CHAPTER 36

50 5 0
                                    

Assalamu'alaikum ges!
_________________________________________

"kita harus mengembalikan narkoba ini besok!" Tukas Biya. "Tapi sebelum benar-benar kita kembalikan hapus sidik jari kalian, lalu saat meletakkan kembali gunakan sarung tangan!" Lanjutnya.

Jauza mengangguk setuju. Naqeeb membuka map yang berada di bawah kotak berisi narkoba itu.

"Surat pernyataan keterangan jual beli" baca Naqeeb.

Setelah membaca sampai akhir ia terkejut bukan main. "Kepala sekolah telah mengonsumsinnya selama 3 tahun terakhir dan baru tahun ini menjadi pengedar!" Bisiknya pada kedua gadis itu takutnya terdengar hingga ketelingah abah Atur nantinya.

Naqeeb membolak-balik halaman surat pernyataan dan sebuah surat perjanjian dimana tertulis pak kepsek harus mengedarkan barang haram itu jika sudah mengonsumsi selama 1 tahun lebih.

"Masalah sidik jari saya punya alatnya di rumah" ujar Naqeeb.

Biya terlihat sangat tertarik menelisik data-data itu, namun masih belum menemukan titik terang. Sedangkan Uja kini beralih membuka map dari laci kepala sekolanya itu.

"Ini surat perjanjian!" Ujarnya heboh seketika Biya membekap mulut gadis itu. "Ssst..." Bisik Biya sembari menempelkan jari telunjuknya didepan mulut.

"Surat perjanjian apa?" Kini Naqeeb yang bertanya.

Uja kembali membaca surat perjanjian itu, lalu membacanya sedikit keras. "Surat perjanjian large. Pihak pertama pak kepala sekolah SMA GERBANG BANGSA yang terhormat, pihak kedua Kendra Wilkinson James... Pihak pertama akan senantiasa menuruti seluruh perintah pihak kedua tanpa syarat, pihak pertama wajib tutup mulut tentang keberadaan tiga pembesar dari perencanaan ini, pihak pertama diwajibkan untuk menyimpan sekaligus mengatas namakan barang-barang milik pihak kedua sebagai tameng dan pihak kedua akan menjamin hidup kepala sekolah dengan keluarga sekaligus selama tak membuka suara" baca Jauza.

"Tapi siapa Kendra Wilkinson James?" gumam Naqeeb yang masih terdengar keduanya.

"Sepertinya pernah denger namanya" gumam Biya. "Sebentar saya kan sudah taken kontrak berarti sudah bisa mengakses beberapa hal!" seru Naqeeb.

Naqeeb mengeluarkan ponsel yang berada di saku baju koko putihnya, lalu mengotak-atik benda pipih itu.

"Di sini tak ada yang bernama Kendra Wilkinson James, tapi yang ada itu Kendra wiliems" ucapnya kembali mengecek data-data pegawai dan guru sekolah itu.

"Siapa?" Tanya Uja.

"Pengawas cctv! Iya benar tadi siang pak Karto memanggilnya Kendra!" Seru Naqeeb.

Biya melihat jam yang tertera di pojok bawah layar laptopnya. "Kita ngga bisa apa ngerjain virtual?" Tanyanya.

"Jauza coba kamu buat aplikasi untuk kita chatting, nanti kirim link lewat email setelah saya dan Biya download langsung takedown" ucap Naqeeb. Jauza mengangguk, lalu ketiganya merapikan barang-barang itu.

"Earphone kalian masih ada energinya?" Tanya Naqeeb. Kedua gadis itu menggeleng.

Naqeeb menghela nafas. "Pulang-pulang charger dulu malam ini kita mengobrol lewat aplikasi yang akan di buat jauza." Lalu laki-laki itu turun ke bawah sambil mengenakan ranselnya.

"Tapi sepertinya agak sedikit lama tak apa?" Tanya Uja. "Asalkan kita ngerjain di rumah, ayahku tak memberi izin keluar malam terlalu larut" jawab Biya.

------------------------------------------------------------

"Kamu selalu membanggakan keluarga barumu itu mas!!" Teriak seorang wanita sambil menunjuk kearah seorang pria yang berada di ruang tamu rumah megah yang tak pernah memiliki suasana yang bagus.

"Aku tak membanggakannya!! Tapi coba kau lihat anak-anak mu itu tak ada yang bisa mendapat setidaknya juara satu dikelas!!" Balas pria paruh baya itu berteriak.

Sedangkan terdapat seorang perempuan  di depan pintu kamarnya menonton pertengkaran dua orang tua sambil memakan pop corn.

Gadis yang baru saja pulang dari tempat  perkumpulan hafidz itu melewatkan pertengkaran orang tua itu.

Seolah sudah biasa bagi mereka melihat kedua insan yang dulunya sangat harmonis hingga menciptakan mereka, dua gadis yang belum sepenuhnya dewasa secara mental adalah bukti keharmonisan kedua insan yang kini tengah bertengkar hebat.

"Aku capek mas!! Aku sudah bilang berapa kali ceraikan aku dan tinggalkan aku dan anak-anakku!! Apa kamu tak kasian pada mereka!!" Teriak wanita paruh baya itu.

"Membosankan" desis gadis perempuan yang tengah menonton di depan kamarnya, lalu kini berbalik untuk masuk ke dalam kamar.

"Aku tidak akan menyeraikanmu mika!!" Teriak laki-laki itu lalu meninggalkan ketiga perempuan yang bernaung di rumah itu.

Buat apa kembali jika hanya untuk membuka sebuah luka?
Buat apa engkau mencari obatnya bila tak bisa disembuhkan?
Buat apa datang jika berniat meninggalkan dengan beribu luka yang ta ada obatnya?

"Woy kak masuk kamar" seru gadis dengan gamis navy.

"Kapan lo pulang, ja?" Tanyanya.

"Beberapa menit lalu, gue cuma mau bilang" ujarnya terpotong.

"Jangan gara-gara pelangi itu telah hancur, penontonnya malah salah arah" ucapnya lalu berlalu memasuki kamarnya.

"Uja membicarakan masalah sekolahnya yang jelek itu ya?" Gumam kakak dari gadis itu.

Gue ngga butuh semua alat yang bertebaran di kamar gue, yang gue butuh cuma satu alat dan coding untuk menyatukan lentera yang sudah mati namun tak ada kaitannya dengan teknologi.

------------------------------------------------------------

2 jam berlalu, beberapa menit yang lalu Biya dan Naqeeb telah menginstal aplikasi yang di buat Uja.

Naqeeb tengah membersihkan sidik jari di kotak berisi narkoba itu, Biya menyusun rencana untuk besok dan menguak data pengawas cctv di bantu dengan Naqeeb yang mengarahkan, sedangkan Uja meneliti uang-uang yang berada di laci rak kepsek dengan gambar yang di ambil camera analog Naqeeb.

Data-data seluruh murid SMA GERBANG BANGSA yang juga Naqeeb ambil tadi siang sudah mereka sepakati untuk membelakangi hal itu.

"Pokoknya dalam jangka waktu seminggu game ini harus punah!" Tukas Uja.

Biya mengklik tombol pencarian data di layar laptopnya, Biya kini tengah membuka semua data-data masyarakat se-Indonesia di bantu Uja untuk menghack. "Namanya Kendra Wilkinson Kan, ghiff?" Tanyanya memastikan.

"Iya" jawab Naqeeb yang tengah fokus pembuatan senter sidik jari.

"Ngga ada, tapi coba aku lihat yang satunya" sahut Biya.

Gadis itu mengetikkan nama pengawas cctv, lalu muncul wajah dan data-datanya lengkap, namun ada beberapa hal dikunci.

"Hah?" Gumam Biya.

"Kenapa?" Sahut Naqeeb dan Uja secara bersamaan.

Kini mereka tengah melangsungkan panggilan menggunakan aplikasi ciptaan Jauza.

"Bentar-bentar" ucap Biya sambil membuka data orang lain, namun data orang-orang sama sekali tak terkunci.

"Separuh data si pengawas itu terkunci!" seru Biya.

"Qeeb coba kirim data-data yang di flashdisk, Biya coba tahan dulu pekerjaan lo" sahut Uja.

"Buat apa?" Tanya Naqeeb. "Kalo kita lihat dari sisi ke sisi, kalian mikir ngga sih kalo tiga hal ini saling bertautan, uang, pengawas cctv, data-data siswa dan perusahaan yang kita temuin dan kematian si kembar Artarastra?" Tanya Uja.
_________________________________________

18 April 2022/16 Ramadhan 1443
1000 word of the story's

DARK GENIUS [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang