CHAPTER 23

88 8 0
                                        

Masalah kecil aja bisa jadi besar jika rasa benci sudah keluar dari tanahnya.
_________________________________________

"Apa ngga terlalu beresiko buat dapetin universitas yang kita semua mau? Menurut saya mereka ngga akan mau" ujar Naqeeb.

Biya merogoh tasnya, lalu mengeluarkan sebuah HT dan handphone.

Ia mengetikkan sesuatu pada ponselnya.

Reyhan:

Biya:
Assalamu'alaikum, Rey?

Reyhan:
Wa'alaikumussalam, ya?

Biya:

Kelas unggulan sampai berapa ya?

Reyhan:
5

Biya:
Oh oke kalo gitu

Reyhan:
Kalian kemana? Kok tiba-tiba ngilang?

Biya:
Masih di sekitar sekolah, jamkos kan?

Reyhan:
Iya, tapi cepetan balik nanti guru BK mau keliling kelas.

._.

Biya tak berminat untuk membalasnya lagi. Naqeeb dan Uja tampak bingung.

"Di sekolah ini ada lima kelas unggulan di setiap jurusan, nah pasti lima puluh siswa rank teratas berada di kelas-kelas unggulan. Bayar SPP yang akan naik masa mereka ngga bisa ngatasin, orang-orang tanpa beasiswa dan siswa-siswi pilihan seperti kita udah pasti kalo mereka masuk dengan uang" ucap Biya.

Naqeeb pun mengangguk. "Tapi sepertinya kurang efisien kalau hanya peraih lima puluh rank teratas, karena bisa saja nanti mereka yang rank lima puluh kebawah yang akan menggantikan posisi kelima puluh siswa-siswi itu" seru Naqeeb, lalu di angguki oleh Uja.

Biya tampak berfikir beberapa saat. "Kita harus kumpulin siswa-siswi di setiap jurusan masing-masing satu" Finish nya.

------------------------------------------------------------

Biya berlari dari koridor kelas ke toilet. Toilet kali ini benar-benar sepi, ia masuk kedalam toilet paling ujung.

Gadis itu mengeluarkan HT yang sedari tadi ia sembunyikan di balik hijabnya akibat semua kelas XII MIPA dari U1 hingga R10 desak-desakan dikarenakan guru ada rapat anak kelas XII di pulangkan secara bersamaan.

Tadi saat kembali dari pohon itu Biya menanyakan soal ketos pada Naqeeb, namun Naqeeb bilang tak ada siapa pun kemarin makanya ia cepat balik dari sana.

Drititit!.

"Hallo Biya!!" Ucap ketos di sebrang sana.

"Aku cuma mau nanya" sahut Biya.

"Kalo ngga salah waktu itu sepupu ketos yang angkat kan namanya... Siapa aku lupa, dia kelas berapa dan jurusan apa?" Tanya Biya.

"Oh Reinda, XI IPS U2. Dengar-dengar dari Naqeeb kalian mendapatkan pendapat dari almarhum putra sulung pak Arta itu" ucapnya.

"Ya, tapi aku berniat memancing mereka keluar dengan cara seperti ini."

DARK GENIUS [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang