Chapter 6: Picnic

3.4K 214 2
                                    

Setelah selesai makan dan menghabiskan es krimnya. Mereka berdua keluar dari cafe sambil bergandengan tangan. Minny dengan langkah yang begitu ringan dan wajah yang sangat ceria mengikuti langkah Crist yang entah ingin membawanya kemana.

"Uncle, kita mau kemana? Kita ini jalan kaki? Nggak naik mobil?" tanya Minny yang langsung membrondong begitu banyak pertanyaan pada Crist.

"Jalan kaki lebih sehat dong, Cantik. Kamu capek? Mau uncle gendong aja?" tanya Crist kembali takutnya anak dari bosnya ini tak mau dia ajak untuk jalan kaki. Dan endingnya nanti ngadu ke Sergio, yang ada pekerjaannya yang dipertaruhkan. Kan nggak lucu baru sehari diterima namun langsung dipecat juga di hari yang sama. Bukankah itu terdengar sangat konyol dan Crist tak ingin mengalami hal seperti itu.

"Memangnya boleh, Uncle? Biasanya ayah menggendong Minny di belakang punggungnya," ucap Minny dengan begitu bersemangat.

"Tentu boleh dong, Cantik. Sini Uncle gendong aja kalau begitu." Crist berjalan agak ke depan dan berjongkok di depan Minny. Agar gadis kecil itu bisa naik ke punggungnya dengan mudah tanpa susah payah.

Minny langsung mengalungkan tangannya di leher Crist, gendong model ini memang salah satu yang Minny sukai karena dengan begitu dia bisa menghirup harum tubuh yang menggendongnya.

"Uncle sangat wangi seperti ayah," puji Minny setelah menghirup bau Crist.

"Iyakah? Padahal Uncle gak pakai parfum loh," jawab Crist.

"Waahhh, berarti Uncle orang yang sangat bersih. Ayah suka dengan orang yang bersih tahu, Uncle!" pekik Minny.

Crist yang mendengar itu hanya bisa tertawa canggung dengan dahi yang berkerut. Agak heran dengan ucapan Minny barusan, namun dia menggelengkan kepalanya untuk mengenyahkan pikirannya yang aneh-aneh barusan akibat ucapan Minny.

Sepanjang jalan Minny menceritakan banyak hal dengan Crist. Dari teman-temannya yang ada di sekolah dan juga guru yang mengajarnya di scoula materna (tk) karena usia Minny memang baru 4 tahun. Namun, gadis kecil sangat senang berbicara banyak. Jadi, Crist juga tak terlalu bingung ditinggalkan berdua saja dengan Minny. Gadis kecil itu bisa mencairkan suasana hingga bisa membuat Crist hanyut dalam percakapan mereka. Tak ayal sepanjang jalan kaki ada beberapa pejalan kaki yang menoleh kearah mereka sambil tersenyum karena memperhatikan betapa akrabnya Crist dan Minny.

"Yeeeyy, kita sudah sampai di tujuan kita!" seru Crist.

Minny terpana dengan apa yang dia lihat saat ini. Pemandangannya sangat indah, banyak sekali bunga-bunga bermekaran dan anak-anak kecil yang sedang bersantai dengan keluarga masing-masing dibawah pohon-pohon rindang yang ada di taman ini. "Uncle tempatnya sangat bagus, tapi kita tak membawa peralatan piknik seperti yang lain," ucap Minny agak lesu.

"Eh, iya juga ya. Ya sudah kita ke super market itu untuk berbelanja sebentar ya. Baru setelahnya kita kembali lagi ke sini. Bagaimana, Cantik?" tanya Crist setelah memberikan usulan.

Minny dengan semangat delapan enam menganggukkan kepalanya setuju atas saran yang diberikan oleh Crist. Mereka akhirnya berjalan menuju super market yang terletak tak jauh dari taman yang mereka kunjungi tadi.

"Uncle! Aku mau turun," pinta Minny yang tak sabar memilih apapun yang dia suka untuk teman pikniknya di taman yang sangat indah.

"Tentu saja boleh, Cantik." Crist lantas merendahkan badannya sedikit untuk mempermudah Minny turun dari punggungnya.

"Ayo Uncle kita belanja!" pekik Minny yang langsung menarik tangan Crist dan mengajaknya berkeliling mencari keperluan mereka yang mendadak ini.

Minny memasukkan ke dalam keranjang yang diambil oleh Crist tadi. Melihat betapa semangatnya Minny membuatnya teringat adiknya yang juga sangat aktif dan banyak bicara seperti Minny. Dan ini bisa mengobati sedikit rasa rindunya pada sang adik. Dia berharap adiknya juga senang di surga bersama dengan mama dan papanya.

"Uncle mau apa? Dari tadi belum ambil apapun loh," ucap Minny yang sadar kalau sedari tadi Crist hanya mengikutinya saja dan tak mengambil apapun dari banyak rak yang mereka lewati.

Crist menundukkan merendahkan badannya untuk menyamakan tingginya dengan Minny. "Tidak usah, Minny saja yang pilih apapun yang kamu mau."

Berhubung Crist menolak akhirnya Minny melihat ke sekitar dan matanya berbinar. "Ini aku ambil susu rasa strawberry dua dan yang satu nanti untuk Uncle ya, jajan yang lain juga nanti kita makan sama-sama."

Dia hanya menganggukkan kepalanya setelah selesai mereka membayar belanjaan yang cukup banyak. Padahal mereka hanya berdua saja hari ini, ini benar-benar dadakan sampai karpet dan keranjang untuk piknik saja mereka beli demi mewujudkan keinginan Minny seperti anak-anak lain yang juga piknik disana.

Sampai di taman Crist memilih tempat dibawah pohon yang rindang dengan dedaunan yang begitu banyak. Hingga membuat tempat mereka piknik ini tak terkena sinar matahari. Semilir angin yang ada di taman ini membuat mereka berdua semakin nyaman berada di sini. Minny bahkan merebahkan kepalanya di paha Crist sambil memakan jajanannya. Crist dengan penuh kasih sayang membelai rambut gadis kecil yang sedang manja dengannya.

"Terima kasih ya Uncle karena sudah membawa Minny kesini," ucap Minny tulus dari hatinya.

"Sama-sama, Cantik. Memangnya ayah kamu nggak pernah ngajakin main seperti ini?" tanya Crist penasaran.

Minny menggelengkan kepalanya dan berkata, "Nggak, soalnya ayah selalu sibuk kerja dan jarang ada waktu buat Minny. Palingan makan siang bersama seperti tadi dan baru setiap wekeend Minny menginap di rumah ayah."

"Loh, kamu berarti nggak ketemu setiap hari?" tanya Crist yang semakin penasaran dan merasa aneh dengan hubungan ayah dan anak ini.

Minny menggelengkan kepalanya. "Nggak, Minny tinggal bersama grandma dan grandpa, Uncle."

Crist semakin merasa kasian dengan gadis kecil ini yang tak mendapatkan perhatian penuh dari orang tuanya. Dia merasa beruntung karena orang tuanya sangat peduli dengannya dari kecil hingga dia menginjak dewasa ini. Meskipun sekarang mereka sudah disurga, namun Crist mencoba ikhlas dengan segala keadaan yang sudah terjadi saat ini. Dia mengajak Minny bermain biar tak sedih setelah bercerita soal tadi.

Hingga tak terasa entah sudah berapa lama mereka berdua menghabiskan waktu bersama karena terlalu asik. Deringan ponsel Crist membuatnya sadar kalau dia bermain dengan Minny hingga lupa waktu, bahkan makanan yang mereka beli tadi saja ternyata sudah tinggal sedikit.

Crist melihat ponselnya dan terlihat nomor asing disana, kira-kira siapa yang menelfonnya saat ini? Crist mengangkatnya karena siapa tahu itu penting.

"Halo dengan saya Crist disini," ucap Crist ketika mengangkat panggilan yang masuk barusan.

"Iya, kalian dimana? Bisa kirimkan alamat rumahmu? Aku ingin menjemput Minny," jawab disebrang telefon sana.

Tanpa menanyakan tentu saja Crist sudah tahu siapa yang berbicara dengannya saat ini. Untung saja Crist mengangkat panggilan ini yang ternyata dari bosnya. "Kami tak ada di rumah, Mr. Saya dan Nona Minny berada di Flower Garden View."

"Oh begitu, baiklah aku akan segera kesana dan jangan kemana-mana." Belum sempat Crist menjawab, Sergio sudah mematikan panggilan itu secara sepihak.

.
.
.
.
.

Ini Minny kayak lagi pendekatan untuk orang tua barunya ya

Jangan lupa untuk selalu ninggalin jejak ya, baik itu vote ataupun komen.

See you next chapter.
5 February 2023

The Seductive Boss Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang