Chapter 28: Canggung

2.7K 184 26
                                    

Sergio kembali ke hotel dan menemukan Crist yang terngkurap di sofa dengan keadaan masih sama seperti terakhir ia tinggalkan. Sergio mengambil air hangat dan membasuh tubuh berantakan Crist menggunakan kain bersih. Tak ada pergerakan sama sekali dari Crist hingga membuat Sergio agak khawatir karena ini memang ulahnya.

Dia ingin membangunkan Crist dan mengajaknya sarapan bersama, agar perutnya terisi dan setelahnya bisa istirahat kembali.

“Honey, bangun sebentar. Ayo kita makan,” ucap Sergio dengan mengelus kening Crist dan sesekali melabungkan ciuman di keningnya. Sayangnya Crist tak bangun bahkan bergerak sama sekali.

“Crist, Honey kamu baik-baik saja kan?” tiba-tiba Sergio panik sendiri. Namun ketika memeriksa denyut nadinya masih ada dan nafasnya pun masih ada. Tapi, kenapa sampai sekarang Crist tak kunjung bangun juga. Itu membuat dia panik sendiri dan takut terjadi kenapa-kenapa pada Crist.

Tanpa pikir panjang Sergio langsung mengangkat tubuh Crist dan membawanya ke rumah sakit terdekat. Untungnya sopirnya selalu stand by ketika ia membutuhkan bantuan, mereka kini sedang dalam perjalanan menuju ke rumah sakit. Sepanjang perjalanan tak hentinya Sergio menepuk pelan pipi gembil Crist berharap ia bangun. Sayangnya itu tak terjadi, Crist masih saja memejamkan matanya.

“Cepat dikit dong, lelet banget sih.” Kesal Sergio karena ia merasa dari tadi merak nggak sampai-sampai ditujuan mereka.

“Iya Mr. Ini sebentar lagi akan sampai.”

“Crist ayo dong bangun, jangan bikin khawatir aku kayak gini lah. Oke, aku minta maaf atas kejadian tadi. Tapi, tolong bangun ya,” pinta Sergio.

Crist kalau sadar dan mendengar Sergio meminta maaf pasti ia akan senang. Pasalnya ini adalah kali pertama Sergio mengatakan hal itu padanya. Biasanya ia akan memerintah dan terus memerintah tanpa mau peduli bagaimana efeknya.

Sayangnya Crist tak bisa mendengar permintaan maaf itu.

Sampai di rumah sakit Crist langsung dirujuku ke UGD, disana sudah ada dokter dan perawat yang stand by. Sergio dengan cemas menunggu tak jauh dari sana, dia bisa melihat dokter dan perawat itu mengambil tindakan pada Crist. Mereka memeriksa secara menyeluruh, apalagi mereka juga menemukan begitu banyak bercak keunguan ditubunya. Takutnya ini adalah korban pemerkosaan.

Hingga setelah menunggu hampir satu jam tindakan itu selesai, dokter yang menangani Crist langsung menghampiri Sergio untuk menjelaskan bagaimana kondisi Crist.

“Maaf kalau boleh tahu Anda siapanya pasien ya?” tanya dokter.

“Saya yang bertanggung jawab atas dia, dok. Bagaimana, apakah keadaannya sangat parah?”

Dokter itu menganggukkan kepalanya. “Pasien kekurangan cairan, asupannya juga kurang. Sepertinya dia kelelahan melakukan hubungan intim hingga tak sadarkan diri. Kami juga memeriksa bagian belakangnya yang lecet hingga terdapat luka yang cukup besar. Saya sarankan untuk pasien menginap  sampai keadaannya membaik, dan tolong dengan sangat kalau melakukan hubungan intim itu yang wajar saja. Jangan yang brutal hingga menyebabkan luka, kasian pasien.”

Sergio kikuk sendiri karena dokter menekankan hubungan intim dan menyuruhnya pelan. “Baik, nanti akan saya smapaikan. Kira-kira kapan ya dia bangun?”

“Tadi sempat bangun sebentar kok, biarkan ia istirahat dulu untuk memulihkan tenaganya. Tolong segera urus administrasinya agar pasien bisa dipindahkan ke ruangan, dan 3 jam lagi saya akan memeriksanya kembali.”

“Baik, terima kasih dok.” Setelahnya dokter tadi pergi dari hadapan Sergio.

Sergio juga menuju ke bagian administrasi untuk melakukan pembayaran. Baru kali ini ia melakukannya sendiri, biasanya ada Jaco yang mengurusinya. Namun, demi Crist sepertinya Sergio mau untuk melakukannya.

Sergio memilih kelar paling tinggi di rumah sakit ini, agar Crist bisa beristirahat dengan nyaman. Bagaimanapun juga Crist berada di sini juga akibat perbuatannya yang tidak manusiawi.

Tak membutuhkan waktu lama Crist sudah dipindahkan ke ruangan vvip. Selain ranjang yang nyaman bagi pasien, ada juga ranjang kecil untuk yang jaga. Namun, alih-alih menggunakan ranjang itu, justru Sergio memilih duduk di samping ranjang Crist. Dia memegang tangan lembut Crist dan membelainya dengan perlahan.

“Bangun ya, Honey. Tidurnya jangan lama-lama,” gumam Sergio sambil memandangi wajah damai Crist yang masih terlelap.

Ia rindu ditatap Crist dengan mata bulatnya. Kapan Crist bangun dari istirahatnya, Sergio sudah tak sabar. Namun, ia juga tak dapat memaksa. Sergio menjaganya sampai mengantuk hingga tak sadar Crist terbangun dari istirahatnya dan bertepatan dengan itu Sergio menumpukkan kepalanya pada tangan Crist dan ia tertidur.

Crist berusaha menyesuaikan cahaya yang masuk ke dalam retinanya. Hingga penglihatannya benar-benar terbuka ia melihat sekeliling dimana ia berada diruangan yang serba berwarna putih, dan agak terkejut ketika ada infus berdiri di samping ranjang tempat ia terbaring. Jadi, ia sudah bisa menebak kalau dirinya sekarang berada di rumah sakit.

Merasakan tangannya agak berat sebelah dia menoleh ke samping dan menemukan Sergio yang tertidur sambil menggenggam jemarinya. Dia sempat tersentuh sedikit, namun itu langsung sirna saat mengingat kejadian tadi pagi. Sergio yang menggempurnya tanpa penetrasi terlebih dahulu hingga membuatnya terbaring di rumah sakit ini, ia masih agak kesal dengan itu.

Dengan perlahan Crist menarik jarinya yang ia genggam, meskipun pelan namun pasti. Ia sangat berhati-hati agar Sergio tak terbangun dari tidurnya. Kini ia bisa bernafas lega saat akhirnya jemarinya terlepas dari Sergio, dia langsung mengubah posisinya menjadi miring membelakangi Sergio. Meskipun agak susah, namun ia bisa tentu sembari menahan rasa perih di sana.

Tanpa Crist sadari sebenarnya Sergio sudah bangun sejak Crist menarim jemarinya. Sergio itu mudah bangun ketika ada yang bergerak sepelan mungkin, sepertinya Crist lupa akan fakta itu.

Dan demi menghindari kecanggungan diantara mereka, Sergio memilih tetap pura-pura tidur agar Crist bisa beristirahat dengan nyaman.

.
.
.
.
.

DOUBLE UP GAK NIH??

Makanya pak jangan kasar nanti Crist makin susah di gapai loh, ayo pak mikir ini gimana cara luluhinnya wkwkwk

Jangan lupa buat selalu tinggalin jejak ya, baim itu vote ataupun komen

See you next chapter

The Seductive Boss Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang