Wajah cerianya untuk hari ini sirna dari wajah manisnya, tawa yang biasanya selalu dia tunjukkan pada orang sekitarnya kini tak ada lagi. Yang ada hanyalah tangisan yang terdegar begitu pilu dan menyayat hati. Didepannya terdapat 3 mayat yang terbujur kaku, dengar kehitaman di seluruh tubuhnya.
Orang tua dan adiknya meninggal dalam kebakaran rumah yang kata polisi berawal dari konsleting listrik. Nasibnya begitu menyedihkan, dirinya ditinggal seorang diri di dunia yang tidak Crist ketahui bagaimana kekejamannya. Pria manis bernama Cristian Caldwell yang sering dipanggil Crist itu kini sendirian. Entah bagaimana kedepannya Crist akan menghadapi ini semua.
"Papa, Mama, Adek, kenapa kalian meninggalkan diriku sendirian, aku mau ikut kalian..." Pria manis itu meraung-raung di depan gundukan tanah yang baru saja di tutup. Dirinya seorang diri disini, tak membiarkan orang lain untuk menemaninya.
"Aku ingin ikut kalian, aku takutt...," ucap Crist yang suaranya semakin lirih. Dia menyembunyikan wajahnya diatas gundukan tanah itu.
Hingga pada akhirnya Cristi tak sadarkan diri di sana, entah bagaimana asalnya kini menemukan taman yang begitu indah Cristi dengan bunga yang berwarna-warni. Dia menolehkan kepalanya ke samping untuk menelaan di mana dirinya berada sekarang. Tak ada seorang pun disini yang dapat ditangkap oleh indra penglihatannya, hingga dirinya mendengar tawa renyah yang sering Crist dengar.
Dengan tergesa-gesa Crist untuk mencari sumber suara, berulang kali dirinya terjatuh namun tak membuatnya menyerah begitu saja. Dirinya bangkit dan mencari sumber tawa yang semakin terdengar jelas, hingga pada akhirnya kini Crist mematung ditempatnya dan tanpa sadar air matanya menetes dengan sendirinya.
Langkah kaki tadi yang awalnya tadi tergesa-gesa dan sempat berhenti, kini dia mulai melangkah kembali dengan perlahan dengan hati yang bergetar dan merasa hangat disaat bersamaan.
"Papa, Mama, Adek....," panggil Crist dengan suara lirihnya.
Orang-orang yang dipanggil tadi sontak menoleh ke belakang dan menemukan keadaan Crist yang terlihat begitu kacau.
"Sini Kakak, kita main bersama...," ucap seorang gadis kecil berumur tiga belas tahun yang menarik tangan Crist mendekat ke pasangan paruh baya yang sedang duduk.
"Cecil...," lirh Crist melihat tangannya digenggam oleh gadis kecil kesayangannya yang sekarang menuntun dirinya ke orang tua mereka.
"Papa, Mama...., kalian masih hidup?" tanya Crist dengan air mata yang sedari tadi turun semakin deras.
Pasangan paruh baya itu tersenyum kearah Crist, wanita yang dipanggil mama tadi mengelus rambut lembut putranya yang masih menangis. "Crist, kenapa menangis terus?"
"Ini kalian masih hidupkan?" tanya Crist yang masih mempertanyakan hal yang sama.
"Crist, hiduplah dengan baik ya. Kami pamit," ucap pria paruh baya dan berdiri dari duduknya dan merangkul istrinya serta menggandeng tangan adiknya Crist.
"No, kalian akan ke mana. Bawa aku sekalian!" teriak Crist mencoba mengejar mereka, namun dirinya terpental seperti menabrak dinding besar tak kasat mata.
"Kami menyayangimu, Crist," ucap mereka bersamaan. Hingga akhirnya badan mereka melebur bersatu disapu angin yang berterbangan.
"Kalian jahat! Kenapa tak membawaku bersama kalian," ucap Crist yang semakin menangis histeris. Hingga tiba-tiba dia merasa badannya ditarik dengan kuat oleh seseorang menuju tempat gelap gulita tanpa adanya penerangan sama sekali.
Nafas terengah-engah dan peluh yang membasahi keningnya, membuat dirinya sadar kalau yang dirinya alami barusan hanyalah mimpi belaka. Dia melihat disampingnya ada seorang pria yang menatapnya dengan begitu khawatir. "Akhirnya kau bangun juga, kau tak apa-apa?" tanya pria tersebut pada Crist yang mengubah posisinya menjadi duduk.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Seductive Boss
FantasyAda hal yang seharusnya tak mereka lakukan, jarak yang memang harus ada diantara keduanya. akibat sebuah malam yang penuh gairah membuat semuanya menjadi begitu kacau. Kehidupan yang awalnya penuh dengan kebahagiaan serta keceriaan dan seharusnya b...