Hay!! Hay!! Assalamu'alaikum!!
_________________________________________Laki-laki itu terkejut dengan apa yang ia dapatkan, buntalan-buntalan uang yang sepertinya lebih dari 900 juta rupiah itu tertata rapi dengan di bagi menjadi 30 sama rata namun satu diantaranya terlihat lebih banyak dan anehnya mengapa laci ini tak di kunci?
Uang-uang itu menimbulkan pertanyaan di benak laki-laki itu. Ia merogoh saku hoodienya lalu mendapati camera analog, lalu segera ia mengambil gambar uang-uang itu.
"Itu apa?" Tanya Biya karena isi laci tak tertangkap begitu jelas oleh camera.
Naqeeb kembali mendorong laci itu. "Uang" ucapnya. Uja dan Biya yang mendengarnya seketika memikirkan teori yang di buat almarhum Fierdan.
"Sekarang aku mengerti jalan teori yang si kembar buat" ucap Biya sambil mencoret-coret sketchbook yang kemarin ia beli. "Mereka mau mendobrak pintu!" Ujar Biya.
"Mereka?" Tanya Naqeeb dan Uja secara bersamaan.
Brak!
"Sepi? Tak ada orang di sini Kendra!" Seru guru BK alias pak Karto.
Tepat pada saat pintu di dobrak Naqeeb langsung mengambil ancang-ancang untuk bersembunyi di balik pintu.
Jauza dan Biya berpegangan tangan, pak Karto di layar tablet Jauza terlihat berbalik kearah luar ruangan, namun penjaga cctv yang di ketahui bernama Kendra itu mengedarkan pandangannya kearah depan.
Ruangan kepala sekolah yang masih rapi akan membuat orang tertipu bahwa dari tadi sama sekali tak ada yang masuk ke ruangan itu.
"Tadi aku melihat anak kepala yayasan itu masuk kesini" ucap Kendra.
Naqeeb menyembulkan sedikit kepalanya tepat saat pak Karto menoleh kearah pintu.
Pak Karto mengisyaratkan agar Naqeeb keluar sekarang, dimana pak Kendra penjaga cctv itu mengecek kearah toilet dalam ruangan itu.
Saat di luar ruangan Uja menyerahkan laptop Biya sebagai mentor Naqeeb agar tak terekam cctv, sedangkan Uja tengah menghidupkan kembali cctv ruangan kepala sekolah sebelum itu ia menghapus rekaman cctv beberapa menit lalu dan menghapus cctv yang merekam Naqeeb mendekat ke arah ruang kepala sekolah.
"Tetap menempel dengan tembok lewat kiri, saat sudah sampai penghujung naik lewat tangga darurat" ujar Biya lewat earphone.
Sedangkan Naqeeb memasang ranselnya, lalu melangkah kearah yang sudah di tentukan Biya.
------------------------------------------------------------
Biya, Jauza dan Naqeeb kini berada di TPQ atas izin Abah Atur mereka diam dulu di TPQ untuk membahas apa saja yang Naqeeb dapatkan tadi.
"Sekali lagi saya masih tidak enak dengan kalian maaf telah berbohong" ucap Naqeeb sambil menundukkan kepalanya.
Biya masih setoran di atas sedangkan Uja tengah makan cilok keliling mang Abi.
Uja sengaja tak mengindahkan permintaan maaf Naqeeb karena telah kesekian kalinya ia meminta maaf dari baru datang ke tempat ngajinya itu.
"
in huwa illaa zikrul lil-'aalamiin..."
"limang syaaa-a mingkum ay yastaqiim.."
"wa maa tasyaaa-uuna illaaa ay yasyaaa-allohu robbul-'aalamiin..."
"Sodakaullahuladziim..."
Suara lantunan ayat suci yang berhenti di baca Biya dari muroja'ah nya itu membuat Jauza bangkit lalu berjalan menaiki tangga.
"Loh ja? Tidak pulang?" Tanya ustadzah Rasya.
Jauza menggeleng sambil tersenyum, lalu terdengar suara seseorang menaiki tangga.
"Assalamu'alaikum...." Ucapnya, lalu ikut duduk agak jauh dari mereka.
"Kamu kok tidak pulang El?" Tanya ustadzah Rasya pada Naqeeb.
"Ada yang harus kami selesaikan kak, sekalian mau membahas tentang sekolah" jawab Naqeeb.
"Oh, hampir lupa kalian satu sekolah ya. Kalo gitu saya turun kebawah ya. El jangan macam-macam ya kamu" ujar ustadzah Rasya lalu melangkah turun.
"Maafkan saya atas saya yang berbohong beberapa bulan lalu" ucapnya.
Biya teringat dengan apa yang Naqeeb tanyakan kemarin pada Abah Atur.
"Sebelumnya afwan abah, yang akan El bahas tidak ada sangkut pautnya dengan hal apapun di tempat ini lebih ke meminta pendapat" ujar Naqeeb dengan sopan.
*Afwan=maaf
"Tafadhol El?" Tanya abah Atur.
*Tafadhol=silahkan
"Jika seseorang tidak memberitahukan dirinya siapa di saat orang lain tak bertanya apa-apa, apa termasuk berbohong?" Tanyanya.
Abah Atur yang mendengar pertanyaan dari anak adiknya itu tertawa lepas. "Hahaha kamu ada-ada saja El" ujarnya.
"Lantas bagaimana pendapat abah?" Tanya Naqeeb.
Biya dan jauza yang mendengar pertanyaan Naqeeb berasa sedang di sindir olehnya.
"Pendapat ana itu tidak termasuk, darimana letak berbohongnya?" Jawab abah Atur.
Biya menghela nafas. "Kamu sebenarnya tidak berbohong ghiff, hanya kami kecewa kenapa kamu tidak memberitahu lebih awal. Aku sedikit tidak enak saat tau berkomunikasi dengan lawan jenis yang bukan mahram selama beberapa bulan ini" ucapnya.
"Baiklah-baiklah kita udah maafin lo qeeb, sekarang mari kita bicarakan hal misi kita" tukas Uja sudah sangat jengkel dengan Naqeeb.
Naqeeb turun ke bawah mengambil ranselnya yang ia taruh di motornya.
Irsyad datang membawa laptop dan tablet milik Biya dan Jauza.
Saat Naqeeb sudah kembali membawa ransel yang ia kenakan tadi siang, Uja tiba-tiba meminta perhatian.
"Sebelumnya maafin gue karena baru bisa jujur ke kalian, aku punya kakak dan dialah yang menghancurkan rencana awal kita. Hanya dia yang mengetahui coding dan program-program yang sering kali gue pake karena dialah yang ngajarin gue" jelas Uja.
"Tapi kenapa gue ngga mikir sampe sana, dia pergi ke luar negeri untuk ngatasin kesalahan server di negara orang dan nuntut ilmu di sana. Seharusnya sejak si kembar bilang ada dua orang hacker di pihak mereka dan pemerintah juga ikut andil gue harus ya udah tau kakak gue juga ikut terlibat" lanjut Uja.
"Karena dua hacker terkenal yang dekat dengan pemerintah hanya kakak gue dan satu temannya lagi" tukas Uja.
Biya tersenyum kearah kedua teman yang sudah ia anggap sahabat itu. Naqeeb dan Jauza memperlihatkan raut wajah yang kebingungan.
"Makasih, aku bersyukur banget punya sahabat kaya kalian. Eh, tapi mungkin kalian tidak menganggap ku sahabat ya?" Ujar Biya.
"Best friend!" seru Uja, lalu memeluk Biya dengan erat.
"Saya peluk diri sendiri aja" ucap Naqeeb, lalu diiringi tawa Biya dan Uja.
"Sudah-sudah ayo kita mulai obral-abrik" ucap Biya sembari menarik ransel milik Naqeeb, sedangkan laptop Biya dan tablet Uja sudah siap sejak tadi.
Ketiganya mengeluarkan barang-barang yang diambil Naqeeb siang tadi. Kotak kecil dan map di bawahnya, data-data siswa-siswi, salah satu map di laci dan camera analog milik Naqeeb.
Uja yang diliputi dengan rasa penasaran menyambar kotak kecil berwarna hitam itu.
Deg!.
"Nar-ko-ti-ka" ujar Uja dengan terpatah-patah dan raut wajah yang terbelalak kaget.
Biya dan Uja yang tengah menelisik data-data siswa yang di beri lingkaran pada wajah tertentu dengan warna tinta tertentu seketika menoleh kearah Jauza begitupun dengan Naqeeb yang menelisik gambar uang yang ia ambil tadi siang.
_________________________________________17 April 2022/15 Ramadhan 1443
1000 word of the story's
KAMU SEDANG MEMBACA
DARK GENIUS [REVISI]
Random"selamanya bukan hanya tentang cinta apalagi uang tapi otak,etika, dan iman pengujiannya lebih dari apapun" Biya, nama panggilannya. Peraturan pemerintah membuat gadis itu harus di pindahkan ke sekolah khusus anak-anak dengan IQ di atas rata-rata, n...