adalah kerinduan yang tak bisa mereka pungkiri.
Kini sang superhero dari Ahmad Ahnaf Fattah, Muhammad Dzafri Asfaq, Zakiyah Nabiha Syafiqah, dan Haafiz Irsyad Dini telah pulang ke pangkuan sang maha kuasa yang selalu mereka rindukan.
_________________________________________21 April 2022/19 Ramadhan 1443
1000 word of the story's
![](https://img.wattpad.com/cover/300007273-288-k713091.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
DARK GENIUS [REVISI]
Diversos"selamanya bukan hanya tentang cinta apalagi uang tapi otak,etika, dan iman pengujiannya lebih dari apapun" Biya, nama panggilannya. Peraturan pemerintah membuat gadis itu harus di pindahkan ke sekolah khusus anak-anak dengan IQ di atas rata-rata, n...